QISM AS SAM’IYYAT (GHAIB)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang........................................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
C.
Tujuan...................................................................................................................... 1
BAB II QISM
AN NUBUWWAH
A.
Pengertian
as Sam’iyyat.......................................................................................... 2
B.
Ruang
lingkup as sam’iyyat.................................................................................... 5
C.
Makna
beriman pada alam Gaib.............................................................................. 9
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................................. 11
B.
Saran........................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sam’iyyat atau Ghaib merupakan suatu hal yang sangat jarang
diperbincangkan oleh masyarakat saat ini. Tetapi, teori tentang gaib dalam
agama Islam menjadi suatu perdebatan yang sangat sengit untuk dibicarakan.
Meskipun kenabin menjadi suatu tema yang penting dalam kajian Islam, tetapi hal
itu tidak berlaku bagi agama selain Islam.
Saat ini, semakin banyak orang yang memposisikan dan memandang Gaib
menjadi suatu hal yang biasa saja, bukan lagi sebuah hal yang istimewa. Karena
dianggap biasa saja, pada akhirnya penyikapan terhadap Gaib menjadi biasa saja,
bahkan sampai ada yang menjadikan Gaib sebagai bahan olokan dalam sebuah
kartun, film, dan sebagainya. Maka dari itu, tujuan dari makalah ini adalah
agar dapat menguraikan tentang alam gaib.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan as Sam’iyyat?
2.
Apa saja ruang lingkup as Sam’yyat?
3.
Apa yang dimaksud dengan alam kubur, malaikat,
nabi dan rasul surga dan neraka?
4.
Makna mengimani as Sam’iyyat?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui arti As Sam’iyyat.
2.
Ruang lingkup
As Sam’iyyat.
3.
Unutk
mengetahui pengertian Alam kubur, surga dan neraka dll.
4.
Untuk mengimani As Sam’iyyat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sam’iyyat (Ghaib)
Pengertian Sam’iyyat adalah pembahasan tentang segala
sesutau yang dapat diketahui lewat sam’i atau dari pemberitaan dalil naqli,
baik dari al-quran maupun al-hadis seperti alam. As sam'iyyat menurut bahasa berarti sesuatu yang
gaib yang hanya bisa diketahui secara benar dengan cara
ikhbari (berita yang didengar), yakni apa yang
didengar dan diberitakan oleh Allah dan rasulnya dalam Alquran dan as-sunnah.
Atau dalam arti lain suatu perkara yang tertera dalam Alquran dan disebut dalam
hadis nabi saw sedangkan perkara itu tidak bisa diterima oleh akal manusia
biasa atau sesuatu yang gaib yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra manusia
biasa tapi harus dipercayai oleh setiap muslim akil dan baligh. Adanya perkara
ini demi Untuk menyakinkan kepastian adanya risalah yang dibawa Rasulullah saw.
Hal yang mengangkut sam'iyyat ini banyak sekali diantaranya
adanya para Malaikat, kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi, adanya
qadha dan qadar, adanya mukjizat mukjizat yang diberikan kepada para nabi,
meyakini bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah nabi terakhir dan nabi yang paling
sempurna, adanya hari kiamat, Siksa Kubur, pahala dan dosa, hari kebangkitan,
hari dikumpulkannya manusia dipadang mahsyar, syafaat Nabi saw, hari
perhitungan, hari pertimbangan, jembatan (shirat), surga dan neraka, arsy,
kursi, lauhul mahfudh, penarikan alqur'an, isra'mi'raj, kehidupan para syuhada
dalam kubur, dan lain-lainnya
sam'iyyat
atau perkara yang berhubungan dengan alam gaib yang tidak bisa ditangkap oleh
panca indra manusia biasa, tidak bisa dilihat, tidak bisa diraba, dan kita
hanya mendengar dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi saw dan hadits
beliau atau semua yang telah diterangkan oleh para nabi sehubungan
dengan perkara tadi. Perkara-perkara ini merupakan ujian bagi manusia selama dia
hidup di dunia. [1]
Manusia di ujian apakah ketika di dunia dia
beriman kepada hal hal yang gaib, yang mana semua itu tidak tampak
ataukah dia mengingkarinya.
Hanya Allah SWT saja yang dapat mengetahuinya segala yang berkaitan dengan ini
sebagaimana yang terdapat dalam firmannya dalam surah al-Baqarah: ayat 33
yaitu:
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?".
B.
Teori Karakteristik Alam Gaib
Membahas alam ghaib, seperti sedang
membahas kejadian suatu malam yang gelap gulita, sehingga tidak ada setitik
cahaya pun sebagai penuntun. Akan tetapi pada
saat gelap gulita menurut pandangan mata manusia, bukan berarti saat malam
gelap gulita itu tidak ada apa-apa disekeliling kita. Hanya karena keterbatasan
kemampuan indra mata manusia, maka kemampuan bathinniah (indra keenam) diandalkan.
Alam nyata dan alam ghaib seperti dua sisi
mata uang logam, dimana sisi yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Apabila kita ingin memandang sisi yang satu maka sisi yang lain tidak akan
terlihat, begitu sebaliknya. Keberadaan alam ghaib merupakan bentuk
keseimbangan atau sebagai pasangan dari alam nyata. Jadi justru hanya orang
yang rasionya dangkal yang menolak keberadaaan alam ghaib karena jika alam
ghaib tidak ada, lalu apa lawan dari alam nyata?
Alam ghaib yang akan saya bahas lebih
banyak kepada alam jin, karena ada juga alam ghaib yang merupakan alam malakut
(alam malaikat). [2]
Alam malaikat memiliki ciri yang sangat
jelas dimana ada kesenangan (surga) dan ada siksaan (neraka). Dimana manusia
dan jin akan sampai kepada alam dimana para malaikat Tuhan menjadi eksekutor.
Siang hari di alam nyata merupakan malam
hari di alam ghaib atau sebaliknya, malam hari di alam nyata maka di alam ghaib
sedang mengalami siang hari, sebagai teori pembuktian
Pengetahuan tentang keterbalikan antara
alam nyata dengan alam ghaib menjadi sangat penting apabila Anda akan memulai
mempelajari atau ingin menimba ilmu supranatural. Karena telah banyak orang
menjadi gila setelah ia mempelajari ilmu ghaib. Bagaimana tidak? Setelah
melakukan wirid yang jumlahnya ribuan kali dan ada juga yang memasang sesajen
dengan harapan mendapat berkah dari Tuhan agar memiliki kesaktian namun justru
yang dating malah golongan jin jahat (syetan).
Kedatangan jin jahat dapat berupa seorang
yang kelihatan sholeh, memegang tasbih, berbaju putih dan bercahaya. Bahkan
seringkali menawarkan benda berupa keris, cincin, ikat pinggang, pecut (cemeti)
dan lain-lain. Jika Anda faham dengan sifat-sifat alam ghaib tentu Anda akan
menolak apapun yang diberikannya, karena barang apapun itu pasti yang terjelek
dan berbahaya bagi keimanan Anda. Justru apa saja yang disembunyikan para
syetan itulah yang terbaik.
C.
Ruang Lingkup Sam’iyyat (alam Gaib)
1.
Alam Kubur
Kubur adalah tempat di mana semua jenazah manusia
dimakamkan. Alam kubur adalah alam yang mesti dilewati oleh manusia dalam
perjalanannya menuju Allah, setelah ia melintasi dunia dengan segala
kenimatannya. Di alam kubur inilah manusia akan berada sampai mereka
dibangkitkan. Setelah kematiannya, manusia lalu dikuburkan, seperti yang
digambarkan di dalam QS. Abasa [80] ayat 17-22 Yang Artinya “ Binasalah manusia Alangkah sangat
kekafirannya? Dari Apakah Allah menciptakannya?” [3]
Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya
[fase-fase kejadianya] kemudian Dia memudahkan jalannya, Kelahiran-nya atau
memberi persediaan kepadanya untuk menjalani jalan yang benar atau jalan yang
sesat kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, Kemudian bila
Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Selain alam kubur, dikenal pula
istilah Bar- zakh yang disebutkan dalam Al-Qur'an, QS. al-Mu'minun [23]:
99-100.
{حَتَّى
إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ
صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ
إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) }
Yang artinya : (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga
apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya
Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai
hari mereka dibangkitkan. (QS
al-Mu’minun ayat 99-100).
2.
Surga dan Neraka
Surga atau neraka adalah tempat terakhir dan abadi yang disediakan
Allah bagi manusia sebagai pembalasan yang layak bagi amal perbuatannya di
dunia. Syurga sebagai kenikmatan dan kebahagiaan ynag disediakan bgai orang-orang
yang shalih, sedangkan neraka adalah tempat siksaan bagi orang-orang tidak
mentauhidkan Allah.
Disinilah akhir keputusan dari pengadilan
Yang Maha Agung, Hakim Yang Maha Adil bagi manusia, setelah melalui
bermacam-macam pemeriksaan dan pengusutan sejak hari kebangkitan dari alam
kuburnya. [4]
Menurut Ahli Sunnah, syurga dan neraka
itu sejak sekarang ini (dan sebelumnya) sudah tersedia. Pendapat mereka ini
didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an
berikut : Surah Sli Imran ayat 131:
وَاتَّقُوا
النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Artinya : “Dan peliharalah dirimu
dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”
Surah Ali Imran ayat 133 :
۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
3.
Malaikat
Dalam Islam, malaikat
(bahasa
Arab:
ملاك malāk; jamak: ملاًئِكة mala'ikah) adalah makhluk surgawi,
yang diciptakan dari asal mula yang cerah oleh Allah
untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang telah diberikan kepadanya. Keyakinan pada malaikat
adalah salah satu dari enam
rukun
iman dalam Islam. Menurut bahasa Arab, kata “Malaikat” merupakan kata
jamak yang berasal dari malak (ملك)
yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti
risalah atau misi, kemudian sang
pembawa misi biasanya disebut dengan ar-rasul.
Malaikat diciptakan oleh Allah terbuat dari cahaya (nur), berdasarkan salah
satu hadist Muhammad, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya”.
4.
Nabi dan Rasul
secara etimologi, kata “nabi” berasal dari
kata naba yang berarti “dari tempat yang tinggi”. [5]
Sementara itu,
pengertian Nabi secara umum adalah seorang manusia Hamba Allah SWT yang
diberikan kepercayaan berupa wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri.
Sementara itu,
kata “rasul” berasal dari kata risala yang berarti penyampaian. Rasul adalah
seseorang yang diberikan wahyu dan kepercayaan oleh Allah SWT yang kemudian
diamalkan dan berkewajiban menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.
Nabi dan Rasul
adalah suri tauladan umat
Islam yang semua perilakunya patut dicontoh oleh manusia
dalam kehidupan
sehari-hari. Agar lebih paham terkait perbedaan Nabi dan Rasul, berikut adalah
penjelasan mengenai Nabi dan Rasul yang perlu diketahui agar tidak salah dalam
mengimaninya. Mengenai jumlah
Nabi dan Rasul, ada yang berpendapat bahwa jumlah Nabi adalah 124.000,
sedangkan jumlah Rasul ada 312. Namun, dalam Al-Quran hanya terdapat beberapa
nama Nabi dan Rasul yang disebutkan seperti dalam surat Al-Ghafir ayat 787
berikut:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus
beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara meraka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.
Tidak dapat bagi seorang Rasul membawah suatu mu’jizat melainkan dengan seizin
Allah.” (Qs. Al-Ghafir: 787)
5.
Qada dan Qadar
Menurut
bahasa (etimologi) qada berarti:
-
Perintah,
sebagaimana tertera dalam ayat 23 surah Al-Isra
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia...(QS Al-Isra [17]:23)[6]
-
Menetapkan, seperti dalam ayat 4 surah
Al-Isra
وَقَضَيْنَآ إِلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ فِى ٱلْكِتَٰبِ
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab
itu...(QS Al-Isra [17]:4)
-
Menghendaki, makna ini mengacu pada ayat
117 surah Al-Baqarah.
وَإِذَا قَضَىٰٓ
أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu
jadilah ia.(QS. Al-Baqarah [2]:117)
-
Menjadikan,sebagaimana dijumpai dalam ayat
12 surah fussilat.
فَقَضَىٰهُنَّ
سَبْعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua
masa...(QS fussilat [41]:12)
Qadar,disebut dalam Al-Qur’an dalam
bentuk yang bermacam-macam dan banyak pula artinya. Namun, pada umumnya qadar mengandung pengertian,
kekuasaan Allah untuk menentukan ukuran,susunan,dan aturan terhadap
sesuatu,sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Ra’d [13] ayat 8, surah
Al-Hijr [15] ayat 21,dan surah Al-Qamar [54] ayat 49. Ayat-ayat tersebut
diterjemahkan sebagai berikut.
-
“...Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya.” (QS Ar-Ra’d [13]:8)
-
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada
sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran
yang tertentu.” (QS Al-Hijr [15]:21)
-
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala
sesuatu menurut ukuran.” (QS Al-Qamar [54]:49)
D. Mengimani
as Sam’iyyat (alam Gaib)
Beriman
kepada yang ghaib merupakan salah satu bentuk rukun iman, karena di dalam rukun
iman ada yang namanya iman kepada Allah dan juga iman kepada malaikat. Dalam
QS. Al-Baqarah ayat 3, Allah menjelaskan bahwa beriman kepada yang ghaib adalah
salah satu ciri orang yang bertaqwa:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya : “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka.” [QS. Al-Baqarah ayat 3]
Beriman kepada yang ghaib, yang pertama adalah
iman kepada Allah SWT, Dzat yang menciptakan seluruh alam yang tidak dapat disaksikan
oleh mata telanjang, akan tetapi dapat dirasakan sifat dan wujud-Nya.
Selain beriman kepada Allah, hal ghaib yang
harus kita imani selanjutnya adalah akhirat. Akhriat termasuk hal ghaib, sebab
tidak ada orang yang mampu menyaksikan akhirat dengan mata atau mendengar
dengan telinga, namun yang harus kita yakini bahwa akhirat itu pasti ada. Nabi
Adam AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Muhammad SAW, semua telah wafat beberapa abad
yang lalu juga merupakan hal ghaib. Karena kita tidak pernah bertatap muka
dengan beliau.
Kita hanya mendengar dari sejarah atau makamnya
saja saat ini, orang-orang yang mentaati mereka dan ingin melanjutkan
perjuangan mereka termasuk beriman kepada yang ghaib.
Iman pada yang
ghaib tertulis dalam awal Surah Al-Baqarah. Disebutkan, “Al-ladzina
yuminuna bil-ghaib (orang-orang yang beriman kepada yang gaib)”. Syekh
al-Thahir bin ‘Asyur mendefinisikan gaib yaitu ma la yudriku al-hiss, sesuatu
yang tidak dapat diakses/ditangkap pancaindera. Tidak bisa dilihat, diraba/dipegang,
dirasakan, dicium, dan didengar. Tapi eksistensinya ada.
Imam Fakhruddin
al-Razi juga berpendapat bahwa ghaib adalah ma ghaba ‘an al-hissiy (sesuatu
yang tersembunyi dari indera). Lawan katanya adalah al-syahid, yaitu ma
hadhara (sesuatu yang hadir).
Imam al-Razi
ketika mengartikan ghiyabah yang seakar kata dengan gaib yaitu segala sesuatu
yang tersembunyi dan tertutupi. Seperti kacang tertutup oleh kulitnya disebut
ghiyabah. Dan segala sesuatu yang gelap tak tertembus indera adalah gaib.
Di antara yang
gaib yang dikabarkan dalam al-Quran yaitu Allah, Malaikat, jin, ruh, hari
kebangkitan kubur (ba’ts), alam kubur, alam makhsyar, surga-neraka, kiamat,
setan, dan yang lainnya. Dan Imam al-Razi menyatakan bahwa hal gaib sebagian
telah dikabarkan eksistensinya oleh dalil (ma ‘alaihi dalil) dan
sebagian hal gaib yang lain tidak dikabarkan oleh dalil (ma laysa ‘alaihi
dalil).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Assam’iyyat menurut bahasa berarti
sesuatu yang ghaib yang hanya bisa diketahui secara benar dengan cara ikhbari
(berita yang didengar), yakni apa yang didengar dan diberitakan oleh Allah dan
Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal yang menyangkut sam’iyyat ini
banyak sekali diantaranya adanya para Malaikat, kitab kitab yang diturunkan
kepada para nabi, adanya qadha dan qadar, dan lain sebagainya.
Malaikat dalam Islam, merupakan
makhluk mulia, halus dan mengagumkan yang diciptakan Allah dari cahaya dan
terpelihara dari maksiat. Mereka bukan laki laki atau perempuan, tidak kawin,
tidak berketurunan, tidak beribu dan berbapak, tidak tidur dan tidak makan dan
minum. ada sepuluh nama malaikat yang wajid bagi setiap muslim mengetahuinya
yaitu: Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridhwan, Malik, Raqib, ’Atid, Munkar,
Nakir.
Qadha adalah penentuan Allah yang
tidak bisa berubah kepada makhlukNya berupa kebaikan atau keburukan sejak dari
azali atau dari zaman yang tidak bermula berdasarkan dari kebijaksanaa-Nya yang
tanpa batas dan ilmu Nya yang Maha Tinggi sedangkan Qadar adalah perkara yang
diciptakan Allah sesuai dengan kehendak dan pengetahuan-Nya, kemudian
ditetapkan dalam azali atau zaman yang tidak bermula.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh
dari kata sempurna, insyaAllah kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber sumber yang lebih banyak
dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DARTAR PUSTAKA
Purba Hadis.dan
Salamuddin.2016.Teologi Islam.Medan:Perdana
Mulya Sarana.
http://repository.radenintan.ac.id. Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2019 Pukul 14:00 WIB
http://metatimbul.blogspot.com/ .Diakses pada tanggal 12 oktober
2019 Pukul 14:00 WIB
http://eprints.walisongo.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Oktober
2019 Pukul 14:00 WIB
Musayyar, M.S.A.2009.Buku Pintar Alam Ghaib.Jakarta:Serambi
Ilmu Semesta.
Bafadal ar fadhal.
2006.Anotasi Buku-Buku Keagamaan
Kontemporer. Universitas Michigan: Putslibang
Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Departemen Agama RI.
Munir, A. Dan
Sudarsono. 2001. Dasar-Dasar Agama Islam.Jakarta:
Rineka cipta
Ali atabik, Muhdlor
Zuhdi. 2017. Kamus Kontemporer Arab
Indonesia. Yogyakarta:Multi Karya Grafika
Al Zairi, Abu bakar
jabir. 2014. Minhajul Muslim (panduan
hidup menjadi muslim kaffah). Solo:Pustaka Arafah
Shalih bin Fauzan
Al-Fauzan, 2017, Kitab Tauhid:
Jakarta:Ummul Qura.
R, A, R. (2011).
Jurnal Adabiyah, 11(2), 128-135. Retrieved from
hhtp://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/1723/pdf
B, Muhammad Helmi.
Dkk.Jurnal Refletika, 12(12), 3-7. Retried From
hhtp://ejournal.idia.ac.id/index.php/refletika/article/view/`1723/pdf
[1] Muhammad Sayyid Ahmad Musayyar. Buku Pintar Alam Ghaib.(Jakarta:Serambi
Ilmu Semesta,2009)hal.13
[2] http://metatimbul.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 12/10/2019
[3] Ibid, hlm.15-20
[4] Hadis Purba dan Salamuddin.Teologi Islam. (Medan:Perdana Mulya
Sarana,2016)hal.144
[5] Ibid, 114-122
No comments:
Post a Comment