Wednesday, 10 June 2020

QISM AS SAM’IYYAT (GHAIB)

QISM AS SAM’IYYAT (GHAIB)


 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang........................................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

C.     Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II QISM AN NUBUWWAH

A.    Pengertian as Sam’iyyat.......................................................................................... 2

B.     Ruang lingkup as sam’iyyat.................................................................................... 5

C.     Makna beriman pada alam Gaib.............................................................................. 9

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 11

B.     Saran........................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Sam’iyyat atau Ghaib merupakan suatu hal yang sangat jarang diperbincangkan oleh masyarakat saat ini. Tetapi, teori tentang gaib dalam agama Islam menjadi suatu perdebatan yang sangat sengit untuk dibicarakan. Meskipun kenabin menjadi suatu tema yang penting dalam kajian Islam, tetapi hal itu tidak berlaku bagi agama selain Islam.

Saat ini, semakin banyak orang yang memposisikan dan memandang Gaib menjadi suatu hal yang biasa saja, bukan lagi sebuah hal yang istimewa. Karena dianggap biasa saja, pada akhirnya penyikapan terhadap Gaib menjadi biasa saja, bahkan sampai ada yang menjadikan Gaib sebagai bahan olokan dalam sebuah kartun, film, dan sebagainya. Maka dari itu, tujuan dari makalah ini adalah agar dapat menguraikan tentang alam gaib.

 

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan as Sam’iyyat?

2.       Apa saja ruang lingkup as Sam’yyat?

3.       Apa yang dimaksud dengan alam kubur, malaikat, nabi dan rasul surga dan neraka?

4.       Makna mengimani as Sam’iyyat?

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui arti As Sam’iyyat.

2.       Ruang lingkup As Sam’iyyat.

3.       Unutk mengetahui pengertian Alam kubur, surga dan neraka dll.

4.       Untuk  mengimani As Sam’iyyat.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Sam’iyyat (Ghaib)

Pengertian Sam’iyyat adalah pembahasan tentang segala sesutau yang dapat diketahui lewat sam’i atau dari pemberitaan dalil naqli, baik dari al-quran maupun al-hadis seperti alam. As sam'iyyat menurut bahasa berarti sesuatu yang gaib yang hanya bisa diketahui secara benar dengan cara ikhbari (berita yang didengar), yakni apa yang didengar dan diberitakan oleh Allah dan rasulnya dalam Alquran dan as-sunnah. Atau dalam arti lain suatu perkara yang tertera dalam Alquran dan disebut dalam hadis nabi saw sedangkan perkara itu tidak bisa diterima oleh akal manusia biasa atau sesuatu yang gaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia biasa tapi harus dipercayai oleh setiap muslim akil dan baligh. Adanya perkara ini demi Untuk menyakinkan kepastian adanya risalah yang dibawa Rasulullah saw.

Hal yang mengangkut  sam'iyyat ini banyak sekali diantaranya adanya para Malaikat, kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi, adanya qadha dan qadar, adanya mukjizat mukjizat yang diberikan kepada para nabi, meyakini bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah nabi terakhir dan nabi yang paling sempurna, adanya hari kiamat, Siksa Kubur, pahala dan dosa, hari kebangkitan, hari dikumpulkannya manusia dipadang mahsyar, syafaat Nabi saw, hari perhitungan, hari pertimbangan, jembatan (shirat), surga dan neraka, arsy, kursi, lauhul mahfudh, penarikan alqur'an, isra'mi'raj, kehidupan para syuhada dalam kubur, dan lain-lainnya

sam'iyyat atau perkara yang berhubungan dengan alam gaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia biasa, tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba, dan kita hanya mendengar dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi saw dan hadits beliau atau semua yang telah diterangkan oleh para nabi sehubungan dengan perkara tadi. Perkara-perkara ini merupakan  ujian bagi manusia selama dia hidup di dunia. [1]

 

Manusia di ujian apakah ketika di dunia dia beriman kepada hal hal yang gaib, yang mana semua itu tidak tampak ataukah dia mengingkarinya. Hanya Allah SWT saja yang dapat mengetahuinya segala yang berkaitan dengan ini sebagaimana yang terdapat dalam firmannya dalam surah al-Baqarah: ayat 33 yaitu:

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

 

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".

 

B.      Teori Karakteristik Alam Gaib

Membahas alam ghaib, seperti sedang membahas kejadian suatu malam yang gelap gulita, sehingga tidak ada setitik cahaya pun sebagai penuntun. Akan tetapi pada saat gelap gulita menurut pandangan mata manusia, bukan berarti saat malam gelap gulita itu tidak ada apa-apa disekeliling kita. Hanya karena keterbatasan kemampuan indra mata manusia, maka kemampuan bathinniah (indra keenam) diandalkan.

Alam nyata dan alam ghaib seperti dua sisi mata uang logam, dimana sisi yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Apabila kita ingin memandang sisi yang satu maka sisi yang lain tidak akan terlihat, begitu sebaliknya. Keberadaan alam ghaib merupakan bentuk keseimbangan atau sebagai pasangan dari alam nyata. Jadi justru hanya orang yang rasionya dangkal yang menolak keberadaaan alam ghaib karena jika alam ghaib tidak ada, lalu apa lawan dari alam nyata?

Alam ghaib yang akan saya bahas lebih banyak kepada alam jin, karena ada juga alam ghaib yang merupakan alam malakut (alam malaikat). [2]

Alam malaikat memiliki ciri yang sangat jelas dimana ada kesenangan (surga) dan ada siksaan (neraka). Dimana manusia dan jin akan sampai kepada alam dimana para malaikat Tuhan menjadi eksekutor.

Siang hari di alam nyata merupakan malam hari di alam ghaib atau sebaliknya, malam hari di alam nyata maka di alam ghaib sedang mengalami siang hari, sebagai teori pembuktian

Pengetahuan tentang keterbalikan antara alam nyata dengan alam ghaib menjadi sangat penting apabila Anda akan memulai mempelajari atau ingin menimba ilmu supranatural. Karena telah banyak orang menjadi gila setelah ia mempelajari ilmu ghaib. Bagaimana tidak? Setelah melakukan wirid yang jumlahnya ribuan kali dan ada juga yang memasang sesajen dengan harapan mendapat berkah dari Tuhan agar memiliki kesaktian namun justru yang dating malah golongan jin jahat (syetan).

Kedatangan jin jahat dapat berupa seorang yang kelihatan sholeh, memegang tasbih, berbaju putih dan bercahaya. Bahkan seringkali menawarkan benda berupa keris, cincin, ikat pinggang, pecut (cemeti) dan lain-lain. Jika Anda faham dengan sifat-sifat alam ghaib tentu Anda akan menolak apapun yang diberikannya, karena barang apapun itu pasti yang terjelek dan berbahaya bagi keimanan Anda. Justru apa saja yang disembunyikan para syetan itulah yang terbaik.

C.      Ruang Lingkup Sam’iyyat (alam Gaib)

1.   Alam Kubur

Kubur adalah tempat di mana semua jenazah manusia dimakamkan. Alam kubur adalah alam yang mesti dilewati oleh manusia dalam perjalanannya menuju Allah, setelah ia melintasi dunia dengan segala kenimatannya. Di alam kubur inilah manusia akan berada sampai mereka dibangkitkan. Setelah kematiannya, manusia lalu dikuburkan, seperti yang digambarkan di dalam QS. Abasa [80] ayat 17-22 Yang Artinya “ Binasalah manusia Alangkah sangat kekafirannya? Dari Apakah Allah menciptakannya?” [3]

 

Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya [fase-fase kejadianya] kemudian Dia memudahkan jalannya, Kelahiran-nya atau memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang sesat kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Selain alam kubur, dikenal pula istilah Bar- zakh yang disebutkan dalam Al-Qur'an, QS. al-Mu'minun [23]: 99-100. 

{حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا

وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) }

Yang artinya : (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan­nya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (QS al-Mu’minun ayat 99-100).

2.   Surga dan Neraka

      Surga atau neraka adalah tempat terakhir dan abadi yang disediakan Allah bagi manusia sebagai pembalasan yang layak bagi amal perbuatannya di dunia. Syurga sebagai kenikmatan dan kebahagiaan ynag disediakan bgai orang-orang yang shalih, sedangkan neraka adalah tempat siksaan bagi orang-orang tidak mentauhidkan Allah.

Disinilah akhir keputusan dari pengadilan Yang Maha Agung, Hakim Yang Maha Adil bagi manusia, setelah melalui bermacam-macam pemeriksaan dan pengusutan sejak hari kebangkitan dari alam kuburnya. [4]

 

Menurut Ahli Sunnah, syurga dan neraka itu sejak sekarang ini (dan sebelumnya) sudah tersedia. Pendapat mereka ini didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an

 berikut : Surah Sli Imran ayat 131:

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

         

Artinya : “Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.

Surah Ali Imran ayat 133 :


۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

 Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”

 

3.   Malaikat

 

Dalam Islam, malaikat (bahasa Arab: ملاك malāk; jamak: ملاًئِكة mala'ikah) adalah makhluk surgawi, yang diciptakan dari asal mula yang cerah oleh Allah untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang telah diberikan kepadanya.  Keyakinan pada malaikat adalah salah satu dari enam rukun iman dalam Islam. Menurut bahasa Arab, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari  malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan ar-rasul. Malaikat diciptakan oleh Allah terbuat dari cahaya (nur), berdasarkan salah satu hadist Muhammad, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya.

 

4.     Nabi dan Rasul

secara etimologi, kata “nabi” berasal dari kata naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”. [5]

 

Sementara itu, pengertian Nabi secara umum adalah seorang manusia Hamba Allah SWT yang diberikan kepercayaan berupa wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri.

Sementara itu, kata “rasul” berasal dari kata risala yang berarti penyampaian. Rasul adalah seseorang yang diberikan wahyu dan kepercayaan oleh Allah SWT yang kemudian diamalkan dan berkewajiban menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.

Nabi dan Rasul adalah suri tauladan umat Islam yang semua perilakunya patut dicontoh oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Agar lebih paham terkait perbedaan Nabi dan Rasul, berikut adalah penjelasan mengenai Nabi dan Rasul yang perlu diketahui agar tidak salah dalam mengimaninya. Mengenai jumlah Nabi dan Rasul, ada yang berpendapat bahwa jumlah Nabi adalah 124.000, sedangkan jumlah Rasul ada 312. Namun, dalam Al-Quran hanya terdapat beberapa nama Nabi dan Rasul yang disebutkan seperti dalam surat Al-Ghafir ayat 787 berikut:

Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara meraka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawah suatu mu’jizat melainkan dengan seizin Allah.” (Qs. Al-Ghafir: 787)

 

5.     Qada dan Qadar

Menurut bahasa (etimologi) qada berarti:

-          Perintah, sebagaimana tertera dalam ayat 23 surah Al-Isra

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia...(QS Al-Isra [17]:23)[6]

 

-          Menetapkan, seperti dalam ayat 4 surah Al-Isra

وَقَضَيْنَآ إِلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ فِى ٱلْكِتَٰبِ

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu...(QS Al-Isra [17]:4)

-          Menghendaki, makna ini mengacu pada ayat 117 surah Al-Baqarah.

وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.(QS. Al-Baqarah [2]:117)

-          Menjadikan,sebagaimana dijumpai dalam ayat 12 surah fussilat.

فَقَضَىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa...(QS fussilat [41]:12)

Qadar,disebut dalam Al-Qur’an dalam bentuk yang bermacam-macam dan banyak pula artinya. Namun, pada umumnya qadar mengandung pengertian, kekuasaan Allah untuk menentukan ukuran,susunan,dan aturan terhadap sesuatu,sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Ra’d [13] ayat 8, surah Al-Hijr [15] ayat 21,dan surah Al-Qamar [54] ayat 49. Ayat-ayat tersebut diterjemahkan sebagai berikut.

-          “...Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS Ar-Ra’d [13]:8)

-          “Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS Al-Hijr [15]:21)

-          “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS Al-Qamar [54]:49)

 

D.   Mengimani as Sam’iyyat (alam Gaib)

Beriman kepada yang ghaib merupakan salah satu bentuk rukun iman, karena di dalam rukun iman ada yang namanya iman kepada Allah dan juga iman kepada malaikat. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 3, Allah menjelaskan bahwa beriman kepada yang ghaib adalah salah satu ciri orang yang bertaqwa:

 

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

 Artinya : “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” [QS. Al-Baqarah ayat 3]

Beriman kepada yang ghaib, yang pertama adalah iman kepada Allah SWT, Dzat yang menciptakan seluruh alam yang tidak dapat disaksikan oleh mata telanjang, akan tetapi dapat dirasakan sifat dan wujud-Nya.

Selain beriman kepada Allah, hal ghaib yang harus kita imani selanjutnya adalah akhirat. Akhriat termasuk hal ghaib, sebab tidak ada orang yang mampu menyaksikan akhirat dengan mata atau mendengar dengan telinga, namun yang harus kita yakini bahwa akhirat itu pasti ada. Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Muhammad SAW, semua telah wafat beberapa abad yang lalu juga merupakan hal ghaib. Karena kita tidak pernah bertatap muka dengan beliau.

Kita hanya mendengar dari sejarah atau makamnya saja saat ini, orang-orang yang mentaati mereka dan ingin melanjutkan perjuangan mereka termasuk beriman kepada yang ghaib.

       Iman pada yang ghaib tertulis dalam awal Surah Al-Baqarah. Disebutkan, “Al-ladzina yuminuna bil-ghaib (orang-orang yang beriman kepada yang gaib)”. Syekh al-Thahir bin ‘Asyur mendefinisikan gaib yaitu ma la yudriku al-hiss, sesuatu yang tidak dapat diakses/ditangkap pancaindera. Tidak bisa dilihat, diraba/dipegang, dirasakan, dicium, dan didengar. Tapi eksistensinya ada.

Imam Fakhruddin al-Razi juga berpendapat bahwa ghaib adalah ma ghaba ‘an al-hissiy (sesuatu yang tersembunyi dari indera). Lawan katanya adalah al-syahid, yaitu ma hadhara (sesuatu yang hadir).

Imam al-Razi ketika mengartikan ghiyabah yang seakar kata dengan gaib yaitu segala sesuatu yang tersembunyi dan tertutupi. Seperti kacang tertutup oleh kulitnya disebut ghiyabah. Dan segala sesuatu yang gelap tak tertembus indera adalah gaib.

Di antara yang gaib yang dikabarkan dalam al-Quran yaitu Allah, Malaikat, jin, ruh, hari kebangkitan kubur (ba’ts), alam kubur, alam makhsyar, surga-neraka, kiamat, setan, dan yang lainnya. Dan Imam al-Razi menyatakan bahwa hal gaib sebagian telah dikabarkan eksistensinya oleh dalil (ma ‘alaihi dalil) dan sebagian hal gaib yang lain tidak dikabarkan oleh dalil (ma laysa ‘alaihi dalil).

 

 

 

 

                                                           BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Assam’iyyat menurut bahasa berarti sesuatu yang ghaib yang hanya bisa diketahui secara benar dengan cara ikhbari (berita yang didengar), yakni apa yang didengar dan diberitakan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal yang menyangkut sam’iyyat ini banyak sekali diantaranya adanya para Malaikat, kitab kitab yang diturunkan kepada para nabi, adanya qadha dan qadar, dan lain sebagainya.

Malaikat dalam Islam, merupakan makhluk mulia, halus dan mengagumkan yang diciptakan Allah dari cahaya dan terpelihara dari maksiat. Mereka bukan laki laki atau perempuan, tidak kawin, tidak berketurunan, tidak beribu dan berbapak, tidak tidur dan tidak makan dan minum. ada sepuluh nama malaikat yang wajid bagi setiap muslim mengetahuinya yaitu: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridhwan, Malik, Raqib, ’Atid, Munkar, Nakir.

Qadha adalah penentuan Allah yang tidak bisa berubah kepada makhlukNya berupa kebaikan atau keburukan sejak dari azali atau dari zaman yang tidak bermula berdasarkan dari kebijaksanaa-Nya yang tanpa batas dan ilmu Nya yang Maha Tinggi sedangkan Qadar adalah perkara yang diciptakan Allah sesuai dengan kehendak dan pengetahuan-Nya, kemudian ditetapkan dalam azali atau zaman yang tidak bermula.

 

B.       Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, insyaAllah kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

 

 

 

 

                                 DARTAR PUSTAKA     

Purba Hadis.dan Salamuddin.2016.Teologi Islam.Medan:Perdana Mulya Sarana.

http://repository.radenintan.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 Pukul 14:00 WIB

http://metatimbul.blogspot.com/ .Diakses pada tanggal 12 oktober 2019 Pukul       14:00 WIB

http://eprints.walisongo.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 Pukul 14:00 WIB

Musayyar, M.S.A.2009.Buku Pintar Alam Ghaib.Jakarta:Serambi Ilmu Semesta.

Bafadal ar fadhal. 2006.Anotasi Buku-Buku Keagamaan Kontemporer.  Universitas Michigan: Putslibang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI.

Munir, A. Dan Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam.Jakarta: Rineka cipta

Ali atabik, Muhdlor Zuhdi. 2017. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta:Multi Karya Grafika

Al Zairi, Abu bakar jabir. 2014. Minhajul Muslim (panduan hidup menjadi muslim kaffah). Solo:Pustaka Arafah

Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, 2017, Kitab Tauhid: Jakarta:Ummul Qura.

R, A, R. (2011). Jurnal Adabiyah, 11(2), 128-135. Retrieved from hhtp://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/1723/pdf

B, Muhammad Helmi. Dkk.Jurnal Refletika, 12(12), 3-7. Retried From hhtp://ejournal.idia.ac.id/index.php/refletika/article/view/`1723/pdf

 

 

 




 

 






 

 

 

 

 



[1] Muhammad Sayyid Ahmad Musayyar. Buku Pintar Alam Ghaib.(Jakarta:Serambi Ilmu Semesta,2009)hal.13

[2] http://metatimbul.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 12/10/2019

[3] Ibid, hlm.15-20

[4] Hadis Purba dan Salamuddin.Teologi Islam. (Medan:Perdana Mulya Sarana,2016)hal.144

[5] Ibid, 114-122

6.Ibid, 144


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...