CRITICAL JOURNAL REVIEW
MEMBANGUN BUDAYA LITERASI
INFORMASI BAGI MASYARAKAT KAMPUS (RIZKA DARMAYANTI)
DISUSUN
OLEH:
NAMA: MAYALIANA
NIM: 0601182113
KELAS: ILMU PERPUSTAKAAN-2
PRODI
ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
TAHUN
AKADEMIK 2018/2019
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan atas bagi
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Critical
Journal Review tepat pada waktunya. Tak lupa, sholawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Critical
Journal Review ini dibuat untuk memenuhi tugas individu untuk mata kuliah Masyarakat Informasi pada semester II dengan
mengangkat jurnal yang bertema “Membangun
Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus” oleh Rizka Darmayanti.
Mungkin
dalam penyusunan Critical Journal Review
ini, terdapat banyak kesalahan di dalamnya, maka dari itu saya harapkan kritik serta saran yang membangun
sehingga di kemudian hari akan menjadi lebih baik. Saya berharap agar makalah ini akan bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, 23 April 2019
Disusun oleh,
Mayaliana
DAFTAR
ISI
Hal
KATA
PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
RINGKASAN JURNAL........................................................................................................ 2
A. Identitas Jurnal.................................................................................................................. 2
B. Ringkasan Jurnal............................................................................................................... 2
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 5
PENUTUP.............................................................................................................................. 9
A.
Kesimpulan...................................................................................................................... 9
B.
Saran................................................................................................................................ 9
PENDAHULUAN
Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang dalam
mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan
mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif. Perpustakaan mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran informasi
hal ini dikarenakan di dalam sebuah perpustakaan terdapat banyak sekali buku
dan disetiap bukunya itu memiliki beragam informasi yang sangat berguna bagi pembacanya. Karena dianggap
sebagai sumber informasi maka perpustakaan juga sangat berperan dalam
menciptakan masyarakat yang literer, yaitu masyarakat yang melek akan informasi
Alasan pemilihan
jurnal ini adalah karena rendahnya minat baca masyarakat, sehingga
perpustakaan kerap kali tak terdayagunakan secara optimal. Bahkan tak jarang
terdengar keluhan, perpustakaan-perpustakaan yang ada, baik yang dikelola
pemerintah maupun swasta, tak terurus dan terawat
dengan baik. Sehingga koleksi buku, majalah dan bacaan lainnya menjadi rusak.
Bahkan tak layak untuk dibaca. Hal
tersebut terjadi karena masih minimnya minat baca tersebut, banyak perpustakaan
sepi pengunjung. Bahkan yang sangat menyedihkan, di lingkungan universitas
sekali pun, tak selamanya perpustakaan dimanfaatkan mahasiswanya secara
maksimal. Apalagi untuk buku-buku atau bahan bacaan berbahasa asing (umumnya
bahasa Inggris).
Hal ini sangat
berkaitan dengan pembelajaran yang saya minati selaku mahasiswi prodi ilmu
perpustakaan yaitu masalah-masalah yang harus diketahui oleh pustakawan. Tentu
untu menjadi seorang pustakawan yang profesional harus mengetahui tentang minat
baca masyarakat serta bagaimana membangun
budaya literasi informasi bagi masyarakat.
RINGKASAN JURNAL
A. Identitas
Jurnal
Judul Jurnal : Membangun Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus
Nama Jurnal : Jurnal Iqra’
Nama Penulis : Riska Darmayanti
Lembaga Penulis : UIN Sumatera Utara
Tahun Terbit : Mei 2016
Volume : 10
B. Ringkasan
Jurnal
1.
Pendahuluan
Salah
satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber informasi yang berperan penting
dalam menciptakan masyarakat yang literasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Perpustakaan mempunyai peran yang begitu penting dalam
penyebaran informasi hal ini di karenakan di dalam sebuah perpustakaan terdapat
banyak sekali buku dan disetiap bukunya itu memiliki beragam informasi yang
sangat berguna bagi pembacanya. Karena di anggap
sebagai sumber informasi maka perpustakaan juga sangat berperan dalam
menciptakan masyarakat yang literer, yaitu masyarakat yang melek akan
informasi.
Perpustakaan
sebagai sumber informasi, media pendidikan, media rekreasi dan media riset bagi
masyarakat. Perpustakaan juga merupakan tempat menyimpan, menghimpun koleksi
buku, bahan cetakan, serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum.
Setiap anggota masyarakat punya hak dan kesempatan untuk mencari tambahan ilmu
pengetahuan di perpustakaan.
Literasi
informasi merupakan kemampuan seseorang dalam mencari, mengoleksi, mengevaluasi
atau menginterpretasikan, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi dari
berbagai sumber secara efektif. Penguasaan literasi informasi akan menjauhkan
dari kebodohan, karena di saat mempunyai suatu masalah masyarakat tahu di mana
harus mencari informasi pemecahan masalahnya. Rendahnya minat baca sangat
berpengaruh kepada ketrampilan literasi informasi masyarakat. Sehebat apa pun
perpustakaan yang dimiliki, tidak bisa berbuat banyak jika masyarakatnya tidak
senang membaca.
2.
Pembahasan
Literasi
informasi adalah kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi,
untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif
menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi.
Menurut
Asra (Azra, 1998), Budaya Literasi: Kegiatan Ilmiah yang Tereduksi Tak dapat
dipungkiri bahwa ada kaitan
antara lembaga pendidikan
dan dunia intelektual. Keduanya
sangat interaktif (saling mempengaruhi) dan interdependen (saling
tergantung dan membutuhkan) Salah
satu cara untuk membangun
tradisi ilmiah di lingkungan
perguruan tinggi adalah mengoptimalkan budaya
literasi di kalangan mahasiswa
(Volume 1, Desember 2010, 72) Kemajuan sebuah bangsa tercermin dari giat atau
tidaknya budaya literasi masyarakatnya. Lebih
jauh, salah satu
indicator penilaian
kualitas sains dalam
suatu negara adalah jumlah
artikel ilmiah yang dipublikasikan di
jurnal-jurnal internasional. Menurut data Science and Engineering
Indicators, jumlah publikasi bangsa Indonesia pada 03 hanya 178 artikel,
tertinggal jauh di bawah negara-negara ASEAN,
seperti Malaysia yang mempunyai publikasi 520 artikel,
Vietnam206, Filipina 179,
Thailand 1072, dan Singapura
3122. Sementara itu,
Korea Selatan memiliki 13.746
publikasi, dan Jepang sejumlah
60.067 artikel. Kalau dihitung jumlah
artikel perkapita, posisi Indonesia semakin mengenaskan:berada pada
urutan 134 dunia,
dengan indeks 0,88 artikel
per 1 juta
penduduk (Ma’mur, 2010: 32).Gambaran
serupa juga terjadi pada penerbitan buku.
Di wilayah ASEAN, jumlah
penerbitan buku di Indonesia tertinggal jauh, yaitu sebanyak
6000 judul buku
per tahun, sementara Malaysia sejumlah
10.000 judul buku,dan Singapura 12.000 judul buku. Lebih
lanjut lagi, di level Asia Pasifik, Cina dan Jepang menerbitkan masing-masing 60.000 judul
buku. Sementara itu, Kompas mencatat bahwa
pada 2009, Indonesia baru
sanggup menerbitkan sekitar 8.000
judul buku per
tahun. Jumlah ini sama
dengan Malaysia yang berpenduduk
sekitar 27 juta
jiwa dan jauh di
bawah Vietnam yang
bisa mencapai 15.000 judul
buku per tahun dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta
jiwa.
Dari paparan
di atas, jelas bahwa menggiatkan budaya
literasi dirasa penting di
lingkungan kampus.
Mempublikasikan tulisan kepada khalayak
tentu saja bukan
hanya tugas seorang akademisi, seperti
dosen,tetapi juga harus
dimulai dari kalangan mahasiswa sehingga kemajuan
bangsa dapat mengalami
percepatan. Penguasaan menulis juga harus diiringi dengan kegiatan
membaca yang kontinu serta
penguasaan bahasa asing
yang mumpuni, khususnya Bahasa Inggris. Sesuai dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat
maka mahasiswa juga berkewajiban
menularkan kesadaran membaca itu kepada masyarakat sekitar. Bagaimanapun, masyarakat
Indonesia secara umum belum memiliki kesadaran tinggi dalam
membaca. Karena globalisasi
telah menciptakan ruang aktualisasi
yang luas, dunia akan
memandang sebuah bangsa dari
karya yang dihasilkannya.
Dari
semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan adalah
fungsi informatif, agar perpustakaan dapat menjalankan fungsinya secara
maksimal perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas perpustakaan
sebagai pusat sumber informasi.
Masyarakat
informasi memberikan kemudahan akses informasi tanpa batas ruang dan waktu.
Masyarakat informasi yang meningkat disertai dengan adanya penggunaan teknologi
informasi yang meluas dan hal ini merupakan salah satu dari berbagai criteria
terbentuknya abad informasi.
Literasi
informasi bukanlah hanya sekedar tahu mengenai berita-berita artis dalam dan
luar negeri, dan bukan pula melek hanya terhadap trend-trend terbaru gaya
berpakaian, tetapi yang lebih diterapkan di sini ialah menyerap informasi
yang
berujung pada penambahan pengetahuan dan pemanfaatan pengetahuan itu
sendiri.
Sebagai
pengelola perpustakaan dituntut tidak hanya terampil menhurusi buku namun juga
dituntut untuk bisa menguasai teknologi informasi (TI). Dengan menguasai
teknologi informasi pustakawan akan menguasai penelusuran literasi informasi.
Dengan keterampilan yang dimiliki pustakawan akan bisa membimbing dan mengajari
pengguna perpustakaan untuk menemukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.
PEMBAHASAN
Menurut saya topik jurnal yang dipilih oleh penulis
jurnal berkaitan dengan bidang keahlian penulis karena penulis merupakan
mahasiswi prodi sistem Informasi di UIN Sumatera Utara. Judul yang diambil
dalam penulisan jurnal ini adalah Meningkatkan Budaya Literasi Informasi bagi
Masyarakat Kampus. Tentu hal ini sangat relevan dengan bidang keahlian penulis
karena pastinya penulis mempelajari tentang sistem informasi mulai dari
bagaimana mengolah informasi, memproduksi informasi, memilah informasi,
menyebarkan informasi.
Salah
satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber informasi yang berperan penting
dalam menciptakan masyarakat yang literasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Saya setuju dengan pernyataan penulis pada awal
paragraf pendahuluan. Memang perpustakaan memiliki fungsi yang sangat penting
untuk menciptakan masyarakat yang cerdas serta perpustakaan memang dibuat untuk
menunjang pelaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Sebelum ke pokok permasalahan
penulis pun menjelaskan terlebih dahulu dasar-dasar pengertian dari topik yang
akan dibahas sehingga mempermudahkan pembaca untuk memahami terlebih dahulu apa
yang dibas dalam jurnal tersebut.
Pada
halaman selanjutnya penulis memuat pernyataan berikut:
Kehadiran perpustakaan
dapat diarahkan kepada banyak tujuan, diantaranya:
1.
Memasyarakatkan atau membudayakan minat
baca masyarakat, yang sejauh ini dinilai masih sangat rendah.
2.
Mendorong dan mendidik segenap lapisan
masyarakat dalam rangka pendidikan sepanjang hayat, atau menyadarkan seluruh
individu bahwa belajar merupakan kegiatan mendasar yang secara kontinu mesti
dilakukan sepanjang hidup.
3.
Dengan adanya perpustakaan, akan terbuka
lebar-lebar peluang bagi seluruh anggota masyarakat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan setinggi-tinggi dan sedalam-dalamnya.
4.
Perpustakaan dapat menunjang terciptanya
situasi dan kondisi sosial yang sehat, sehingga secara umum akan mendukung
pengembangan modal dasar bagi proses pembangunan.
Saya setuju
dengan pernyataan penulis yaitu
memasyarakatkan dan membudayakan minat baca masyarakat, karena memang
pada umumnya minta baca pada masyarakat kurang sekali. Sehatrusnya pnulis lenih
kepada masyarakat yang ada di kampus bukan pada masyarakat umum sesuai dengan
judul yang diangkat oleh penulis. Saya snagat setuju dengan
pernyataan-pernyataan yang dikemukankan oleh penulsi di atas, namun seharusnaya
penulis lebih memfokuskan pembahsan pada masyarakat kampus.
Ada beberapa yang harus diperhatikan, yaitu pada
penulisan jurnal ini tidak disebutkan dengan jelas dimana dia melakukan
penelitian. Berkenaan dengan judul jurnal penelitian nya yang diambil yaitu
Maningkatkan Budaya Literasi Informasi bagi Masyarakat Kampus. Seharusnya
diperjelas di kampus mana dia melakukan penelitian. Karena tidak semua
masalah-masalah yang terjadi dalam sebuah kampus dengan kaampus lain itu sama.
Tentu ada perbedaan sehinga perlu metode yang berbeda untuk meningkatkan
literasi informasi.
Dalam jurnal ini tidak menyajikan metodologi penelitian,
kajian teori dsb. Dalam jurnal ini hanya berisi pendahuluan, pembahasan, dan
penutup. Sehingga pembaca tidak tau bagaimana metode penelitian yang dilakukan,
dimana dia melakukan penelitian dsb. Dalam jurnal ini hanya memuat kutipan-kutipan
dari beberapa buku dan internet.
Kerangka berpikir penulis dalam dalam pembahasan menurut
saya penulis mengutip pemdapat beberapa tokoh mengenai permasalahan-permasalah
yang berkenaan dengan minat baca masyarakat. Kemudian, penulis membrerikan
tanggapan dan solusi terhadap permasalahan yang terjadi. Bukan berdasarkan
permasalahan yang ia temui dari hasil pengamatannya.
Pada pembahasan penulis memberikan contoh masalah serta solusi-solusi
yang bisa dilakukan pustakawan untuk menghadapi masalah yang sedang terjadi.
Seperti dinyatakan penulis di halamana 97 dan 98 bahwa bentuk pendangkalan berpikir juga
terjadi dalam bentuk
aksi-aksi mahasiswa yang cenderung anarkis. Aksi
tersebut pada akhirnya
malah menciptakan stigma buruk
di kalangan masyarakat. Alhasil,
tujuan yang pada mulanya
ingin mengubah kehidupan sekitar agar
menjadi lebih baik,
justru malah menampilkan citra
yang lebih buruk. Dengan kata
lain, mahasiswa saat ini
membutuhkan inovasi gerakan
yang segar, bertanggungjawab, dan
memiliki efek yang global,
tanpa menghilangkan identitas
lokal, serta karakter pergerakan masif yang kritis, dinamis Perlu Komitmen dan
Kesungguhan
Dihadapkan
pada pokok bahasan di atas, maka akan
menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pustakawan dalam menyikapi
fenomena tersebut. Melalui beberapa tahapan dan adaptasi diharapkan pustakawan
dapat segera berbenah agar dapat memperkokoh eksistensi perpustakaan di era
kini. Namun tidak meninggalkan esensi dari sebuah perpustakaan yang identik
dengan buku sebagai menu yang tidak bisa terlepas, karena peran buku masih menjadi pilar utama terbukti
dari buku teks masih digunakan sebagai literasi informasi bagi institusi
pendidikan serta tetap digunakan sebagai perangkat pembelajaran. Saya setuju dnegan pernyataan oleh penulis di atas.
Saya setuju dengan penjelasan penulis mengenai hal
berikut ini, Peran pustakawan pada konsep ini sangat strategis
karena menggunakan perpaduan komunikasi dua lini yaitu komunikasi lini atas
berkaitan dengan era konvergensi (digitalisasi, internet dan media) dan
komunikasi lini bawah tatap muka langsung antara pustakawan dan pemustaka. Penulis memberitahukan bagaimana cara mempromosikan
perpustakaan yaitu
Pertama,
advertising adalah serangkaian program komunikasi above the line (komunikasi
lini atas) untuk mempromosikan perpustakaan di media-media konvensional dan
digital. Misalnya, pemasangan iklan layanan masyarakat baik di media digital,
cetak, radio, billboard, banner, baliho, spanduk, website library (membaca buku
digital secara online dan gratis).
Kedua,
sales promotion adalah program-program komunikasi below the line (komunikasi
lini bawah) untuk menambah nilai promosi strategis terhadap aktivasi yang
sedang dijalankan. Misalnya, talkshow, bedah buku, resensi buku, jumpa penulis,
dan lain-lain yang dikemas dengan format edutainment di berbagai acara dengan
memanfaatkan public figure.
Ketiga,
personal selling adalah program-program komunikasi below the line (komunikasi
lini bawah) untuk membangun awareness dan consumer insight. Misalnya, penetrasi
budaya literasi Perpustakaan Keliling (mobile library) untuk menciptakan budaya
baca , pembenahan perpustakaan lewat ketersediaan buku yang lengkap dari sisi
kuantitas dan variasi tema bisa menjadi unique selling, fasilitas cepat wifi
gratis di area perpustakaan, dan program buku gratis.
Keempat,
public relation program-program komunikasi below the line (komunikasi lini
bawah) yang melibatkan peran sentral dari seorang pustakawan yang lebih
menitikberatkan pada komunikasi personal pada pelanggan/pembaca. Misalnya,
program pemilihan duta baca, kegiatan lombalomba (resensi buku, bercerita,
puisi, menulis esai, drama, dll.), program kerjasama dengan perpustakaan lain
atau menjalin program sesama komunitas perpustakaan.
Kelima,
direct marketing adalah above the line
(komunikasi lini atas) dengan memanfaatkan eksistensi media sosial sebagai
kekuatan channel komunikasi (facebook, twitter, instagram, youtube, dll) juga
email, dan Handphone.
Pernyataan di atas yang dikemukakan oleh penulis sangat
berguna bagi pembaca khusus bagi pustakawan maupun calon pustakawan untuk
mempromosikan perpustakaan yang ia kelola agar bisa berdayaguna bagi masyarakat.
Kesimpulan dan saran yang ditulis oleh penulis menurut
saya bagus karena berisi pokok pikiran dari keseluruhan isi jurnal dan
saran-saran yaitu, sebagai pengelola perpustakaan dituntut
tidak hanya terampil menhurusi buku namun juga dituntut untuk bisa menguasai
teknologi informasi (TI). Dengan menguasai teknologi informasi pustakawan akan
menguasai penelusuran literasi informasi. Dengan keterampilan yang dimiliki
pustakawan akan bisa membimbing dan mengajari pengguna perpustakaan untuk
menemukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan. Dari semua pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan adalah fungsi informatif, agar
perpustakaan dapat menjalankan fungsinya secara maksimal perlu dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sebagai pusat sumber
informasi. Kesimpulan dan saran tersebut sangat bermanfaat bagi pustakawan
agar menjadi pustakawan profesional atau pustakawan yang berkompeten. Namun
penulis tidak mencantumkan manfaat jurnal untuk penelitan selanjutnya.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sumber
informasi yang berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang literasi
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang dalam
mencari, mengoleksi, mengevaluasi atau menginterpretasikan, menggunakan, dan
mengkomunikasikan informasi dari berbagai sumber secara efektif
Literasi informasi adalah kemampuan untuk tahu kapan ada kebutuhan untuk informasi, untuk dapat mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, dan secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat kampus adalah aplikasi teknologi informasi dan Memaksimalkan Pesan Positif dan Meminimalkan Pesan Negatif
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka saya menyarankan kita sebagai
pengelola perpustakaan dituntut tidak hanya terampil mengurusi buku namun juga
dituntut untuk bisa menguasai teknologi informasi (TI). Dengan menguasai
teknologi informasi pustakawan akan menguasai penelusuran literasi informasi.
Dengan keterampilan yang dimiliki pustakawan akan bisa membimbing dan mengajari
pengguna perpustakaan untuk menemukan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.
No comments:
Post a Comment