Thursday, 11 June 2020

CRITICAL JOURNAL REVIEW MEMBANGUN BUDAYA LITERASI INFORMASI BAGI MASYARAKAT KAMPUS (RIZKA DARMAYANTI)

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI INFORMASI BAGI MASYARAKAT KAMPUS (RIZKA DARMAYANTI)

 

DISUSUN OLEH:

NAMA: MAYALIANA

NIM: 0601182113

KELAS: ILMU PERPUSTAKAAN-2

 

 

Description: Gambar terkait

 

 

 

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas  bagi kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Journal Review tepat pada waktunya. Tak lupa, sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Critical Journal Review ini dibuat untuk memenuhi tugas individu untuk mata kuliah Masyarakat Informasi pada semester II dengan mengangkat jurnal yang bertema “Membangun Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus oleh Rizka Darmayanti.

Mungkin dalam penyusunan Critical Journal Review ini, terdapat banyak kesalahan di dalamnya, maka dari itu saya harapkan kritik serta saran yang membangun sehingga di kemudian hari akan menjadi lebih baik. Saya berharap agar makalah ini akan bermanfaat bagi pembaca.

 

 

Medan, 23 April 2019

Disusun oleh,

 

 

Mayaliana


 

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN................................................................................................................ 1

RINGKASAN JURNAL........................................................................................................ 2

A.  Identitas Jurnal.................................................................................................................. 2

B.  Ringkasan Jurnal............................................................................................................... 2

PEMBAHASAN.................................................................................................................... 5

PENUTUP.............................................................................................................................. 9

A.    Kesimpulan...................................................................................................................... 9

B.     Saran................................................................................................................................ 9

 


PENDAHULUAN

Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang dalam mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif. Perpustakaan  mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran informasi hal ini dikarenakan di dalam sebuah perpustakaan terdapat banyak sekali buku dan disetiap bukunya itu memiliki beragam informasi yang sangat berguna bagi pembacanya. Karena dianggap sebagai sumber informasi maka perpustakaan juga sangat berperan dalam menciptakan masyarakat yang literer, yaitu masyarakat yang melek akan informasi

Alasan pemilihan jurnal ini adalah karena rendahnya minat baca masyarakat, sehingga perpustakaan kerap kali tak terdayagunakan secara optimal. Bahkan tak jarang terdengar keluhan, perpustakaan-perpustakaan yang ada, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, tak terurus dan terawat dengan baik. Sehingga koleksi buku, majalah dan bacaan lainnya menjadi rusak. Bahkan tak layak untuk dibaca. Hal tersebut terjadi karena masih minimnya minat baca tersebut, banyak perpustakaan sepi pengunjung. Bahkan yang sangat menyedihkan, di lingkungan universitas sekali pun, tak selamanya perpustakaan dimanfaatkan mahasiswanya secara maksimal. Apalagi untuk buku-buku atau bahan bacaan berbahasa asing (umumnya bahasa Inggris).

Hal ini sangat berkaitan dengan pembelajaran yang saya minati selaku mahasiswi prodi ilmu perpustakaan yaitu masalah-masalah yang harus diketahui oleh pustakawan. Tentu untu menjadi seorang pustakawan yang profesional harus mengetahui tentang minat baca masyarakat serta bagaimana membangun budaya literasi informasi bagi masyarakat.

 


RINGKASAN JURNAL

A.  Identitas Jurnal

Judul Jurnal                 : Membangun Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus

Nama Jurnal                : Jurnal Iqra’

Nama Penulis              : Riska Darmayanti

Lembaga Penulis         : UIN Sumatera Utara

Tahun Terbit               : Mei 2016

Volume                       : 10

 

B.  Ringkasan Jurnal

1.    Pendahuluan

Salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber informasi yang berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang literasi untuk  mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Perpustakaan  mempunyai peran yang begitu penting dalam penyebaran informasi hal ini di karenakan di dalam sebuah perpustakaan terdapat banyak sekali buku dan disetiap bukunya itu memiliki beragam informasi yang sangat berguna bagi pembacanya. Karena di anggap sebagai sumber informasi maka perpustakaan juga sangat berperan dalam menciptakan masyarakat yang literer, yaitu masyarakat yang melek akan informasi.

Perpustakaan sebagai sumber informasi, media pendidikan, media rekreasi dan media riset bagi masyarakat. Perpustakaan juga merupakan tempat menyimpan, menghimpun koleksi buku, bahan cetakan, serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Setiap anggota masyarakat punya hak dan kesempatan untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan di perpustakaan.

Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang dalam mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif. Penguasaan literasi informasi akan menjauhkan dari kebodohan, karena di saat mempunyai suatu masalah masyarakat tahu di mana harus mencari informasi pemecahan masalahnya. Rendahnya minat baca sangat berpengaruh kepada ketrampilan literasi informasi masyarakat. Sehebat apa pun perpustakaan yang dimiliki, tidak bisa berbuat banyak jika masyarakatnya tidak senang membaca. 

 

 

2.    Pembahasan

Literasi informasi adalah kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi.

Menurut Asra (Azra, 1998), Budaya Literasi: Kegiatan Ilmiah yang Tereduksi Tak  dapat  dipungkiri  bahwa  ada kaitan  antara  lembaga  pendidikan  dan dunia    intelektual.    Keduanya    sangat interaktif   (saling   mempengaruhi)   dan interdependen  (saling  tergantung  dan membutuhkan) Salah satu cara  untuk  membangun  tradisi  ilmiah di  lingkungan  perguruan  tinggi  adalah mengoptimalkan    budaya    literasi    di kalangan mahasiswa (Volume 1, Desember 2010, 72) Kemajuan sebuah bangsa tercermin dari giat atau tidaknya budaya literasi masyarakatnya. Lebih  jauh,  salah  satu  indicator penilaian   kualitas   sains   dalam   suatu negara   adalah   jumlah   artikel   ilmiah yang    dipublikasikan    di    jurnal-jurnal internasional. Menurut data Science and Engineering Indicators, jumlah publikasi bangsa Indonesia pada 03 hanya 178 artikel, tertinggal jauh di bawah negara-negara ASEAN,  seperti  Malaysia  yang mempunyai publikasi 520 artikel, Vietnam206,  Filipina  179,  Thailand  1072,  dan Singapura  3122.  Sementara  itu,  Korea Selatan  memiliki  13.746  publikasi,  dan Jepang  sejumlah  60.067  artikel.  Kalau dihitung  jumlah  artikel  perkapita,  posisi Indonesia semakin mengenaskan:berada  pada  urutan  134  dunia,  dengan indeks  0,88  artikel  per  1  juta  penduduk (Ma’mur, 2010: 32).Gambaran   serupa   juga   terjadi pada    penerbitan    buku.    Di    wilayah ASEAN,   jumlah   penerbitan   buku   di Indonesia tertinggal jauh, yaitu sebanyak 6000  judul  buku  per  tahun,  sementara Malaysia  sejumlah  10.000  judul  buku,dan Singapura 12.000 judul buku. Lebih lanjut lagi, di level Asia Pasifik, Cina dan Jepang    menerbitkan    masing-masing 60.000    judul    buku.    Sementara    itu, Kompas mencatat  bahwa  pada  2009, Indonesia   baru   sanggup   menerbitkan sekitar   8.000   judul   buku   per   tahun. Jumlah   ini   sama   dengan   Malaysia yang  berpenduduk  sekitar  27  juta  jiwa dan  jauh  di  bawah  Vietnam  yang  bisa mencapai  15.000  judul  buku  per  tahun dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta jiwa.

Dari    paparan    di    atas,    jelas bahwa    menggiatkan    budaya    literasi dirasa  penting  di  lingkungan  kampus. Mempublikasikan tulisan kepada khalayak  tentu  saja  bukan  hanya  tugas seorang    akademisi,    seperti    dosen,tetapi  juga  harus  dimulai  dari  kalangan mahasiswa sehingga kemajuan bangsa  dapat  mengalami  percepatan. Penguasaan menulis juga harus diiringi dengan kegiatan membaca yang kontinu serta  penguasaan  bahasa  asing  yang mumpuni, khususnya Bahasa Inggris. Sesuai     dengan     Tri     Dharma Perguruan   Tinggi, yaitu   pengabdian kepada  masyarakat  maka  mahasiswa juga berkewajiban menularkan kesadaran membaca itu kepada masyarakat sekitar. Bagaimanapun,  masyarakat  Indonesia secara umum belum memiliki kesadaran tinggi   dalam   membaca.   Karena globalisasi telah menciptakan   ruang   aktualisasi   yang luas,  dunia  akan  memandang  sebuah bangsa  dari  karya  yang  dihasilkannya.

Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan adalah fungsi informatif, agar perpustakaan dapat menjalankan fungsinya secara maksimal perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sebagai pusat sumber informasi. 

Masyarakat informasi memberikan kemudahan akses informasi tanpa batas ruang dan waktu. Masyarakat informasi yang meningkat disertai dengan adanya penggunaan teknologi informasi yang meluas dan hal ini merupakan salah satu dari berbagai criteria terbentuknya abad informasi. 

Literasi informasi bukanlah hanya sekedar tahu mengenai berita-berita artis dalam dan luar negeri, dan bukan pula melek hanya terhadap trend-trend terbaru gaya berpakaian, tetapi yang lebih diterapkan di sini ialah menyerap informasi yang berujung pada penambahan pengetahuan dan pemanfaatan pengetahuan itu sendiri. 

Sebagai pengelola perpustakaan dituntut tidak hanya terampil menhurusi buku namun juga dituntut untuk bisa menguasai teknologi informasi (TI). Dengan menguasai teknologi informasi pustakawan akan menguasai penelusuran literasi informasi. Dengan keterampilan yang dimiliki pustakawan akan bisa membimbing dan mengajari pengguna perpustakaan untuk menemukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.


 

PEMBAHASAN

Menurut saya topik jurnal yang dipilih oleh penulis jurnal berkaitan dengan bidang keahlian penulis karena penulis merupakan mahasiswi prodi sistem Informasi di UIN Sumatera Utara. Judul yang diambil dalam penulisan jurnal ini adalah Meningkatkan Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus. Tentu hal ini sangat relevan dengan bidang keahlian penulis karena pastinya penulis mempelajari tentang sistem informasi mulai dari bagaimana mengolah informasi, memproduksi informasi, memilah informasi, menyebarkan informasi.

Salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber informasi yang berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang literasi untuk  mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Saya setuju dengan pernyataan penulis pada awal paragraf pendahuluan. Memang perpustakaan memiliki fungsi yang sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas serta perpustakaan memang dibuat untuk menunjang pelaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Sebelum ke pokok permasalahan penulis pun menjelaskan terlebih dahulu dasar-dasar pengertian dari topik yang akan dibahas sehingga mempermudahkan pembaca untuk memahami terlebih dahulu apa yang dibas dalam jurnal tersebut.

Pada halaman selanjutnya penulis memuat pernyataan berikut:

Kehadiran perpustakaan dapat diarahkan kepada banyak tujuan, diantaranya: 

1.        Memasyarakatkan atau membudayakan minat baca masyarakat, yang sejauh ini dinilai masih sangat rendah.

2.        Mendorong dan mendidik segenap lapisan masyarakat dalam rangka pendidikan sepanjang hayat, atau menyadarkan seluruh individu bahwa belajar merupakan kegiatan mendasar yang secara kontinu mesti dilakukan sepanjang hidup.

3.        Dengan adanya perpustakaan, akan terbuka lebar-lebar peluang bagi seluruh anggota masyarakat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi-tinggi dan sedalam-dalamnya.

4.        Perpustakaan dapat menunjang terciptanya situasi dan kondisi sosial yang sehat, sehingga secara umum akan mendukung pengembangan modal dasar bagi proses pembangunan.

 

Saya setuju dengan pernyataan penulis yaitu  memasyarakatkan dan membudayakan minat baca masyarakat, karena memang pada umumnya minta baca pada masyarakat kurang sekali. Sehatrusnya pnulis lenih kepada masyarakat yang ada di kampus bukan pada masyarakat umum sesuai dengan judul yang diangkat oleh penulis. Saya snagat setuju dengan pernyataan-pernyataan yang dikemukankan oleh penulsi di atas, namun seharusnaya penulis lebih memfokuskan pembahsan pada masyarakat kampus.

Ada beberapa yang harus diperhatikan, yaitu pada penulisan jurnal ini tidak disebutkan dengan jelas dimana dia melakukan penelitian. Berkenaan dengan judul jurnal penelitian nya yang diambil yaitu Maningkatkan Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus. Seharusnya diperjelas di kampus mana dia melakukan penelitian. Karena tidak semua masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah kampus dengan kaampus lain itu sama. Tentu ada perbedaan sehinga perlu metode yang berbeda untuk meningkatkan literasi informasi.

Dalam jurnal ini tidak menyajikan metodologi penelitian, kajian teori dsb. Dalam jurnal ini hanya berisi pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Sehingga pembaca tidak tau bagaimana metode penelitian yang dilakukan, dimana dia melakukan penelitian dsb. Dalam jurnal ini hanya memuat kutipan-kutipan dari beberapa buku dan internet.

Kerangka berpikir penulis dalam dalam pembahasan menurut saya penulis mengutip pemdapat beberapa tokoh mengenai permasalahan-permasalah yang berkenaan dengan minat baca masyarakat. Kemudian, penulis membrerikan tanggapan dan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Bukan berdasarkan permasalahan yang ia temui dari hasil pengamatannya.

Pada pembahasan penulis memberikan contoh masalah serta solusi-solusi yang bisa dilakukan pustakawan untuk menghadapi masalah yang sedang terjadi. Seperti dinyatakan penulis di halamana 97 dan 98 bahwa bentuk  pendangkalan berpikir  juga  terjadi  dalam  bentuk  aksi-aksi mahasiswa yang cenderung anarkis. Aksi   tersebut   pada   akhirnya   malah menciptakan  stigma  buruk  di  kalangan masyarakat.  Alhasil,  tujuan  yang  pada mulanya   ingin   mengubah   kehidupan sekitar  agar  menjadi  lebih  baik,  justru malah   menampilkan   citra   yang   lebih buruk. Dengan kata lain, mahasiswa saat ini  membutuhkan  inovasi  gerakan  yang segar,  bertanggungjawab,  dan  memiliki efek  yang  global,  tanpa  menghilangkan identitas lokal, serta karakter pergerakan masif yang kritis, dinamis Perlu Komitmen dan Kesungguhan 

Dihadapkan pada pokok bahasan di atas, maka akan  menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pustakawan dalam menyikapi fenomena tersebut. Melalui beberapa tahapan dan adaptasi diharapkan pustakawan dapat segera berbenah agar dapat memperkokoh eksistensi perpustakaan di era kini. Namun tidak meninggalkan esensi dari sebuah perpustakaan yang identik dengan buku sebagai menu yang tidak bisa terlepas, karena  peran buku masih menjadi pilar utama terbukti dari buku teks masih digunakan sebagai literasi informasi bagi institusi pendidikan serta tetap digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Saya setuju dnegan pernyataan oleh penulis di atas.

Saya setuju dengan penjelasan penulis mengenai hal berikut ini, Peran pustakawan pada konsep ini sangat strategis karena menggunakan perpaduan komunikasi dua lini yaitu komunikasi lini atas berkaitan dengan era konvergensi (digitalisasi, internet dan media) dan komunikasi lini bawah tatap muka langsung antara pustakawan dan pemustaka. Penulis memberitahukan bagaimana cara mempromosikan perpustakaan yaitu

Pertama, advertising adalah serangkaian program komunikasi above the line (komunikasi lini atas) untuk mempromosikan perpustakaan di media-media konvensional dan digital. Misalnya, pemasangan iklan layanan masyarakat baik di media digital, cetak, radio, billboard, banner, baliho, spanduk, website library (membaca buku digital secara online dan gratis).

Kedua, sales promotion adalah program-program komunikasi below the line (komunikasi lini bawah) untuk menambah nilai promosi strategis terhadap aktivasi yang sedang dijalankan. Misalnya, talkshow, bedah buku, resensi buku, jumpa penulis, dan lain-lain yang dikemas dengan format edutainment di berbagai acara dengan memanfaatkan public figure.

Ketiga, personal selling adalah program-program komunikasi below the line (komunikasi lini bawah) untuk membangun awareness dan consumer insight. Misalnya, penetrasi budaya literasi Perpustakaan Keliling (mobile library) untuk menciptakan budaya baca , pembenahan perpustakaan lewat ketersediaan buku yang lengkap dari sisi kuantitas dan variasi tema bisa menjadi unique selling, fasilitas cepat wifi gratis di area perpustakaan, dan program buku gratis.

Keempat, public relation program-program komunikasi below the line (komunikasi lini bawah) yang melibatkan peran sentral dari seorang pustakawan yang lebih menitikberatkan pada komunikasi personal pada pelanggan/pembaca. Misalnya, program pemilihan duta baca, kegiatan lombalomba (resensi buku, bercerita, puisi, menulis esai, drama, dll.), program kerjasama dengan perpustakaan lain atau menjalin program sesama komunitas perpustakaan.

Kelima, direct marketing  adalah above the line (komunikasi lini atas) dengan memanfaatkan eksistensi media sosial sebagai kekuatan channel komunikasi (facebook, twitter, instagram, youtube, dll) juga email, dan Handphone.

Pernyataan di atas yang dikemukakan oleh penulis sangat berguna bagi pembaca khusus bagi pustakawan maupun calon pustakawan untuk mempromosikan perpustakaan yang ia kelola agar bisa berdayaguna bagi masyarakat.

Kesimpulan dan saran yang ditulis oleh penulis menurut saya bagus karena berisi pokok pikiran dari keseluruhan isi jurnal dan saran-saran yaitu, sebagai pengelola perpustakaan dituntut tidak hanya terampil menhurusi buku namun juga dituntut untuk bisa menguasai teknologi informasi (TI). Dengan menguasai teknologi informasi pustakawan akan menguasai penelusuran literasi informasi. Dengan keterampilan yang dimiliki pustakawan akan bisa membimbing dan mengajari pengguna perpustakaan untuk menemukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.  Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan adalah fungsi informatif, agar perpustakaan dapat menjalankan fungsinya secara maksimal perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sebagai pusat sumber informasi.  Kesimpulan dan saran tersebut sangat bermanfaat bagi pustakawan agar menjadi pustakawan profesional atau pustakawan yang berkompeten. Namun penulis tidak mencantumkan manfaat jurnal untuk penelitan selanjutnya.


 

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber informasi yang berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang literasi untuk  mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang dalam mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif

Literasi informasi adalah kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat kampus adalah aplikasi teknologi informasi dan Memaksimalkan Pesan Positif dan Meminimalkan Pesan Negatif

 

B.     Saran

Dari kesimpulan diatas maka saya menyarankan kita sebagai pengelola perpustakaan dituntut tidak hanya terampil mengurusi buku namun juga dituntut untuk bisa menguasai teknologi informasi (TI). Dengan menguasai teknologi informasi pustakawan akan menguasai penelusuran literasi informasi. Dengan keterampilan yang dimiliki pustakawan akan bisa membimbing dan mengajari pengguna perpustakaan untuk menemukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.

 


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...