Wednesday, 10 June 2020

MAKALAH TENTANG PENYIMPANGAN DALAM TEOLOGI ISLAM

PENYIMPANGAN TEOLOGI ISLAM

 

 

 

DAFTAR ISI

                                                                                                                                              Hal

KATA PENGANTAR .......................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A.      Latar Belakang ............................................................................................................

B.       Rumusan Masalah .......................................................................................................

C.       Tujuan  .........................................................................................................................

BAB II PENYIMPANGAN TEOLOGI ISLAM................................................................

A.       

BAB III PENUTUP............................................................................................................

A.      Simpulan.......................................................................................................................

B.       Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

                                                                                                                                            

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Manusia adalah makhluk terakhir ciptaan Allah, karena itu jika dibanding dengan makhluk-makhluk lain manusia adalah makhluk paling bungsu. Sebagai makhluk paling bungsu, manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan paling mulia bahkan diangkat menjadi wakil (khalifah) Allah di muka bumi.

Karena itu, bertauhid atau mengesakan Allahh secara terus menerus dalam pikiran, hati, ucapan dan perbuatan adalah sesuatu yang diwajibkan Tuhan kepada umat manusia melebihi dari makhluk-makhluk yang lain. Dan seiring dengan itu, manusia merupakan makhluk-makhluk yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat tentang perjalanan hidupnya di dunia, apakah mengamalkan tauhid tersebut atau tidak dan atau malah melakukan hal-hal yang menyalahi tauhid.

 

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana penyimpangan teologi Islam beserta contoh?

2.      Bagaimana pembagian tauhid dan penyimpangan-penyimpangannya?

 

C.      Tujuan

1.      Untuk mengetahui bagaimana penyimpangan teologi Islam beserta contoh

2.      Untuk mengetahui bagaimana pembagian tauhid dan penyimpangan-pentimpangannya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PENYIMPANGAN TEOLOGI ISLAM

 

A.      Penyimpangan Teologi Islam Beserta Contoh

Teologi islam adalah ajaran tentang Tuhan menurut agama islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw yang bersumber dari alquran dan hadits, yaitu mengajak umat manusia untuk Meng-Esa-Kan Allah Swt.

Adapun beberapa contoh penyimpangan teologi Islam diantaranya:

1.    Syirik

Syirik adalah lawan kata dari tauhid. Jika tauhid merupakan pengesaan Allah dalam pikiran, hati, ucapan dan perbuatan, maka syirik adalah menyekutukan Allah atau mengakui banyak tauhid. Orang yang melakukan perbuatan syirik ini pada dasarnya mengakui adanya Tuhan, tetapi perbuatan mereka menjadi  salah, mereka mengakui bahwa Tuhan itu lebih dari satu (bukan esa), atau mungkin mereka mengakui Tuhan itu esa tetapi mereka  juga mengakui adanya kekuatan lain yang sama dengan Allah, sehinnga tidak sepenuhnya percaya akan keesaan dan kemahakuasaan Allah.

Syirik dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: syirik yang nyata dan syirik yang tersembunyi. Syirik nyata misalnya, apabila orang tersebut beribadah bukan kepada Allah, tetapi pada kekuatan lain atau melakukan pemujaan dan memberikan sesajen kepada tempat-tempat yang dianggap keramat seperti; kuburan, patung, pohon rindang dan lain sebagainya. Sedangkan syirik tersembunyi apabila melakukan sesuatu perbuatan ibadah tapi niatnya dalam hati hanyalah karena ingin pamer (riya).[1]

Jika syirik adalah sesuatu perbuatan yang benar-benar menyalahi tauhid. Karena itu, Allah SWT menegaskan bahwa dosa yang tidak terampuni oleh-Nya adalah dosa akibat perbuatan syirik, seperti ditegaskan dalam surat An-Nisa, ayat 48:

 

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikendaki-Nya, barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

 

2.    Kafir

Kafir secara bahasa berarti, menyembunyikan atau menutupi. Sedangkan menurut istilah kafir itu ialah menolak kebenaran dari Allah yang disampaikan rasul-Nya. Menurut pendekatan istilah, kafir itu dapat dibagi kepada empat macam, yaitu:[2]

a.       Kafir Ilahiyat

Kafir Ilahiyat disebut juga Kafir Mulhid yang artinya adalah menolak kebenaran adanya Tuhan (atheist). Menurut ajaran Islam, kafir mulhid adalah sikap yang sangat menyalahi tauhid, sebab kebenaran utama yang disampaikan semua rasul adalah tentang mengesakan Allah dan beribada kepada-Nya, seperti dijelaskan al-Quran dalam surat Al-Anbiya ayat 25:

 

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ ﴿٢٥﴾

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.

 

b.      Kafir Nubuwat

Kafir Nubuwat artinya adalah menolak kebenaran atau tidak mengakui nabi dan rasul-rasul Allah. Mereka mendustakan para nabi dan rasul sebagai pembawa kitab dan ajaran dari Allah untuk menjadi petunjuk hidup bagi manusia. Seperti dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 36:

 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “ Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghhut itu”, maka di antara  umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

 

c.       Kafir Perintah

Kafir perintah artinya adalah menolak melaksanakan atau dengan kata lain tidak mematuhi perintah-perintah Allah. Orang ini bukan atheist, karena mereka mengakui kebenaran adanya Allah dan juga mengakui kitab-kitab Allah yang dibawa oleh para rasul, akan tetapi mereka tidak melaksanakan perintah-perintah Allah yang dibawa oleh rasul tersebut.

 

d.      Kafir Nikmat

Kafir nikmat adalah sikap menolak bahwa nikmat dan rezeki ynag dimilikinya merupakan pemberian Allah tetapi diyakini mutlak sebagai hasil kerjanya atau hasil kepintarannya. Mereka ini meyakini adanya Allah, meyakini kitabillah dan rasulullah, terkadang juga mereka beribadah kepada Allah.

Sikap dan perubahan kafir sangat menyalahi tauhid, maka orang-orang kafir oleh tauhid dipandang sebagai seburuk-buruk makhluk yang kelak akan masuk neraka serta akan kenal di dalamnya. Seperti dijelaskan dalam surat Al-Bayyinah ayat 6:

 

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَٱلْمُشْرِكِينَ فِى نَارِ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمْ شَرُّ ٱلْبَرِيَّةِ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik  (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

 

3.    Munafik

Munafik adalah orang yang lahiriahnya menampakkan sesuatu (ucapan, perbuatan atau sikap) yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Ada juga yang mendefinisikan munafik yaitu orang yang melahirkan keimanan dengan mulutnya, tetapi ingkar (kafir) dalam hatinya. Atau orang yang lahiriahnya menyatakan dirinya muslim sedangkan hatinya tidak sesuai lahiriahnya. Jelasnya munafik adalah orang yang tidak menjadikan pikiran, hati, ucapan dan perbuatannya sebagai suatu kesatuan dalam mengesakan Allah.

Karena itu, dalam kehidupan sehari-hari orang munafik tersebut mungkin akan mengaku beriman kepada Allah, bahkan dala hal-hal tertentu, nampak seperti berbuat atau bertindak seoalah-olah beribadah kepada Allah, tetapi hatinya sesungguhnya bahwa perbuatan itu dilakukan bukan untuk mengesakan Allah, bukan untuk menghambakan diri (mengabdi) kepada Allah tetapi hanya untuk kepentingan dirinya sendiri seperti ingin pamer kekayaan atau supaya dipuji khalayak ramai atau untuk ingin menjadi orang terkenal.[3]

Orang munafik ini, baik dari segi moral apalagi dari sudut pandang agama Islam sangatlah hina, baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 145 yang berbunyi:

 

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا ﴿١٤٥﴾

Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.

 

4.    Murtad

Murtad adalah istilah yang diberikan untuk mennyebut orang yang keluar dai Islam. Pada mulanya orang ini beriman kepada Allah dan merupakan muslim, tetapi kemudia ia meninggalkan keimanannya untuk selanjutnya beriman kepada selain Allah atau tidak beriman sama sekali (atheist).

Bedanya dengan kafir, kalau orang kafir memang sejak mulanya tidak beriman kepada Allah, sedangkan murtad, sebelumnya beriman keapad Allah tetapi kemudian keluar dari iman itu.[4]

Apabila seoarang muslim me jadi murtad, segala amala ibadah dan kebaikannya di dunia tidak diperhitungkan lagi di akhirat, semuanya gugur akibat kemurtadannya itu, seperti ditegaskan dalam al-Quran surat Al-Baqarah ayat 217 yang berbunyi:

 

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا ۚ وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُون

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah, dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan

di akhirat, dan mereak itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

 

B.     Pembagian Tauhid dan Penyimpangan-Penyimpangannya

1.      Penyimpangan tauhid rububiyah

Tauhid Ar-Rububiyyah, adalah keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satunya Rabb. Makna Rabb adalah Dzat yang Maha Menciptakan, yang Maha Memiliki dan Menguasai, serta Maha Mengatur seluruh ciptaan-Nya.

Ayat-ayat yang menunjukkan tauhid Ar-Rububiyyah sangat banyak, di antaranya:

اِنَّ رَبَّکُمُ اللّٰہُ الَّذِیۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ فِیۡ سِتَّۃِ اَیَّامٍ ثُمَّ اسۡتَوٰی عَلَی الۡعَرۡشِ ۟ یُغۡشِی الَّیۡلَ النَّہَارَ یَطۡلُبُہٗ حَثِیۡثًا ۙ وَّ الشَّمۡسَ وَ الۡقَمَرَ وَ النُّجُوۡمَ مُسَخَّرٰتٍۭ بِاَمۡرِہٖ ؕ اَلَا لَہُ الۡخَلۡقُ وَ الۡاَمۡرُ ؕ تَبٰرَکَ اللّٰہُ رَبُّ الۡعٰلَمِیۡن

Artinya: ”Sesungguhnya Rabb kalian hanyalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia beristiwa` di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, hak mencipta dan memerintah hanyalah milik Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam. [Al-A’raf: 54]

 Kaum musyrikin Quraisy juga mengakui tauhid rububiyyah berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla.

 

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Artinya: “Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” [Al-’Ankabut: 61]

Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa kaum musyrikin mengakui bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Yang Maha Menciptakan, Maha Mengatur, dan Maha Memberi Rezeki.

Penyimpangan dalam tauhid rububiyyah yaitu dengan meyakini adanya yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini selain Allah Azza wa Jalla dalam hal yang hanya dimampui oleh Allah Azza wa Jalla. Seperti keyakinan bahwa penguasa dan pengatur Laut Selatan adalah Nyi Roro Kidul. Ini suatu keyakinan yang bathil. Barangsiapa meyakini bahwa penguasa dan pengatur laut selatan adalah Nyi Roro Kidul maka dia telah berbuat syirik (menyekutukan Allah Azza wa Jalla) dalam Rububiyyah-Nya. Karena hanya Allah-lah Yang Menguasai dan Mengatur alam semesta ini.

 

2.      Penyimpangan tauhid uluhiyyah

Tauhid uluhiyyah adalah keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla adalah satu-satu-Nya Dzat yang berhak diibadahi dengan penuh ketundukan, pengagungan, dan kecintaan. Dinamakan juga dengan Tauhidul ’Ibadah atau Tauhidul ’Ubudiyyah, karena hamba wajib memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata. Ayat-ayat Al-Qur`an yang menunjukkan tauhid jenis ini sangat banyak, diantaranya:

”Beribadahlah kalian hanya kepada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” [An-Nisa`: 36]

 Rabbul ’Alamin adalah satu-satu-Nya Dzat yang berhak dan pantas untuk diibadahi. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla memerintahkan umat manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya, karena Dia adalah Rabb. Termasuk juga Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada kaum musyrikin arab, yang mengakui bahwa Allah Azza wa Jalla sebagai Rabb satu-satunya, untuk mereka beribadah hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

”Wahai umat manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb kalian.” [Al-Baqarah: 21]

Penyimpangan dalam tauhid jenis ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla seperti berdoa kepada kuburan atau ahli kubur, meminta pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris, dan semacamnya. Karena do’a dan tawakkal termasuk ibadah, maka harus ditujukan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata.

 

3.      Penyimpangan tauhid asma` wa ash-shifat

Tauhid asma` wa ash-shifat adalah keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki nama-nama yang indah (al-asma`ul husna) dan sifat-sifat yang mulia sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya, sebagaimana yang Allah Azza wa Jalla beritakan dalam Al-Qur`an, atau sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah  dalam hadits-haditsnya yang shahih. Sekaligus meyakini dan beriman bahwa tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah Azza wa Jalla. Di antara sekian banyak ayat Al-Qur`an yang menunjukkan tauhid ini, firman Allah Azza wa Jalla:

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖ ۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ ﴿الأعراف : ۱۸۰

”Hanya milik Allah al-asma`ul husna, maka berdo’alah kalian kepada-Nya dengan menyebutnya (al-asma`ul husna) dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (mengimani) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [Al-A’raf: 180]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

 ”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”[Asy  Syura: 11]

Penyimpangan dalam tauhid Al-Asma’ wa Ash Shifat antara lain:

·         Tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai sifat-sifat yang sempurna tersebut. Padahal telah disebutkan dalam Al-Qur’an atau dalam hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih.

·         Menyerupakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Padahal Allah Azza wa Jalla telah berfiman (artinya): ”Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Asy Syura: 11].

·         Menyelewengkan atau menta’wil makna Al-Asma’ul Husna, yang berujung pada peniadaan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla.

·         Menentukan cara dari sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, yang bermuara pada penyerupaan dengan makhluk-Nya.

 

 



 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      Simpulan

Teologi islam adalah ajaran tentang Tuhan menurut agama islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw yang bersumber dari alquran dan hadits, yaitu mengajak umat manusia untuk Meng-Esa-Kan Allah Swt. Beberapa contoh penyimpangan teologi islam yaitu: syirik, kafir, munafik, dan murtad.

Pembagian tauhid dan penyimpangannya: Penyimpangan tauhid rububiyah. Penyimpangan dalam tauhid rububiyyah yaitu dengan meyakini adanya yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini selain Allah Azza wa Jalla dalam hal yang hanya dimampui oleh Allah Azza wa Jalla.

Penyimpangan tauhid uluhiyah. Penyimpangan dalam tauhid jenis ini yaitu dengan memalingkan ibadah kepada selain Allah Azza wa Jalla seperti berdoa kepada kuburan atau ahli kubur, meminta pertolongan kepada jin, meminta barokah kepada orang tertentu, menyandarkan nasibnya (bertawakkal) kepada benda tertentu, seperti batu, jimat, cincin, keris, dan semacamnya.

Penyimpangan tauhid asma` wa ash-shifat. Penyimpangan dalam tauhid ini yaitu, tidak meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai sifat-sifat yang sempurna. Menyerupakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Menyelewengkan atau menta’wil makna Al-Asma’ul Husna, yang berujung pada peniadaan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla.

 

B.       Saran

Kami sebagai pemakalah berharap dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dalam memahami penyimpangan teologi islam, agar lebih berhati-hati dalam memahami konteks penyimpangan dalam ilmu Tauhid.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA




 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Hadis Purba dan Salamuddin, Theologi Islam: Ilmu Tauhid (Medan: Perdana Publishing, 2016), hlm. 162

[2] Ibid, hlm. 163-164

[3]  Hadis Purba dan Salamuddin, Theologi Islam: Ilmu Tauhid (Medan: Perdana Publishing, 2016), hlm. 165

[4]  Ibid, hlm. 166


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...