Thursday, 11 June 2020

Makalah Sumber Filsafat Ilmu

SUMBER FILSAFAT ILMU

DAFTAR ISI

                                                                                                                                         hal

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………       i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..        ii

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang ………………………………………………………………...        1

1.2  Rumusan Masalah ……………………………………………………………..       1

1.3  Tujuan ………………………………………………………………………….       1

 

BAB II PEMBAHASAN                                                                                               

A. Sumber Filsafat .......................................................................................                    2

B. Hubungan Filsafat dan Ilmu ...............................................                                        4

C. Perkembangan Ilmu dan Filsafat ke Dunia Islam.....................................                   4

D. Kemajuan Ilmu Zaman Renains dan Modern............................................                  5

 

BAB III PENUTUP                                                                                                       

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................      7   

3.2 Saran......................................................................................................................     7

 

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................      8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Perbincangan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad ke 20, namun Francis Bacon dengan metode induksi yang di tampilkan nya pada abad ke 19 dapat dikatakan sebagai peletak dasar filsafat ilmu dalam khasanah bidang filsafat secara umum. Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami kemajuan yang pesat. Dalam hal ini ada semacam kekhawatiran di kalangan para ilmuwan dan filsuf, termasuk juga kalangan agamawan, bahwa kemajuan Iptek dapat mengancam eksistensi manusia, bahkan alam beserta isinya.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa itu sumber filsafat?

2.      Apa filsafat dan ilmu itu ?

3.      Bagaimana perkembangan ilmu dan filsafat ke dunia islam?

4.      Bagaimana kemajuan ilmu zaman renains dan modern?

 

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa itu sumber filsafat ilmu.

2.      Untuk mengetahui filsafafat dan ilmu.

3.      Untuk mengetahui perkembangan ilmu dan filsafat ke dunia islam.

4.      Untuk mengetahui kemajuan ilmu zaman renains dan modern.

 

 


BAB II

    PEMBAHASAN

A.    Sumber Filsafat  

Di barat yang mula-mula berfilsafat orang-orang yunani. Apa yang menggerakkan mereka berfilsafat?.  Plato mengatakan bahwa filsafat mulai dengan ketakjuban, dengan keheranan. Hanya manusia yang dapat takjub. Yang menjadi subjek adalah manusia. Yang jadi objek nya segala sesuatu yang tidak jelas, yang belum ada keterangan atau jawaban nya. Keherananan menyatakan diri dalam pernyataan. Yang menayakan itu adalah manusia yang ditanyakan segala sesuatu yang dihadapi nya yang belum jelas. Maksudnya ialah menjelaskan kenyataan untyuk memperoleh kebenaran. Menginginkan kebenaran adalah gerak asli pikiran manusia[1]

Dalam tiap ruang dan waktu selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang di minta jawab oleh seorang filsafat. Maka sejarah filsafat menghidangkan kepada kita jawaban yang berbeda-beda atas pertanyaan yang itu ke itu juga. Misalnya, apa itu manusia?, apa itu alam?, apa itu hukum?, apa itu hidup?, apa maksud dan tujuan nya?, siapa yang menentukan nasib?, siapakah tuhan itu?.

Filsafat sesungguhnya ialah tafsiran kenyataan. Manusia dalam tiap kurun dan di negerinya masing-masing menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama, yang dibentuk oleh kemanusiaan. Disamping perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni tabiat asli. Tabiat itu dimiliki setiap manusia, membentuk kemanusiaan, menghadapi soal-soal yang sama maka filsafat memberikan interpretasi atas soal-soal itu, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup.[2]

Kalau di zaman purba filsafat mulai dengan keheranan, di zaman modern filsafat mulai dengan kesangsian. Apa yang dimaksud dengan kesangsian?, kesangsian adalah antara percaya dan tidak kedudukan percaya. Ada 3 sikap pikiran manusia dalam kesangsian menghadapi segala sesuatu.   

 

Yang pertama ia percaya, kedua ia tidak percaya, ketiga ia sangsi. Pada sikap yang pertama dan kedua pikiran itu tidak bekerja. Kalau kita percaya kepada sesuatu atau tidak percaya, maka kita tidak bisa berfikir, bila orang mulai berfikir kalau ia percaya dan tidak percaya pun. Maka ia berfikir untuk sampai kepada kepercayaan atau tidak percaya. Ketika ini dicapai berhentilah ia berfikir.

Dalam filsafat lama skeptisisma merupakan aliran filsafat, dalam filsafat modern ia merupakan sumber atau pangkal filsafat kesangsian yang radikal, yang dianut oleh kaum skeptis dulu menolak tiap kebenaran. Kesemuanya ini adalah mimpi , maya tipuan, kedustaan pikiran atau panca indera belaka. Pada filsafat lama, kesangsian itu merupakan akhir filsafat sehinggan terbentuklah aliran kesangsian. Pada filsafat modern ia merupakan awal filsafat. Tiap kebenaran di sangsikan lagi, sampai pada satu titik dimana kesangsian itu lenyap. Ditemukanlah kebenaran, berhentilah pikiran, tersusun lah sistem pengetahuan yang menghasilkan kebenaran dengan berfikir, yaitu suatu filsafat. Kant mengatakan kesangsian tidak mungkin keadaan yang tetap, ia hanya dahan dan tempat berpijak sementara untuk mencapai tingkat kebenaran yang lebih tinggi. Maka bagi filsafat modern kesangsian itu merupakan sumber filsafat. Tanpa sangsi orang tidak berfikir, tanpa berfikir filsafat tidak lahir, tanpa berfikir ilmu pun tidak mungkin terbentuk.

Bagaimana mewujudkan kedamaian, kebahagian dan milik yang merata, kenikmatan hidup di dunia, membina keselamatan setelah mati? Siapakah yang menentukan nasib, manusia atau Tuhan? Benarkah ada Tuhan itu? Benarkah kejahatan itu ada, benarkah pula ada kebajikan? Bagaimanakah seharusnya menyusun sosial, ekonomi, politik, kesenian? Pertanyaan-pertanyaan itu merangsang pemikiran filsafat mencari jawaban. Berfikirlah ia hati-hati dan sistematik tentang masalah-masalah fondamentil yang mengenai diri kita sendiri, laku perbuatan dan dunia malam mana kita hidup dan akhirat yang merupakan ujung kehidupan. Terbentuklah beragam aliran filsafat, sebanyak filosof yang memikirkan nya. Apabila kita menyangsikan suatu aliran filsafat, maka kita pun berfikir untuk menyusun alasan-alasan tentang kebenaran nya, disamping menyusun pengetahuan baru, yang kita anggap benar. Terbentuk lah suatu filsafat. Filosof berikutnya mungkin menyangsikan pula filsafat itu, paling tidak menganggapnya kurang sempurna, maka lahir lagi filsafat.[3]

 

B.     Hubungan Filsafat dan Ilmu

Dikurun Plato dan Al-Kindi batas antara filsafat dan ilmu boleh dikatakan tidak ada, dan ilmu-ilmu lahir dari filsafat. Sekarang ada orang yang yang beranggapan bahwa filsafat adalah sejenis ilmu. Perkembangan dan kemajuan ilmu yang demikian meluas dalam kurun kita, mempersempit medan filsafat. Apa yang dahulu difilsafatkan, mungkin belum di teliti atau di eksperimen, sekarang dengan kemajuan ilmu, telah dirangkumnya masuk kedalam bidangnya. Karena itu ada yang berkata, “filsafat itu tidak di perlukan sekarang, kedudukan nya telah digantikan bahkan dikalah kan oleh ilmu.

 Filsafat disebut juga integrasi pengetahuan sintesa dari ilmu-ilmu. Dalam diferensiasi dan spesialisasi ilmu makin banyak dan makin menjurus dan makin pentingnya peranan filsafat sebagai pelengkap ilmu.[4]

C.    Perkembangan Ilmu dan Filsafat ke Dunia Islam

Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan sering kali ekstrim antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang sering kali menimbulkan benturan-benturan sebagai contoh konkret dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan peengaruh yang besar pada mazhab-mazhab islam, khusus nya mazhab eklektisisme. Al-Farabi, dalam hal ini, memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat di anatara mereka sepanjang yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran. Bahkan bisa dikatakan para filosof Muslim mulai dari Al-Kindi sampai Ibn Rusyd terlibat dalam upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakkan pandangan-pandangan yabg relatif baru dan lebih menarik. Usaha-usaha mereka pada gilirannya menjadi alat dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya ke dalam studi-studi keislaman lainnya, dan tidak diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh para filosof Muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat Arab dan Filsafat Yunani.[5]

 

 

D.    Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern

1.      Masa Renaisans (Abad ke 15-16)

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengadung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan di lancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadao keesaan dan supremasi gereje Katolik Roma, bersamaan dengan berkembanganya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang di wujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis, Spanyol di wakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan. Adannya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.

Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman renaisans dengan zaman modern. Sementara orang mengaggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan renaisans. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawa manusia lebih maju ke depan dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa dari zaman uap ke zaman listrik, kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket dan zaman ruang angkasa.

Pada zaman renaisans ini manusia barat mulai berfikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat di kemukakan dalam tulisan ini antara lain: Nicholas Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).

2.      Zaman Modern (Abad 17-19 M)

Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan keppler berhasil mengembangkan penemuan mereka dan ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan dua sarjana, yang dalam ilmu modern memegang peran yang sangat penting. Mereka adalah Isaac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646 1716). Di tangan dua orang sarjana inilah, sejarah ilmu modern dimulai.

 

3.      Ilmu yang Berbasis Rasionalisme dan Empririsime

Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan pada zaman modern ini, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Menurut A. Comte, dalam perkembangan manusia, berkembang dalam tahap filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbnetuk, tetapi belum ditemukan metode berfikir secara objektif. Rasio sudah mulai di operasikan, tetapi kurang objektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara dangkal, tetapi objek belum dimasuki secara metodologis yang definitif.

4.      Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern

Pada zaman modern filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak keseluruhan filsafat modern itu mengambil warna pemikiran filsafat sufisme Yunani, sedikit pengecualian pada Kant. Paham-paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, idealisme, dan empirisme,. Dan paham-paham yang merupakan pecahan dari aliran itu. Paham rasionalisme mengajarkan mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada 3 tokoh penting pendukung rasionalisme ini, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                              BAB III

                                                            PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Filsafat sesungguhnya ialah tafsiran kenyataan. Manusia dalam tiap kurun dan di negerinya masing-masing menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama, yang dibentuk oleh kemanusiaan. Disamping perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni tabiat asli. Tabiat itu dimiliki setiap manusia, membentuk kemanusiaan, menghadapi soal-soal yang sama maka filsafat memberikan interpretasi atas soal-soal itu, yang membentuk pandangan dunia dan sikap hidup.

Filsafat disebut juga integrasi pengetahuan sintesa dari ilmu-ilmu. Dalam diferensiasi dan spesialisasi ilmu makin banyak dan makin menjurus dan makin pentingnya peranan filsafat sebagai pelengkap ilmu.

Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat di dunia islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan sering kali ekstrim antara pandangan filsafat Yunani, seperti filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam islam yang sering kali menimbulkan benturan-benturan sebagai contoh konkret dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan peengaruh yang besar pada mazhab-mazhab islam, khusus nya mazhab eklektisisme.

Pada masa kemajuan zaman renainsans dan modern terbagi menjadi 4 masa yaitu, Masa Renaisans (Abad ke 15-16), Zaman Modern (Abad 17-19 M), Ilmu yang Berbasis Rasionalisme dan Empririsime, Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern.

3.2  Saran

Demikianlah makalah ini disampaikan dalam mata kuliah Filsafat Ilmu, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan yang digunakan maupun susunan bahasanya, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.

 

 

 

                                                            DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal,  2014, Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.

Gazalba, Sidi, 1973, Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.

Mustansyir, Rizal, 2001, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 45.

 

[2] Ibid, h. 47

[3] Ibid, h. 49-53.

[4] Ibid, h. 55-62

[5] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers , Jakarta, 2014, hlm. 35.


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...