Thursday, 11 June 2020

Karakteristik Pengguna Perpustakaan Berdasarkan Fase Perkembangan

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Pengguna Perpustakaan Berdasarkan Fase Perkembangan

 Fase perkembangan manusia merupakan perkembangan grafik kehidupan jasmaniah maupun rohaniah ataupun kejiwaan manusia dari semenjak lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua, dimana pada setiap fase memilik ciri-ciri khas tersendiri oleh karena itu cara pelayanan pustakawan terhadap pemustaka juga berbeda. Berikut tahapan perkembangan manusia dalam ilmu psikologi dan cara pelayanan dalam bidang perpustakaan.

1.      Tahap Perkembangan Usia Anak-Anak

Pada tahap ini berbagai kegiatan yang disiapkan untuk kebutuhan anak-anak dari pemilihan bahan pustaka sampai kepada pelayanannya disesuaikan untuk anak menurut usia dan selera anak-anak.

Bahan bacaan anak usia balita lebih ditekankan pada gambar-gambar (picture books) tanpa teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna mencolok. Dilakukan kegiatan mendongeng tentang kisah-kisah yang memberikan hikmah untuk membentuk karakter yang baik dalam diri anak. Layanan mendongeng ini biasanya digemari anak-anak terutama usia balita dan awal sekolah dasar. Ada usia ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena itu sangat tepat bila pada usia ini diperkenalkan buku-buku yang sesuai dengan alam pikiran anak-anak[1].

2.      Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar

Pemakai perpustakaan sekolah dasar adalah para siswa yang secara formal baru diperkenalkan pada dunia pendidikan. Oleh karena itu, petugas perpustakaan harus dapat membimbing pemakai perpustakaan[2]

Hal-hal yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan pembimbingan pada anak usia sekolah dasar :

·         Memperkenalkan tata tertib perpustakaan, dalam menyampaikan tata tertib penggunaan perpustakaan hendaknya petugas perpustakaan bertidak sebagai motivator yang senantiasa membangkitkan motivasi para siswa untuk mengenal dan mau berkunjung ke perpustakaan.

·         Mengajarkan tata cara mencari buku yang dibutuhkan, agar para siswa dapat mencari buku secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, sebaiknya siswa dipandu untuk menggunakan katalog dalam pencarian buku.

·         Mengajarkan cara memelihara buku, merupakan bagian dari upaya untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap buku sehingga minat baca pun akan meningkat.

·         Pembinaan minat baca, kebiasaan membaca pada anak usia sekolah dasar tidak akan tumbuh secara otomatis. Kebiasaan membaca harus ditumbuhkan dan dibina sejak usia dini dengan berbagai kegiatan, salah satunya memberikan hadiah sederhana kepada para siswa yang rajin berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan.

3. Tahap Perkembangan Seorang Remaja (Adolescence)

Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam interaksi psikologi, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.

Umumnya pada fase remaja usia sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas telah mengerti tata cara penggunaan perpustakaan. Perbedaan antara layanan anak-anak dengan remaja, setingkat lebih tinggi dalam menyediakan bahan pustaka. Remaja sudah mulai mengenal identitas dirinya sehingga perpustakaan harus menyediakan bahan bacaan yang mengarah kepada bacaan yang dapat mendorong mereka kreatif yang berisi tokoh-tokoh panutan. Kebiasaan membaca pada remaja ini harus dipelihara oleh perpustakaan dengan cara menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, menyediakan bahan bacaan yang mendukung kurikulum sekolah[3].

4.      Tahap Perkembangan Seorang Dewasa

Layanan baca dewasa adalah layanan yang di peruntukkan bagi pemustaka kategori usia dewasa. Penyediaan bahan baca disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pemustaka. Berkaitan dengan ilmu psikologi, filsafat, agama, kesehatan, sosial, ilmu ekonomi, pendidikan, politik, dan pemerintahan serta semua subyek konsumsi usia dewasa.

5.      Pelayanan Kebutuhan Khusus

Layanan khusus yang diberikan kepada masyarakat yang berada di panti asuhan, panti jompo, dan penyandang cacat. Petugas layanan atau pustakawan pada unit layanan khusus ini harus lebih terampil dan mempunyai kesabaran yang tinggi. Layanan khusus bagi masyarakat bertujuan agar mereka terampil menggunakan perpustakaan, mendapatkan ilmu pengetahuan mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Sehingga, mereka dapat tumbuh dan berbaur dengan masyarakat lainnya.

Pelayanan informasi pada perpustakaan bagi setiap pemustaka difabel seharusnya memperhatikan beberapa hal dibawah ini:

·         Ketika berbicara dengan pemustaka difabel akan lebih baik jika mengandalkan logika, misalnya kita ikut merasa bagaimana jika diperlakukan seperti itu dan menanggung kekurangan yang bukan atas pilihan kita.

·         Berbicaralah langsung dengan mereka walaupun dia didampingi oleh orang lain, janganlah membuat asumsi apa yang dia alami, jangan memotong pembicaraan lawan bicara dan yang paling penting jangan pernah bertanya: Mengapa anda bisa seperti itu?

·         Untuk melancarkan komunikasi sebaiknya pustakawan berusaha menyejajarkan mata dengan mata pemustaka yang menggunakan kursi roda, dan walapun pustakawan berusaha membantu rasanya tidak sopan memindahkan atau mendorong kursi roda pemustaka tanpa izin terlebih dahulu. Jika pemustaka menggunakan alat penyangga untuk berjalan, pantang memindahkan atau menyimpan tongkat itu diluar jangkauannya.

·         Ketika pustakawan melayani seorang tunarungu perlu memastikan bahwa dia memandang dan memerhatikan kita. Jangan menutup mulut saat berbicara, karena mereka yang kurang pendengarannya biasanya membaca gerak bibir. Apabila pustakawan mengalami kesulitan, tidak ada salahnya menuliskan pertanyaan dan jawaban di kertas.

·         Jika pustakawan melayani pemustaka tuna netra jangan sekali-kali mengatakan: marilah kita lihat bersama, dan jangan ragu untuk menggandeng tangannya jika dia memerlukan bantuan[4]

B.     Definisi dan Jenis Perbedaan Individual Users

1.   Definisi Pemustaka

Setelah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka, dimana pengertian pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan,

sedangkan menurut Wiji Suwarno, pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya)[5]

 

2.   Jenis Pemustaka

Untuk mengetahui cara melakukan pelayanan yang baik dan tepat untuk pemustaka bagi kita pustakawan sangat perlu rasanya mengetahui jenis pemustaka.

Jenis pemustaka dapat dibedakan dalam beberapa factor dan hal diantaranya

·         Kriteria objektif  seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi

·         Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan perilaku mencari informasi dan komunikasi, perilaku sosial serta profesional Pemustaka.

Jenis Pemustaka dapat dinyatakan sebagai :

·         Pemustaka yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa

·         Pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.

3.      Perilaku Pemustaka

Pengertian  perilaku pengguna adalah tindakan yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang dibutuhkan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Apa bila kebutuhan terpenuhi maka akan timbul rasa puas dan apabila tidak terpanuhi akan muncul rasa kecewa..

·         Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok.

·         Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar.

·         Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka.

·         Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu.

·         Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas.

·         Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan mahasiswa S1 tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3.

·         Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.

 

4.   Jenis Pemustaka Berdasarkan Karakternya

Ada berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka:

·         Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya,

·         Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin,

Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya,

·         Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia.

·         Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya,

·         Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat,

·         Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan,

·         Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya,

·         Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul,

·         Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati[6].

 

5.      Jenis Pemustaka Berdasarkan Kebutuhannya

Pemustaka berkunjung ke perpustakaan karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi. Ada tiga kebutuhan yang sering ditemui pada Pemustaka perpustakaan antara lain:

·         Need for information , merupakan suatu kebutuhan akan informasi yang bersifat umum

·         Needs for material and facilities, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan buku-buku atau bahan pustaka lain, serta kebutuhan akan fasilitas perpustakaan yang menunjang kegiatan belajar

·         Needs for guidance and support, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk yang memudahkan pengguna mendapatkan apa yang diinginkan[7].

C.     Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu Users

Setiap orang yang datang ke perpustakaan memiliki latar belakang baik pendidikan, social dan kultur budaya yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi tingkah laku dari orang tersebut, hal-hal itulah yang disebut factor yang mempengaruhi individu user. Sehingga pustakawan perlu mengenali  perilaku mereka karena masing-masing orang mempunyai kebutuhan  yang berbeda.

1.      Kebutuhan, yaitu tujuan pemustaka untuk datang ke perpustakaan untuk mencari informasi tertentu, hiburan, atau mengisi waktu luang. ada pula pemustaka yang datang ke perpustakaan dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan, dengan duduk dan diam di perpustakaan. Aktivitas membacanya sedikit, tetapi dia menikmati suasana di perpustakaan, dengan dukungan hawa yang sejuk di perpustakaan dan suasana yang nyaman dan tenang.

2.      Usia, ini sangat jelas mempengaruhi perbedaan pustakawan dalam melayani pemustakanya, meliputi dari segi cara berkomunikasi, bahan pustaka, dan pembimbingan pemakai.

3.   Tingkat pendidikan, karena kebutuhan masing-masing pemustaka pasti berbeda dengan tingkat pendidikannya. Subjek-subjek yang ingin ditemukan dan digunakan.

4.      Motivasi, keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan. ada yang datang ke perpustakaan karena memang kebutuhan pemustaka utnuk datang ke perpustakaan seperti tugas wajib pendidikan akademik, namun ada juga yang memang mempunyai motivasi lebih dalam bidang literasi golongan pegiat literasi. Kelompok ini aktif melakukan studi pustaka di berbagai perpustakaan untuk mencari berbagai sumber informasi yang kemudian dituangkan kembali dalam sebuah tulisan. Kelompok pegiat literasi dewasa ini semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia, mereka membentuk satu wadah dalam topik yang khusus maupun juga terbuka untuk semua tema.

5.      Budaya dan Keadaan Sosial, lingkungan cukup dominan dalam mempengaruhi sifat dan kebiasaan seseorang pemustaka.

D.    Kiat agar Pemustaka Merasa Dilayani

Kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh seorang pustakawan agar pemustaka merasa dilayani adalah sambut pemustaka, buat pemustaka merasa penting dan dihargai, tanyakan apa yang bisa dibantu, dengarkan, bantu pemustaka, dan buat agar pemustaka merasa diundang untuk datang kembali[8].

E.     Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pemustaka

Kepuasan pemustaka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kasatmata maupun tidak kasatmata, serta ragam pelayanan yang berhubungan dengan kinerja dan kepedulian[9].

Adapun faktor yang mendukung dalam mendapatkan kepuasan pemustaka dapat diperhatikan ketentuan berikut:

1.      Berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan pengguna.

2.      Diberikan kepada pengguna atas dasar keseragaman, keadilan dan kemerataan.

3.      Dilaksanakan secara optimal dan didasari oleh peraturan yang jela.

4.      Dilaksanakan secara cepat, tepat dan mudah melalui cara yang teratur, terarah dan cermat.

Jadi, pustakawan harus memberikan pelayanan prima sebagai faktor penting dalam mencapai kepuasan pemustaka[10].

 

 

F.     Kode Etik Pustakawan bagi Pemustaka

Sebagai pusat informasi, kehadiran sebuah perpustakaan mempunyai fungsi penting ditengah masyarakat. Perpustakaan juga tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya sebuah kode etik pustakawan. Kode etik pustakawan ini hadir sebagai pedoman bagi jalannya perpustakaan. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjalankan fungsinya sebagai pengolah dan pencipta informasi[11].

 



[1] Febriyani Setiawan. “ Jenis-Jenis Layanan Pemustaka di Perpustakaan”. Diunduh pada tanggal 10 November        2013. Dari Febriyani23.blogspot.com

[2] Yaya Suhendar, Panduan Petugas Perpustakaan, (Jakarta: Prenada, 2014), hlm. 184

[3]Febriyani Setiawan. “ Jenis-Jenis Layanan Pemustaka di Perpustakaan”. Diunduh pada tanggal 10 November        2013. Dari Febriyani23.blogspot.com

[4] Safrudin Aziz, Perpustakaan Ramah Difabel, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.35

[5]Dony Prisma “ Karakter Pemustaka Perpustakaan”. Diunduh pada tanggal 24 Juli 2012. Dari https://donyprisma.wordpress.com

[6] Elva Rahmah, Akses dan Layanan Perpustakaan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), hlm. 47

[7] Dony Prisma “ Karakter Pemustaka Perpustakaan”. Diunduh pada tanggal 24 Juli 2012. Dari https://donyprisma.wordpress.com

[8] Elva Rahmah, Akses dan Layanan Perpustakaan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), hlm. 45

[9] Fransisca Rahayuningsih, Mengukur Kepuasan Pemustaka ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hlm.16

[10]Ibid, hlm.17

[11] Wiji Suwarno, ilmu Perpustakaan dan Kode Etik Pustakawan ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 5


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...