QISM AL-ILAHIYAT
(ULUHIYAH & RUBUBIYAH)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.....................................................................................
2.1 Pengertian Tauhid dan Pengertian Ilahiyat.....................................................
2.2 Tauhid Uluhiyah.............................................................................................
2.3 Tauhid Rububiyah...........................................................................................
BAB
III PENUTUP.............................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Teologi
merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu
keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
Tuhan. Dalam Teologi Islam ini berati membahas mengenai pemikiran dan
kepercayaan tentang ketuhanan. Adanya teologi islam untuk mengetahui dan
mempercayai bahwa dalam kehidupan di dunia kita harus mempercayai bahwa tuhan
itu Esa yaitu tunggal. Menurut abdurrazak, Teologi Islam adalah ilmu yang
membahas ketuhanan dan segala sesuatu yang
terkait dengan-Nya secara rasional. Sedangkan menurut Muhammad
Abduh Tauhid yang membahas tentang wujud
Allah swt.
Lahirnya
aliran teologi islam adalah reaksi skisme (perpecahan) politik umat islam.
Tragedi skisme itu terabadikan dalam sebuah ungkapan “Al Fitnah Al Kubra”
proses skisme itu berawal dari terbunuhnya Utsman Ibn Affan,yang pada akhirnya
berimplikasi serupa terhadap khalifah keempat yakni Ali bin Abi Thalib. Ketika
kedua khalifah itu terbunuh, wacana kemelut politik lalu berkembang menjadi
wacana agama (Teologi).
Ruang
lingkup studi Teologi Islam yang Pertama berhubungan
dengan ketuhanan. Kedua, hal yang
berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara nya antara manusia dengan
Allah seperti Malaikat, Nabi dan Kitab.
Ketiga, hal yang berhubungan dengan sam`iyat yaitu suatu yang diperoleh
dari sumber yang akurat, Yakni al-quran dan hadist.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tauhid dan ilahiyat ?
2. Apa yang dimaksud dengan tauhid uluhiyah dan
tauhid rububiyah ?
3. Apa perbedaan tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah?
1.3
Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui tentang tauhid dan ilahiyat
2. Dapat mengetahui pengertian tauhid uluhiyah dan rububiyah
3. Dapat mengetahui perbedaan tauhid Uluhiyah dan Rububiyah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tauhid dan Pengertian Ilahiyat
Kata tauhid secara
etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu mashdar dari kata kerja wahhada
yuwanhidu yang berati mengesakan. Didalam lisaan al-arab disebutkan
dengan tegas bahwa tauhid berati beriman kepada Allah semata, tiada sekutu
baginya. Sedangkan Ilahiyat yaitu persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan Allah SWT. Hal-hal yang wajib, hal-hal yang boleh, dan hal-hal yang
mustahil dinisbahkan atau dihubungkan kepadanya. Bagian ini biasa disebut juga
dengan mabda.[1]
2.2 Tauhid Uluhiyah
Kata Uluhiyah berasal dari kata alaha
– ya’lahu – ilahan – uluhah yang bermakna menyembah dengan disertai rasa
cinta dan pengagungan. Sehingga ta’alluh diartikan sebagai penyembahan yang
disertai rasa kecintaan dan pengagungan. Tauhid uluhiyah adalah keyakinan yang
teguh bahwa hanya Allah yang berhak disembah disertai dengan pelaksanaan
pengabdian atau penyembahan kepadanya saja dan tidak mengalihkannya kepada yang
selainnya. Ungkapan yang paling detail tentang makna ini adalah ucapan syahadat
yaitu Laa Ilaaha Illallaah yang maknanya tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah.[2]
Dengan kata lain tauhid uluhiyah
adalah mengiktikadkan bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan berhak
dituju oleh semua hamba-Nya, atau dengan kata lain tauhid uluhiyah
adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah berhak menerima semua peribadatan mahluk,
dan hanya Allah sajalah yang sebenarnya yang harus disembah.
Tauhid al-uluhiyah
dibangun di atas keikhlasan dalam beribadah kepada Allah ta'ala. Dalam
kecintaan, khauf (takut), roja' (harapan), tawakal, roghbah (permohonan dengan sungguh-sungguh),
rohbah (perasaan cemas), dan doa hanya bagi Allah satu-satunya. Serta
memurnikan ibadah-ibadah seluruhnya, baik ibadah yang lahir maupun yang batin hanya
bagi Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Serta tidak menjadikan hal tersebut
untuk selain-Nya. Tidak untuk malaikat yang dekat dengan Allah ta'ala, tidak
pula bagi para nabi yang diutus. Terlebih lagi bagi selain keduanya.
Singkatnya,
keyakinan tentang Allah
sebagai tuhan satu-satunya, baik dzat maupun sifatnya, dan
perbuatan itulah yang disebut tauhid uluhiyah. Uluhiyah kata
nisbatnya dari kata Al-Illah yang berarti tuhan yang wajib ada, yaitu
Allah, sedangkan uluhiyah berarti Allah sebagai satu-satunya tuhan. Satu adalah Esa pada Dzat-Nya,
berarti bahwa dzat Allah SWT tidak tersusun dari bagian-bagian, hal itu
disebabkan karena dzat Allah SWT itu bukan benda fasik. Tidak
seperti benda-benda fisik dan benda-benda lainnya.[3]
Kemudian dengan keyakinannya dia
bermuamalah kepada Allah dengan ihlas, beribadah dan menghambakan diri hanya
kepadanya, serta berdo’a dan berseru hanya kepadanya, ia juga mengimani bahwa
Allah pengatur segala urusan, pencipta segala mahluk, pemilik asmaul husna
dan sifat-sifat sempurna.
Jadi tauhid Uluhiyah ialah
kita percaya bahwa Allah lah satu-satunya tuhan yang wajib disembah dan tiada
sekutu baginya. Untuk membedakan antara tauhid Rububiyah dan Uluhiah
secara singkatnya adalah tauhid uluhiyah hanya dimiliki oleh orang-orang
mu’min saja, sedangkan tauhid rububiyah semua orang mempercayainya,
sekalipun dia adalah orang kafir.
Tauhid
uluhiyah merupakan konsekuensi tauhid rububiyah. Syaikh
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah menjelaskan,
“Kemudian, sesungguhnya keimanan seorang hamba kepada Allah sebagai Rabb
memiliki konsekuensi mengikhlaskan ibadah kepada-Nya serta kesempurnaan
perendahan diri di hadapan-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan Aku adalah Rabb kalian, maka sembahlah Aku.” (QS. al-Anbiya’: 92). Allah ta’ala
juga berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sembahlah Rabb kalian.”
(QS. Al-Baqarah: 21)”. Iman
terhadap rububiyah Allah belum bisa memasukkan ke dalam Islam. Allah ta’ala
berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah,
melainkan mereka juga terjerumus dalam kemusyrikan.” (QS. Yusuf: 107).[4]
Syaikh Shalih bin Fauzan
al-Fauzan menjelaskan, “Sebagaimana pula wajib diketahui bahwa pengakuan
terhadap tauhid rububiyah saja tidaklah mencukupi dan tidak bermanfaat kecuali
apabila disertai pengakuan terhadap tauhid uluhiyah (mengesakan Allah dalam
beribadah) dan benar-benar merealisasikannya dengan ucapan, amalan, dan
keyakinan…”
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah
memaparkan, “Mengapa para nabi tidak berkonsentrasi pada penetapan tauhid
rububiyah dan dakwah kepadanya? Sebab tauhid rububiyah adalah sesuatu yang
telah mereka akui. Mereka tidaklah mengingkarinya, dan tidak ada seorang pun
yang berani mengingkari tauhid rububiyah selamanya, kecuali karena kesombongan
semata. Karena pada hakikatnya tidak ada seorang pun yang meyakini -selamanya-
bahwa alam semesta menciptakan dirinya sendiri. Bahkan, kaum Majusi Tsanuwiyah
sekalipun; yang berkeyakinan bahwa alam semesta ini memiliki dua pencipta.
Meskipun demikian, mereka tetap meyakini bahwa salah satu diantara keduanya
lebih sempurna. Mereka meyakini bahwa tuhan cahaya menciptakan kebaikan,
sedangkan tuhan kegelapan menciptakan keburukan. Sementara mereka mengatakan
bahwa tuhan cahaya adalah tuhan yang baik dan bermanfaat. Adapun tuhan
kegelapan adalah tuhan yang buruk…” “…Intinya, tidak akan anda temukan
selamanya seorang pun yang berkata bahwa alam semesta ini diciptakan tanpa
adanya Sang pencipta, kecuali orang yang sombong. Sedangkan orang yang sombong
semacam ini adalah termasuk golongan orang musyrik. Adapun masalah [tauhid]
uluhiyah, maka itulah permasalahan yang menjadi sumber pertikaian dan
pertentangan antara para rasul dengan umat mereka.”
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
rahimahullah berkata, “Diantara perkara yang mengherankan adalah
kebanyakan para penulis dalam bidang ilmu tauhid dari kalangan belakangan
(muta’akhirin) lebih memfokuskan pembahasan mengenai tauhid rububiyah.
Seolah-olah mereka sedang berbicara dengan kaum yang mengingkari keberadaan
Rabb [Allah] -walaupun mungkin ada orang yang mengingkari Rabb [Sang Pencipta
dan Penguasa alam semesta]- akan tetapi bukankah betapa banyak umat Islam yang
terjerumus ke dalam syirik ibadah!!” [5]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri
dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah
ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan
dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan
Muslim).[6]
Karena tauhid uluhiyah adalah
cabang keimanan yang tertinggi maka mendakwahkannya merupakan dakwah yang
paling utama. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Oleh
sebab itu para da’i yang menyerukan tauhid adalah da’i-da’i yang paling utama
dan paling mulia. Sebab dakwah kepada tauhid merupakan dakwah kepada derajat
keimanan yang tertinggi.”
A.
Dalil-dalil Tentang Tauhid Uluhiyah
Firman Allah Swt.:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
Artinya:
“Dan tuhanmu
adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia, yang maha pemurah lagi
maha penyayang”. (QS. Al-Baqoroh: 163).
Firman Allah Swt:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Segala puji bagi Allah” (Al-Fatihah:1)
Makna Allah adalah Al-Ma’luh (Yang Disembah) dan
Al-Ma’bud (Yang Diibadahi).
Begitu juga firman-Nya:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Artinya:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
Firman Allah SWT,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya:
“Hai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah
menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 21)
Firman Allah SWT,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan
keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)[7]
2.3 Tauhid
Rububiyah
Kata at-tauhid berasal
dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan. Kata wahhada meliputi
makna kesendirian sesuatu dengan dzat, sifat atau af’alnya
(perbuatannya), dan tidak adanya sesuatu yang menyerupainya dan menyertainya
dalam hal kesendiriannya.
Secara bahasa rububiyah berasal
dari kata Rabb. Kata Rabb digunakan dengan penggunaan yang haqiqi
dan juga digunakan untuk yang lain secara majazi atau idhafi, dan
tidak untuk yang lain. Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu
nama Allah SWT, yaitu “Rabb”. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain:
al-Murabbi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Muslih
(yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan), dan al-Wali (wali). Sedangkan menurut
istilah tauhid rububiyah berarti “percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya
pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdirnya Ia menghidupkan
dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Dan karena
Allah adalah Rabb yang hak bagi semesta alam, maka Dia sajalah yang khusus
dengan ketuhanan tanpa yang lain, wajib mengesakan-Nya dalam ketuhanan, dan
tidak menerima adanya sekutu bagi-Nya dalam ketuhanan, yaitu sifat ketuhanan
tidak mungkin ada pada yang lain dari makhluk-Nya.[8]
Tauhid rububiyah adalah
suatu kepercayaan bahwa yang menciptakan alam dunia beserta isinya ini hanyalah
Allah sendiri tanpa bantuan siapapun. Dunia ini ada yang menjadikan yaitu Allah
SWT. Allah maha kuat tiada kekuatan yang menyamai af’al Allah. Maka
timbullah kesadararan bagi makhluk untuk mengagungkan Allah. Makhluk harus
bertuhan hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Maka keyakinan inilah yang
disebut dengan tauhid rububiyah. Jadi tauhid rububiyah adalah
tauhid yang berhubungan dengan ketuhanan.
Sebagaimana telah dikatahui bahwa
iman kepada wujud Allah, ke-Esaan, serta rububiyyah-Nya atas
seluruh makhluknya merupakan perkara yang memang hati telah tercipta dan jiwa
telah terbentuk untuknya, juga telah sepakat atasnya seluruh umat, sebab Allah
sangat jelas dan sangat nyata sehingga tidak memerlukan dalil untuk membuktikan
wujudnya.
Jadi dapat
disimpulkan bahwasanya kata rububiyah meyakini bahwa Allah SWT sebagai
tuhan satu-satunya yang menguasai dan mengurus serta mengatur alam semesta.
Tauhid rububiyah akan rusak apabila kita mengakui bahwa yang mengurus
alam ini ada dua tuhan ataupun lebih. Seperti dipercayai oleh bangsa persi pada
zaman dahulu. Adapun Al-Qur’an menetapkan ke-Esaan Allah dalam
menjadikan alam (tauhid rububiyah) dengan berbagai dalil dan akal yang
logis. Memang Al-Qur’an mengokohkan ke-Esaan Allah sebagaimana Al-Qur’an
mengokohkan adanya Allah.
A.
Dalil-dalil Tentang Tauhid Rububiyah
Firman Allah Swt:
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ
Artinya:
“Berkata
para rasul mereka: ‘Apakah ada keraguan-keraguan terhadap Allah, pencipta
langit dan bumi…?”. (QS. Ibrahim: 10).
Allah pencipta alam beserta isinya, seperti firman
Allah dalam Al-Qur’an:
ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Artinya:
“Yang memiliki sifat-sifat demikian itu ialah Allah
tuhan kamu, tidak ada tuhan selain dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah
dia, dialah pemelihara segala sesuatu”. (QS.
Al-An’am: 102).
Allah
SWT Berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)
Firman Allah SWT
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(Al-A'raf: 54).[9]
Firman Allah SWT,
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Artinya:
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara
segala sesuatu” (Az-Zumar:
62)
Begitu pula dalam ayat-ayat Al-Quran yang lainnya.
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Teologi
berasal dari bahasa Inggris, theos yang berati tuhan, dan logo syang berati
ilmu. Dalam bahasa Yunani Theologia, yang mempunyai beberapa pengertian, yakni
ilmu tentang hubungan dunia ilahi dengan dunia fisik, tentang hakikat dan
kehendak tuhan, doktrin atau keyakinan tentang tuhan, dan usaha yang sistematis
untuk meyakinkan, menafsirkan dan membenarkan secara konsisten keyakinan
tentang tuhan.
Ilahiyat yaitu persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan Allah SWT. Hal-hal yang wajib, hal-hal yang boleh, dan
hal-hal yang mustahil dinisbahkan atau dihubungkan kepadanya. Bagian ini biasa
disebut juga dengan mabda.
Tauhid rububiyyah adalah
mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa dia sendiri
yang menciptakaanya seluruh mahluk. Sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan
Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang dsyariatkan
seperti doa, nazar, qurban, raja( pengharapan), takut, tawakkal, raghabah
(senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali /taubat).
3.2 Saran
Dengan mempelajari Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah kita dapat menambah wawasan ilmu keagamaan kita
dan dapat merubah untuk kedepan nya menuju jalan yang lebih baik lagi sehingga
dapat lebih mendekatkan diri dengan sang maha pencipta.
DAFTAR PUSTA
Muhammad Ali Azmi Nasution., 2009, Ilmu
Tauhid: Medan: Fakultas Ushuluddin UINSU, 5 September
Muhammad Ibn Ibrahim al-Hamd, 2014. Tauhid
Uluhiyah: Islam House.com
Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, 2017, Kitab Tauhid
: Jakarta : Ummul Qura.
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, Kitab Tauhid
Purba, Hadis & Salamuddin. 2018. Teologi Islam (Ilmu Tauhid). Medan :
Perdana Publishing
Hanafi, Ahmad.1989.Theologi Islam. Jakarta: Pustaka
Rusli,
Ris’an. 2018. Pemikiran Teologi Islam Modern. Jakarta: Paranamedia Group.
[1] Muhammad Ali Azmi
Nasution, Ilmu Tauhid. hlm 3-4
[2] Muhammad Ibn Ibrahim
al-Hamd. Tauhid Uluhiyah. Hlm 2
[3] Hanafi, Ahmad. Theologi Islam. Jakarta : pustaka, 1989
hlm 53
[4] Purba Hadis &
Salamuddin, Teologi Islam (ilmu tauhid).
(Perdana Publishing, Medan, 2018) hlm 114
[5] Ris’an Rusli. Pemikiran Teologi
Islam Modern. (Jakarta: Paranamedia Group, 2018). Hlm. 11
[6] Hanafi, Ahmad. Theologi Islam. Jakarta : pustaka, 1989
hlm 56
[7] Shalih bin Fauzan
Al-Fauzan. Kitab Tauhid. Jakarta :
Ummul Qura. 2017. Hlm 32
[8] Muhammad Ali Azmi
Nasution, Ilmu Tauhid. hlm 46
[9] Shalih bin Fauzan bin Abdullah. Kitab Tauhid
No comments:
Post a Comment