BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik
Pengguna Perpustakaan Berdasarkan Fase Perkembangan
Fase perkembangan manusia merupakan
perkembangan grafik kehidupan jasmaniah maupun rohaniah ataupun kejiwaan
manusia dari semenjak lahir, bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua, dimana
pada setiap fase memilik ciri-ciri khas tersendiri oleh karena itu cara
pelayanan pustakawan terhadap pemustaka juga berbeda. Berikut tahapan
perkembangan manusia dalam ilmu psikologi dan cara pelayanan dalam bidang
perpustakaan.
1. Tahap
Perkembangan Usia Anak-Anak
Pada
tahap ini berbagai kegiatan yang disiapkan untuk kebutuhan anak-anak dari
pemilihan bahan pustaka sampai kepada pelayanannya disesuaikan untuk anak
menurut usia dan selera anak-anak.
Bahan bacaan anak usia balita lebih
ditekankan pada gambar-gambar (picture
books) tanpa teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna
mencolok. Dilakukan kegiatan mendongeng tentang kisah-kisah yang memberikan
hikmah untuk membentuk karakter yang baik dalam diri anak. Layanan mendongeng
ini biasanya digemari anak-anak terutama usia balita dan awal sekolah dasar.
Ada usia ini anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena itu sangat
tepat bila pada usia ini diperkenalkan buku-buku yang sesuai dengan alam
pikiran anak-anak[1].
2.
Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
Pemakai perpustakaan sekolah dasar adalah para siswa yang
secara formal baru diperkenalkan pada dunia pendidikan. Oleh karena itu,
petugas perpustakaan harus dapat membimbing pemakai perpustakaan[2]
Hal-hal yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan
pembimbingan pada anak usia sekolah dasar :
·
Memperkenalkan tata tertib perpustakaan,
dalam menyampaikan tata tertib penggunaan perpustakaan hendaknya petugas
perpustakaan bertidak sebagai motivator yang
senantiasa membangkitkan motivasi para siswa untuk mengenal dan mau berkunjung
ke perpustakaan.
·
Mengajarkan tata cara mencari buku yang
dibutuhkan, agar para siswa dapat mencari buku secara efektif dan efisien. Oleh
karena itu, sebaiknya siswa dipandu untuk menggunakan katalog dalam pencarian
buku.
·
Mengajarkan cara memelihara buku,
merupakan bagian dari upaya untuk menumbuhkan rasa cinta anak terhadap buku
sehingga minat baca pun akan meningkat.
·
Pembinaan minat baca, kebiasaan membaca
pada anak usia sekolah dasar tidak akan tumbuh secara otomatis. Kebiasaan
membaca harus ditumbuhkan dan dibina sejak usia dini dengan berbagai kegiatan,
salah satunya memberikan hadiah sederhana kepada para siswa yang rajin
berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan.
3. Tahap Perkembangan Seorang Remaja
(Adolescence)
Karena di
periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah
sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam
interaksi psikologi, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Umumnya
pada fase remaja usia sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas telah
mengerti tata cara penggunaan perpustakaan. Perbedaan antara layanan anak-anak
dengan remaja, setingkat lebih tinggi dalam menyediakan bahan pustaka. Remaja
sudah mulai mengenal identitas dirinya sehingga perpustakaan harus menyediakan
bahan bacaan yang mengarah kepada bacaan yang dapat mendorong mereka kreatif
yang berisi tokoh-tokoh panutan. Kebiasaan membaca pada remaja ini harus
dipelihara oleh perpustakaan dengan cara menyediakan bahan bacaan yang sesuai
dengan kebutuhan mereka, menyediakan bahan bacaan yang mendukung kurikulum
sekolah[3].
4. Tahap Perkembangan Seorang Dewasa
Layanan baca
dewasa adalah layanan yang di peruntukkan bagi pemustaka kategori usia dewasa.
Penyediaan bahan baca disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pemustaka.
Berkaitan dengan ilmu psikologi, filsafat, agama, kesehatan, sosial, ilmu
ekonomi, pendidikan, politik, dan pemerintahan serta semua subyek konsumsi usia
dewasa.
5. Pelayanan
Kebutuhan Khusus
Layanan khusus
yang diberikan kepada masyarakat yang berada di panti asuhan, panti jompo, dan
penyandang cacat. Petugas layanan atau pustakawan pada unit layanan khusus ini
harus lebih terampil dan mempunyai kesabaran yang tinggi. Layanan khusus bagi
masyarakat bertujuan agar mereka terampil menggunakan perpustakaan, mendapatkan
ilmu pengetahuan mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya.
Sehingga, mereka dapat tumbuh dan berbaur dengan masyarakat lainnya.
Pelayanan
informasi pada perpustakaan bagi setiap pemustaka difabel seharusnya
memperhatikan beberapa hal dibawah ini:
·
Ketika berbicara dengan pemustaka difabel
akan lebih baik jika mengandalkan logika, misalnya kita ikut merasa bagaimana
jika diperlakukan seperti itu dan menanggung kekurangan yang bukan atas pilihan
kita.
·
Berbicaralah langsung dengan mereka
walaupun dia didampingi oleh orang lain, janganlah membuat asumsi apa yang dia
alami, jangan memotong pembicaraan lawan bicara dan yang paling penting jangan
pernah bertanya: Mengapa anda bisa seperti itu?
·
Untuk melancarkan komunikasi sebaiknya
pustakawan berusaha menyejajarkan mata dengan mata pemustaka yang menggunakan
kursi roda, dan walapun pustakawan berusaha membantu rasanya tidak sopan
memindahkan atau mendorong kursi roda pemustaka tanpa izin terlebih dahulu.
Jika pemustaka menggunakan alat penyangga untuk berjalan, pantang memindahkan
atau menyimpan tongkat itu diluar jangkauannya.
·
Ketika pustakawan melayani seorang
tunarungu perlu memastikan bahwa dia memandang dan memerhatikan kita. Jangan
menutup mulut saat berbicara, karena mereka yang kurang pendengarannya biasanya
membaca gerak bibir. Apabila pustakawan mengalami kesulitan, tidak ada salahnya
menuliskan pertanyaan dan jawaban di kertas.
·
Jika pustakawan melayani pemustaka tuna
netra jangan sekali-kali mengatakan: marilah kita lihat bersama, dan jangan
ragu untuk menggandeng tangannya jika dia memerlukan bantuan[4]
B.
Definisi
dan Jenis Perbedaan Individual Users
1. Definisi Pemustaka
Setelah
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disahkan, istilah
pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka, dimana pengertian
pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah
pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau
lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan,
sedangkan menurut Wiji
Suwarno, pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik
koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya)[5]
2. Jenis Pemustaka
Untuk
mengetahui cara melakukan pelayanan yang baik dan tepat untuk pemustaka bagi
kita pustakawan sangat perlu rasanya mengetahui jenis pemustaka.
Jenis
pemustaka dapat dibedakan dalam beberapa factor dan hal diantaranya
·
Kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang
spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan
menggunakan system informasi
·
Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut
informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya;
sebab dan alasan yang berkaitan dengan perilaku mencari informasi dan
komunikasi, perilaku sosial serta profesional Pemustaka.
Jenis Pemustaka dapat dinyatakan sebagai :
·
Pemustaka yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti
pelajar dan mahasiswa
·
Pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan
merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
3. Perilaku
Pemustaka
Pengertian perilaku pengguna adalah tindakan
yang dilakukan individu, kelompok, atau organisasi terkait dengan proses
pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa yang
dibutuhkan yang dapat mempengaruhi lingkungan. Apa bila kebutuhan terpenuhi
maka akan timbul rasa puas dan apabila tidak terpanuhi akan muncul rasa
kecewa..
·
Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke
perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok.
·
Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan
oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar.
·
Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka.
·
Leisure or necessity factor, yaitu
apakah Pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu
luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu.
·
Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka.
Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus,
atau sedikit lebih luas.
·
Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan
mahasiswa S1 tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3.
·
Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam
memanfaatkan layanan perpustakaan.
4. Jenis Pemustaka
Berdasarkan Karakternya
Ada
berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat
menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi
Pemustaka:
·
Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk
menarik perhatiannya,
·
Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan
secepat mungkin,
Banyak bicara dengan
menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan
dengan penjelasannya,
·
Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya serta
minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia.
·
Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan
banyak pilihan namun mengikuti seleranya,
·
Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah
terpancing untuk berdebat,
·
Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya
dan melayani berdasarkan permintaan,
·
Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang
dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih
atas kunjungannya,
·
Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan
jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul,
·
Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan
tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu
dihormati[6].
5.
Jenis Pemustaka Berdasarkan Kebutuhannya
Pemustaka
berkunjung ke perpustakaan karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Ada tiga kebutuhan yang sering ditemui pada Pemustaka perpustakaan antara lain:
·
Need for information , merupakan suatu kebutuhan akan informasi yang
bersifat umum
·
Needs for material and facilities, merupakan kebutuhan
untuk mendapatkan buku-buku atau bahan pustaka lain, serta kebutuhan akan
fasilitas perpustakaan yang menunjang kegiatan belajar
·
Needs for guidance and support, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan
bimbingan atau petunjuk yang memudahkan pengguna mendapatkan apa yang
diinginkan[7].
C. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individu Users
Setiap orang yang datang ke perpustakaan memiliki
latar belakang baik pendidikan, social dan kultur budaya yang berbeda-beda yang
akan mempengaruhi tingkah laku dari orang tersebut, hal-hal itulah yang disebut
factor yang mempengaruhi individu user. Sehingga pustakawan perlu
mengenali perilaku mereka karena masing-masing orang mempunyai kebutuhan
yang berbeda.
1. Kebutuhan,
yaitu tujuan pemustaka untuk datang ke perpustakaan untuk mencari informasi
tertentu, hiburan, atau mengisi waktu luang. ada pula pemustaka yang datang ke perpustakaan
dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan, dengan duduk dan diam di
perpustakaan. Aktivitas membacanya sedikit, tetapi dia menikmati suasana di
perpustakaan, dengan dukungan hawa yang sejuk di perpustakaan dan suasana yang
nyaman dan tenang.
2. Usia,
ini sangat jelas mempengaruhi perbedaan pustakawan dalam melayani pemustakanya,
meliputi dari segi cara berkomunikasi, bahan pustaka, dan pembimbingan pemakai.
3. Tingkat
pendidikan, karena kebutuhan masing-masing pemustaka pasti berbeda dengan
tingkat pendidikannya. Subjek-subjek yang ingin ditemukan dan digunakan.
4. Motivasi,
keinginan dan antusiasme
Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan. ada yang datang ke
perpustakaan karena memang kebutuhan pemustaka utnuk datang ke perpustakaan
seperti tugas wajib pendidikan akademik, namun ada juga yang memang mempunyai
motivasi lebih dalam bidang literasi golongan pegiat literasi. Kelompok ini aktif
melakukan studi pustaka di berbagai perpustakaan untuk mencari berbagai sumber
informasi yang kemudian dituangkan kembali dalam sebuah tulisan. Kelompok
pegiat literasi dewasa ini semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia, mereka
membentuk satu wadah dalam topik yang khusus maupun juga terbuka untuk semua
tema.
5. Budaya
dan Keadaan Sosial, lingkungan cukup dominan dalam mempengaruhi sifat dan
kebiasaan seseorang pemustaka.
D.
Kiat agar Pemustaka
Merasa Dilayani
Kiat-kiat
yang dapat dilakukan oleh seorang pustakawan agar pemustaka merasa dilayani
adalah sambut pemustaka, buat pemustaka merasa penting dan dihargai, tanyakan
apa yang bisa dibantu, dengarkan, bantu pemustaka, dan buat agar pemustaka
merasa diundang untuk datang kembali[8].
E.
Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kepuasan Pemustaka
Kepuasan
pemustaka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kasatmata maupun tidak
kasatmata, serta ragam pelayanan yang berhubungan dengan kinerja dan kepedulian[9].
Adapun
faktor yang mendukung dalam mendapatkan kepuasan pemustaka dapat diperhatikan
ketentuan berikut:
1. Berorientasi pada
kebutuhan dan kepentingan pengguna.
2. Diberikan kepada
pengguna atas dasar keseragaman, keadilan dan kemerataan.
3. Dilaksanakan secara
optimal dan didasari oleh peraturan yang jela.
4. Dilaksanakan secara
cepat, tepat dan mudah melalui cara yang teratur, terarah dan cermat.
Jadi,
pustakawan harus memberikan pelayanan prima sebagai faktor penting dalam
mencapai kepuasan pemustaka[10].
F. Kode Etik Pustakawan bagi Pemustaka
Sebagai
pusat informasi, kehadiran sebuah perpustakaan mempunyai fungsi penting
ditengah masyarakat. Perpustakaan juga tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya
sebuah kode etik pustakawan. Kode etik pustakawan ini hadir sebagai pedoman
bagi jalannya perpustakaan. Dengan demikian, perpustakaan dapat menjalankan
fungsinya sebagai pengolah dan pencipta informasi[11].
[1]
Febriyani Setiawan. “ Jenis-Jenis Layanan Pemustaka di Perpustakaan”. Diunduh
pada tanggal 10 November 2013.
Dari Febriyani23.blogspot.com
[2]
Yaya Suhendar, Panduan Petugas
Perpustakaan, (Jakarta: Prenada, 2014), hlm. 184
[3]Febriyani
Setiawan. “ Jenis-Jenis Layanan Pemustaka di Perpustakaan”. Diunduh pada
tanggal 10 November 2013. Dari Febriyani23.blogspot.com
[4]
Safrudin Aziz, Perpustakaan Ramah
Difabel, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.35
[5]Dony
Prisma “ Karakter Pemustaka Perpustakaan”. Diunduh pada tanggal 24 Juli 2012.
Dari https://donyprisma.wordpress.com
[6]
Elva Rahmah, Akses dan Layanan
Perpustakaan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), hlm. 47
[7]
Dony Prisma “ Karakter Pemustaka Perpustakaan”. Diunduh pada tanggal 24 Juli
2012. Dari https://donyprisma.wordpress.com
[8]
Elva Rahmah, Akses dan Layanan
Perpustakaan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018), hlm. 45
[9]
Fransisca Rahayuningsih, Mengukur
Kepuasan Pemustaka ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hlm.16
[10]Ibid,
hlm.17
[11]
Wiji Suwarno, ilmu Perpustakaan dan Kode
Etik Pustakawan ( Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 5
No comments:
Post a Comment