Wednesday, 10 June 2020

QISM AL-ILAHIYAT (ULUHIYAH & RUBUBIYAH)

QISM AL-ILAHIYAT
(ULUHIYAH & RUBUBIYAH)


 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

1.1  Latar Belakang................................................................................................

1.2  Rumusan Masalah ..........................................................................................

1.3  Tujuan Makalah..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

2.1 Pengertian Tauhid dan Pengertian Ilahiyat.....................................................

2.2 Tauhid Uluhiyah.............................................................................................

2.3 Tauhid Rububiyah...........................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Teologi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan suatu keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Dalam Teologi Islam ini berati membahas mengenai pemikiran dan kepercayaan tentang ketuhanan. Adanya teologi islam untuk mengetahui dan mempercayai bahwa dalam kehidupan di dunia kita harus mempercayai bahwa tuhan itu Esa yaitu tunggal. Menurut abdurrazak, Teologi Islam adalah ilmu yang membahas ketuhanan dan segala sesuatu yang  terkait dengan-Nya secara rasional. Sedangkan menurut Muhammad Abduh  Tauhid yang membahas tentang wujud Allah swt.

Lahirnya aliran teologi islam adalah reaksi skisme (perpecahan) politik umat islam. Tragedi skisme itu terabadikan dalam sebuah ungkapan “Al Fitnah Al Kubra” proses skisme itu berawal dari terbunuhnya Utsman Ibn Affan,yang pada akhirnya berimplikasi serupa terhadap khalifah keempat yakni Ali bin Abi Thalib. Ketika kedua khalifah itu terbunuh, wacana kemelut politik lalu berkembang menjadi wacana agama (Teologi).

Ruang lingkup studi Teologi Islam yang Pertama berhubungan dengan ketuhanan. Kedua, hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara nya antara manusia dengan Allah seperti Malaikat, Nabi dan Kitab. Ketiga, hal yang berhubungan dengan sam`iyat yaitu suatu yang diperoleh dari sumber yang akurat, Yakni al-quran dan hadist.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan tauhid dan ilahiyat ?

2.      Apa yang dimaksud dengan tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah ?

3.      Apa perbedaan tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah?

 

1.3  Tujuan Makalah

1.      Dapat mengetahui tentang tauhid dan ilahiyat

2.      Dapat mengetahui pengertian tauhid uluhiyah dan rububiyah

3.      Dapat mengetahui perbedaan tauhid Uluhiyah dan Rububiyah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid dan Pengertian Ilahiyat

Kata tauhid secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu mashdar dari kata kerja wahhada yuwanhidu yang berati mengesakan. Didalam lisaan al-arab disebutkan dengan tegas bahwa tauhid berati beriman kepada Allah semata, tiada sekutu baginya. Sedangkan Ilahiyat yaitu persoalan-persoalan yang berhubungan dengan Allah SWT. Hal-hal yang wajib, hal-hal yang boleh, dan hal-hal yang mustahil dinisbahkan atau dihubungkan kepadanya. Bagian ini biasa disebut juga dengan mabda.[1]

2.2 Tauhid Uluhiyah

Kata Uluhiyah berasal dari kata alaha – ya’lahu – ilahan – uluhah yang bermakna menyembah dengan disertai rasa cinta dan pengagungan. Sehingga ta’alluh diartikan sebagai penyembahan yang disertai rasa kecintaan dan pengagungan. Tauhid uluhiyah adalah keyakinan yang teguh bahwa hanya Allah yang berhak disembah disertai dengan pelaksanaan pengabdian atau penyembahan kepadanya saja dan tidak mengalihkannya kepada yang selainnya. Ungkapan yang paling detail tentang makna ini adalah ucapan syahadat yaitu Laa Ilaaha Illallaah yang maknanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.[2]

Dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah mengiktikadkan bahwa Allah sendirilah yang berhak disembah dan berhak dituju oleh semua hamba-Nya, atau dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah berhak menerima semua peribadatan mahluk, dan hanya Allah sajalah yang sebenarnya yang harus disembah.

Tauhid al-uluhiyah dibangun di atas keikhlasan dalam beribadah kepada Allah ta'ala. Dalam kecintaan, khauf (takut), roja' (harapan), tawakal, roghbah (permohonan dengan sungguh-sungguh), rohbah (perasaan cemas), dan doa hanya bagi Allah satu-satunya. Serta memurnikan ibadah-ibadah seluruhnya, baik ibadah yang lahir maupun yang batin hanya bagi Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Serta tidak menjadikan hal tersebut untuk selain-Nya. Tidak untuk malaikat yang dekat dengan Allah ta'ala, tidak pula bagi para nabi yang diutus. Terlebih lagi bagi selain keduanya.

Singkatnya, keyakinan tentang Allah sebagai tuhan satu-satunya, baik dzat maupun sifatnya, dan perbuatan itulah yang disebut tauhid uluhiyah. Uluhiyah kata nisbatnya dari kata Al-Illah yang berarti tuhan yang wajib ada, yaitu Allah, sedangkan uluhiyah berarti Allah sebagai satu-satunya tuhan. Satu adalah Esa pada Dzat-Nya, berarti bahwa dzat Allah SWT tidak tersusun dari bagian-bagian, hal itu disebabkan karena dzat Allah SWT itu bukan benda fasik. Tidak seperti benda-benda fisik dan benda-benda lainnya.[3]

Kemudian dengan keyakinannya dia bermuamalah kepada Allah dengan ihlas, beribadah dan menghambakan diri hanya kepadanya, serta berdo’a dan berseru hanya kepadanya, ia juga mengimani bahwa Allah pengatur segala urusan, pencipta segala mahluk, pemilik asmaul husna dan sifat-sifat sempurna.

Jadi tauhid Uluhiyah ialah kita percaya bahwa Allah lah satu-satunya tuhan yang wajib disembah dan tiada sekutu baginya. Untuk membedakan antara tauhid Rububiyah dan Uluhiah secara singkatnya adalah tauhid uluhiyah hanya dimiliki oleh orang-orang mu’min saja, sedangkan tauhid rububiyah semua orang mempercayainya, sekalipun dia adalah orang kafir.

Tauhid uluhiyah merupakan konsekuensi tauhid rububiyah. Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah menjelaskan, “Kemudian, sesungguhnya keimanan seorang hamba kepada Allah sebagai Rabb memiliki konsekuensi mengikhlaskan ibadah kepada-Nya serta kesempurnaan perendahan diri di hadapan-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Aku adalah Rabb kalian, maka sembahlah Aku.” (QS. al-Anbiya’: 92). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sembahlah Rabb kalian.” (QS. Al-Baqarah: 21)”. Iman terhadap rububiyah Allah belum bisa memasukkan ke dalam Islam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah, melainkan mereka juga terjerumus dalam kemusyrikan.” (QS. Yusuf: 107).[4]

Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan menjelaskan, “Sebagaimana pula wajib diketahui bahwa pengakuan terhadap tauhid rububiyah saja tidaklah mencukupi dan tidak bermanfaat kecuali apabila disertai pengakuan terhadap tauhid uluhiyah (mengesakan Allah dalam beribadah) dan benar-benar merealisasikannya dengan ucapan, amalan, dan keyakinan…”

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah memaparkan, “Mengapa para nabi tidak berkonsentrasi pada penetapan tauhid rububiyah dan dakwah kepadanya? Sebab tauhid rububiyah adalah sesuatu yang telah mereka akui. Mereka tidaklah mengingkarinya, dan tidak ada seorang pun yang berani mengingkari tauhid rububiyah selamanya, kecuali karena kesombongan semata. Karena pada hakikatnya tidak ada seorang pun yang meyakini -selamanya- bahwa alam semesta menciptakan dirinya sendiri. Bahkan, kaum Majusi Tsanuwiyah sekalipun; yang berkeyakinan bahwa alam semesta ini memiliki dua pencipta. Meskipun demikian, mereka tetap meyakini bahwa salah satu diantara keduanya lebih sempurna. Mereka meyakini bahwa tuhan cahaya menciptakan kebaikan, sedangkan tuhan kegelapan menciptakan keburukan. Sementara mereka mengatakan bahwa tuhan cahaya adalah tuhan yang baik dan bermanfaat. Adapun tuhan kegelapan adalah tuhan yang buruk…” “…Intinya, tidak akan anda temukan selamanya seorang pun yang berkata bahwa alam semesta ini diciptakan tanpa adanya Sang pencipta, kecuali orang yang sombong. Sedangkan orang yang sombong semacam ini adalah termasuk golongan orang musyrik. Adapun masalah [tauhid] uluhiyah, maka itulah permasalahan yang menjadi sumber pertikaian dan pertentangan antara para rasul dengan umat mereka.”

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Diantara perkara yang mengherankan adalah kebanyakan para penulis dalam bidang ilmu tauhid dari kalangan belakangan (muta’akhirin) lebih memfokuskan pembahasan mengenai tauhid rububiyah. Seolah-olah mereka sedang berbicara dengan kaum yang mengingkari keberadaan Rabb [Allah] -walaupun mungkin ada orang yang mengingkari Rabb [Sang Pencipta dan Penguasa alam semesta]- akan tetapi bukankah betapa banyak umat Islam yang terjerumus ke dalam syirik ibadah!!” [5]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan laa ilaha illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim).[6]

Karena tauhid uluhiyah adalah cabang keimanan yang tertinggi maka mendakwahkannya merupakan dakwah yang paling utama. Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah berkata, “Oleh sebab itu para da’i yang menyerukan tauhid adalah da’i-da’i yang paling utama dan paling mulia. Sebab dakwah kepada tauhid merupakan dakwah kepada derajat keimanan yang tertinggi.”

A.    Dalil-dalil Tentang Tauhid Uluhiyah

 

 

Firman Allah Swt.:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

 

Artinya:

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)

 

وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Artinya:

 “Dan tuhanmu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia, yang maha pemurah lagi maha penyayang”. (QS. Al-Baqoroh: 163).

 

Firman Allah Swt:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya:

“Segala puji bagi Allah” (Al-Fatihah:1)

 

Makna Allah adalah Al-Ma’luh (Yang Disembah) dan Al-Ma’bud (Yang Diibadahi).

Begitu juga firman-Nya:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya:

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)

 

Firman Allah SWT,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya:

“Hai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 21)

 

Firman Allah SWT,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan

keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka

mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5)[7]

 

2.3  Tauhid Rububiyah

Kata at-tauhid berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan. Kata wahhada meliputi makna kesendirian sesuatu dengan dzat, sifat atau af’alnya (perbuatannya), dan tidak adanya sesuatu yang menyerupainya dan menyertainya dalam hal kesendiriannya.

Secara bahasa rububiyah berasal dari kata Rabb. Kata Rabb digunakan dengan penggunaan yang haqiqi dan juga digunakan untuk yang lain secara majazi atau idhafi, dan tidak untuk yang lain. Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu “Rabb”. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara), al-Nashir (penolong), al-Malik (pemilik), al-Muslih (yang memperbaiki), al-Sayyid (tuan), dan al-Wali (wali). Sedangkan menurut istilah tauhid rububiyah berarti “percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdirnya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Dan karena Allah adalah Rabb yang hak bagi semesta alam, maka Dia sajalah yang khusus dengan ketuhanan tanpa yang lain, wajib mengesakan-Nya dalam ketuhanan, dan tidak menerima adanya sekutu bagi-Nya dalam ketuhanan, yaitu sifat ketuhanan tidak mungkin ada pada yang lain dari makhluk-Nya.[8]

Tauhid rububiyah adalah suatu kepercayaan bahwa yang menciptakan alam dunia beserta isinya ini hanyalah Allah sendiri tanpa bantuan siapapun. Dunia ini ada yang menjadikan yaitu Allah SWT. Allah maha kuat tiada kekuatan yang menyamai af’al Allah. Maka timbullah kesadararan bagi makhluk untuk mengagungkan Allah. Makhluk harus bertuhan hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Maka keyakinan inilah yang disebut dengan tauhid rububiyah. Jadi tauhid rububiyah adalah tauhid yang berhubungan dengan ketuhanan.

Sebagaimana telah dikatahui bahwa iman kepada wujud Allah, ke-Esaan, serta rububiyyah-Nya atas seluruh makhluknya merupakan perkara yang memang hati telah tercipta dan jiwa telah terbentuk untuknya, juga telah sepakat atasnya seluruh umat, sebab Allah sangat jelas dan sangat nyata sehingga tidak memerlukan dalil untuk membuktikan wujudnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwasanya kata rububiyah meyakini bahwa Allah SWT sebagai tuhan satu-satunya yang menguasai dan mengurus serta mengatur alam semesta. Tauhid rububiyah akan rusak apabila kita mengakui bahwa yang mengurus alam ini ada dua tuhan ataupun lebih. Seperti dipercayai oleh bangsa persi pada zaman dahulu. Adapun Al-Qur’an menetapkan ke-Esaan Allah dalam menjadikan alam (tauhid rububiyah) dengan berbagai dalil dan akal yang logis. Memang Al-Qur’an mengokohkan ke-Esaan Allah sebagaimana Al-Qur’an mengokohkan adanya Allah.

A.    Dalil-dalil Tentang Tauhid Rububiyah

Firman Allah Swt:

قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ يَدْعُوكُمْ لِيَغْفِرَ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرَكُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ

Artinya:

 “Berkata para rasul mereka: ‘Apakah ada keraguan-keraguan terhadap Allah, pencipta langit dan bumi…?”. (QS. Ibrahim: 10).

 

Allah pencipta alam beserta isinya, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:

ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Artinya:

“Yang memiliki sifat-sifat demikian itu ialah Allah tuhan kamu, tidak ada tuhan selain dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah dia, dialah pemelihara segala sesuatu”. (QS. Al-An’am: 102).

 

Allah SWT Berfirman,

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya:

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)

 

Firman Allah SWT

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Artinya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”  (Al-A'raf: 54).[9]

 

Firman Allah SWT,

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Artinya:

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” (Az-Zumar: 62)

Begitu pula dalam ayat-ayat Al-Quran yang lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

            Teologi berasal dari bahasa Inggris, theos yang berati tuhan, dan logo syang berati ilmu. Dalam bahasa Yunani Theologia, yang mempunyai beberapa pengertian, yakni ilmu tentang hubungan dunia ilahi dengan dunia fisik, tentang hakikat dan kehendak tuhan, doktrin atau keyakinan tentang tuhan, dan usaha yang sistematis untuk meyakinkan, menafsirkan dan membenarkan secara konsisten keyakinan tentang tuhan.

            Ilahiyat yaitu persoalan-persoalan yang berhubungan dengan Allah SWT. Hal-hal yang wajib, hal-hal yang boleh, dan hal-hal yang mustahil dinisbahkan atau dihubungkan kepadanya. Bagian ini biasa disebut juga dengan mabda.

            Tauhid rububiyyah adalah mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa dia sendiri yang menciptakaanya seluruh mahluk. Sedangkan Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub yang dsyariatkan seperti doa, nazar, qurban, raja( pengharapan), takut, tawakkal, raghabah (senang), rahbah (takut) dan inabah (kembali /taubat).

3.2 Saran

Dengan mempelajari Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah kita dapat menambah wawasan ilmu keagamaan kita dan dapat merubah untuk kedepan nya menuju jalan yang lebih baik lagi sehingga dapat lebih mendekatkan diri dengan sang maha pencipta.

           

 

 

 

 

DAFTAR PUSTA

Muhammad Ali Azmi Nasution., 2009, Ilmu Tauhid: Medan: Fakultas Ushuluddin UINSU, 5 September

Muhammad Ibn Ibrahim al-Hamd, 2014. Tauhid Uluhiyah: Islam House.com

Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, 2017, Kitab Tauhid : Jakarta : Ummul Qura.

Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, Kitab Tauhid

Purba, Hadis & Salamuddin. 2018. Teologi Islam (Ilmu Tauhid). Medan : Perdana Publishing

Hanafi, Ahmad.1989.Theologi Islam. Jakarta: Pustaka

Rusli, Ris’an.  2018. Pemikiran Teologi Islam Modern. Jakarta: Paranamedia Group.

 



[1] Muhammad Ali Azmi Nasution, Ilmu Tauhid. hlm 3-4

[2] Muhammad Ibn Ibrahim al-Hamd. Tauhid Uluhiyah. Hlm 2

[3] Hanafi, Ahmad. Theologi Islam. Jakarta : pustaka, 1989 hlm 53

[4] Purba Hadis & Salamuddin, Teologi Islam (ilmu tauhid). (Perdana Publishing, Medan, 2018) hlm 114

[5] Ris’an Rusli. Pemikiran Teologi Islam Modern. (Jakarta: Paranamedia Group, 2018). Hlm. 11

[6] Hanafi, Ahmad. Theologi Islam. Jakarta : pustaka, 1989 hlm 56

[7] Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Kitab Tauhid. Jakarta : Ummul Qura. 2017. Hlm 32

[8] Muhammad Ali Azmi Nasution, Ilmu Tauhid. hlm 46

[9]  Shalih bin Fauzan bin Abdullah. Kitab Tauhid


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...