SUMBER FILSAFAT ILMU
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 1
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sumber Filsafat ....................................................................................... 2
B. Hubungan Filsafat dan Ilmu ............................................... 4
C. Perkembangan Ilmu dan Filsafat ke Dunia Islam..................................... 4
D. Kemajuan Ilmu Zaman Renains dan Modern............................................ 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 7
3.2 Saran...................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perbincangan
mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad ke 20, namun Francis
Bacon dengan metode induksi yang di tampilkan nya pada abad ke 19 dapat
dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam khasanah bidang filsafat
secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar
terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang pesat. Dalam hal ini
ada semacam kekhawatiran di kalangan para ilmuwan dan filsuf, termasuk juga
kalangan agamawan, bahwa kemajuan Iptek dapat mengancam eksistensi manusia,
bahkan alam beserta isinya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa itu sumber
filsafat?
2. Apa filsafat dan
ilmu itu ?
3. Bagaimana
perkembangan ilmu dan filsafat ke dunia islam?
4. Bagaimana kemajuan
ilmu zaman renains dan modern?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa
itu sumber filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui
filsafafat dan ilmu.
3. Untuk mengetahui
perkembangan ilmu dan filsafat ke dunia islam.
4. Untuk mengetahui
kemajuan ilmu zaman renains dan modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Filsafat
Di barat yang
mula-mula berfilsafat orang-orang yunani. Apa yang menggerakkan mereka
berfilsafat?. Plato mengatakan bahwa
filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan keheranan. Hanya manusia yang dapat
takjub. Yang menjadi subjek adalah manusia. Yang jadi objek nya segala sesuatu
yang tidak jelas, yang belum ada keterangan atau jawaban nya. Keherananan
menyatakan diri dalam pernyataan. Yang menayakan itu adalah manusia yang
ditanyakan segala sesuatu yang dihadapi nya yang belum jelas. Maksudnya ialah
menjelaskan kenyataan untyuk memperoleh kebenaran. Menginginkan kebenaran
adalah gerak asli pikiran manusia[1]
Dalam tiap ruang dan
waktu selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang di minta jawab oleh seorang
filsafat. Maka sejarah filsafat menghidangkan kepada kita jawaban yang
berbeda-beda atas pertanyaan yang itu ke itu juga. Misalnya, apa itu manusia?,
apa itu alam?, apa itu hukum?, apa itu hidup?, apa maksud dan tujuan nya?,
siapa yang menentukan nasib?, siapakah tuhan itu?.
Filsafat
sesungguhnya ialah tafsiran kenyataan. Manusia dalam tiap kurun dan di
negerinya masing-masing menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama, yang
dibentuk oleh kemanusiaan. Disamping perbedaan lahir manusia, ada persamaan
batin, yakni tabiat asli. Tabiat itu dimiliki setiap manusia, membentuk
kemanusiaan, menghadapi soal-soal yang sama maka filsafat memberikan
interpretasi atas soal-soal itu, yang membentuk pandangan dunia dan sikap
hidup.[2]
Kalau di zaman purba
filsafat mulai dengan keheranan, di zaman modern filsafat mulai dengan
kesangsian. Apa yang dimaksud dengan kesangsian?, kesangsian adalah antara
percaya dan tidak kedudukan percaya. Ada 3 sikap pikiran manusia dalam
kesangsian menghadapi segala sesuatu.
Yang pertama ia
percaya, kedua ia tidak percaya, ketiga ia sangsi. Pada sikap yang pertama dan
kedua pikiran itu tidak bekerja. Kalau kita percaya kepada sesuatu atau tidak
percaya, maka kita tidak bisa berfikir, bila orang mulai berfikir kalau ia
percaya dan tidak percaya pun. Maka ia berfikir untuk sampai kepada kepercayaan
atau tidak percaya. Ketika ini dicapai berhentilah ia berfikir.
Dalam filsafat lama
skeptisisma merupakan aliran filsafat, dalam filsafat modern ia merupakan
sumber atau pangkal filsafat kesangsian yang radikal, yang dianut oleh kaum
skeptis dulu menolak tiap kebenaran. Kesemuanya ini adalah mimpi , maya tipuan,
kedustaan pikiran atau panca indera belaka. Pada filsafat lama, kesangsian itu
merupakan akhir filsafat sehinggan terbentuklah aliran kesangsian. Pada
filsafat modern ia merupakan awal filsafat. Tiap kebenaran di sangsikan lagi,
sampai pada satu titik dimana kesangsian itu lenyap. Ditemukanlah kebenaran,
berhentilah pikiran, tersusun lah sistem pengetahuan yang menghasilkan
kebenaran dengan berfikir, yaitu suatu filsafat. Kant mengatakan kesangsian
tidak mungkin keadaan yang tetap, ia hanya dahan dan tempat berpijak sementara
untuk mencapai tingkat kebenaran yang lebih tinggi. Maka bagi filsafat modern
kesangsian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa sangsi orang tidak berfikir,
tanpa berfikir filsafat tidak lahir, tanpa berfikir ilmu pun tidak mungkin
terbentuk.
Bagaimana mewujudkan
kedamaian, kebahagian dan milik yang merata, kenikmatan hidup di dunia, membina
keselamatan setelah mati? Siapakah yang menentukan nasib, manusia atau Tuhan?
Benarkah ada Tuhan itu? Benarkah kejahatan itu ada, benarkah pula ada
kebajikan? Bagaimanakah seharusnya menyusun sosial, ekonomi, politik, kesenian?
Pertanyaan-pertanyaan itu merangsang pemikiran filsafat mencari jawaban.
Berfikirlah ia hati-hati dan sistematik tentang masalah-masalah fondamentil
yang mengenai diri kita sendiri, laku perbuatan dan dunia malam mana kita hidup
dan akhirat yang merupakan ujung kehidupan. Terbentuklah beragam aliran
filsafat, sebanyak filosof yang memikirkan nya. Apabila kita menyangsikan suatu
aliran filsafat, maka kita pun berfikir untuk menyusun alasan-alasan tentang
kebenaran nya, disamping menyusun pengetahuan baru, yang kita anggap benar.
Terbentuk lah suatu filsafat. Filosof berikutnya mungkin menyangsikan pula
filsafat itu, paling tidak menganggapnya kurang sempurna, maka lahir lagi
filsafat.[3]
B. Hubungan Filsafat dan Ilmu
Dikurun Plato dan Al-Kindi batas antara filsafat dan ilmu boleh dikatakan tidak ada,
dan ilmu-ilmu lahir dari filsafat. Sekarang ada orang yang yang beranggapan
bahwa filsafat adalah sejenis ilmu. Perkembangan dan kemajuan ilmu yang
demikian meluas dalam kurun kita, mempersempit medan filsafat. Apa yang dahulu
difilsafatkan, mungkin belum di teliti atau di eksperimen, sekarang dengan
kemajuan ilmu, telah dirangkumnya masuk kedalam bidangnya. Karena itu ada yang
berkata, “filsafat itu tidak di perlukan sekarang, kedudukan nya telah
digantikan bahkan dikalah kan oleh ilmu.
Filsafat disebut juga integrasi pengetahuan
sintesa dari ilmu-ilmu. Dalam diferensiasi dan spesialisasi ilmu makin banyak
dan makin menjurus dan makin pentingnya peranan filsafat sebagai pelengkap
ilmu.[4]
C. Perkembangan Ilmu dan Filsafat ke Dunia Islam
Dalam perjalanan
ilmu dan juga filsafat di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya
rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang
berbeda, bahkan sering kali ekstrim antara pandangan filsafat Yunani, seperti
filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang
sering kali menimbulkan benturan-benturan sebagai contoh konkret dapat
disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan peengaruh yang besar
pada mazhab-mazhab islam, khusus nya mazhab eklektisisme. Al-Farabi, dalam hal
ini, memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan
bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat di anatara mereka sepanjang yang
menjadi tujuan mereka adalah kebenaran. Bahkan bisa dikatakan para filosof
Muslim mulai dari Al-Kindi sampai Ibn Rusyd terlibat dalam upaya rekonsiliasi
tersebut, dengan cara mengemukakkan pandangan-pandangan yabg relatif baru dan
lebih menarik. Usaha-usaha mereka pada gilirannya menjadi alat dalam penyebaran
filsafat dan penetrasinya ke dalam studi-studi keislaman lainnya, dan tidak
diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh para filosof Muslim ini menghasilkan
afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat Arab dan Filsafat Yunani.[5]
D. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
1.
Masa Renaisans (Abad ke 15-16)
Renaisans merupakan
era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengadung arti bagi
perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan di lancarkannya tantangan gerakan
reformasi terhadao keesaan dan supremasi gereje Katolik Roma, bersamaan dengan
berkembanganya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian,
keahlian, dan ilmu yang di wujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da
Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492
M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu.
Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis, Spanyol di wakili Shakespeare,
Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami
perkembangan. Adannya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan
Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik
balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah untuk
membuat garis batas yang tegas antara zaman renaisans dengan zaman modern.
Sementara orang mengaggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan renaisans. Akan
tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang
besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya.
Manusia maju dengan langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik, kemudian
ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket dan zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaisans
ini manusia barat mulai berfikir secara baru, dan secara berangsur-angsur
melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja selama ini telah membelenggu
kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat di
kemukakan dalam tulisan ini antara lain: Nicholas Copernicus (1473-1543) dan
Francis Bacon (1561-1626).
2.
Zaman Modern (Abad 17-19 M)
Setelah Galileo,
Fermat, Pascal, dan keppler berhasil mengembangkan penemuan mereka dan ilmu,
maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan dua sarjana, yang
dalam ilmu modern memegang peran yang sangat penting. Mereka adalah Isaac
Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646 1716). Di tangan dua orang sarjana inilah,
sejarah ilmu modern dimulai.
3.
Ilmu yang Berbasis Rasionalisme dan Empririsime
Dengan bertambah
majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan
pada zaman modern ini, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang
mitos. Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia, berkembang dalam tahap
filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbnetuk, tetapi belum ditemukan
metode berfikir secara objektif. Rasio sudah mulai di operasikan, tetapi kurang
objektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia
mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara dangkal, tetapi
objek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.
4.
Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern
Pada zaman modern
filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat
modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sufisme Yunani, sedikit
pengecualian pada Kant. Paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah
Rasionalisme, idealisme, dan empirisme,. Dan paham-paham yang merupakan pecahan
dari aliran itu. Paham rasionalisme mengajarkan mengajarkan bahwa akal itulah
alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada 3 tokoh penting
pendukung rasionalisme ini, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat sesungguhnya
ialah tafsiran kenyataan. Manusia dalam tiap kurun dan di negerinya
masing-masing menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama, yang dibentuk
oleh kemanusiaan. Disamping perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni
tabiat asli. Tabiat itu dimiliki setiap manusia, membentuk kemanusiaan,
menghadapi soal-soal yang sama maka filsafat memberikan interpretasi atas
soal-soal itu, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup.
Filsafat disebut
juga integrasi pengetahuan sintesa dari ilmu-ilmu. Dalam diferensiasi dan
spesialisasi ilmu makin banyak dan makin menjurus dan makin pentingnya peranan
filsafat sebagai pelengkap ilmu.
Dalam perjalanan
ilmu dan juga filsafat di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya
rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang
berbeda, bahkan sering kali ekstrim antara pandangan filsafat Yunani, seperti
filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang
sering kali menimbulkan benturan-benturan sebagai contoh konkret dapat
disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan peengaruh yang besar
pada mazhab-mazhab islam, khusus nya mazhab eklektisisme.
Pada masa kemajuan
zaman renainsans dan modern terbagi menjadi 4 masa yaitu, Masa Renaisans (Abad
ke 15-16), Zaman Modern (Abad 17-19 M), Ilmu yang Berbasis Rasionalisme dan
Empririsime, Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern.
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini disampaikan dalam mata
kuliah Filsafat Ilmu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan
yang digunakan maupun susunan bahasanya, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal, 2014, Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Gazalba, Sidi, 1973, Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Mustansyir, Rizal, 2001, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[1] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 45.
[2] Ibid, h. 47
[3] Ibid, h. 49-53.
[4] Ibid, h. 55-62
[5] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers , Jakarta, 2014, hlm. 35.
No comments:
Post a Comment