A. Pengertian Kepemimpinan
Definisi
tentang kepemimpinan sangat bervariasi, pengertian kepemimpinan antara lain
adalah kemampuan dan seni memperoleh hasil melalui kegiatan dengan mempengaruhi
orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Di
dalam buku Gary Yukl yang berjudul Kepemimpinan Dalam Organisasi, ada beberapa
pendapat tokoh tentang definisi kepemimpinan, antara lain:
1)
Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk
mencapai sasaran bersama.
2)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir
untuk mencapai sasaran.
3)
Kepemimpinan adalah proses memberikan tujuan (arahan yang berarti) ke usaha
kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan.
4)
Kepemimpinan adalah proses untuk membuat orang memahami manfaat bekerja bersama
orang lain, sehingga mereka paham dan mau melakukannya.
5)
Kepemimpinan adalah cara mengartikulasikan visi, mewujudkan nilai, dan
menciptakan lingkungan guna mencapai sesuatu.
6)
Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan
membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan
keberhasilan organiasi.
Selain
itu, kepemimpinan juga meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan
memotivasi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan bersama yang lebih baik.
B. Kepemimpinan
Berdasarkan Emotional Intelligence
Kepemimpinan
berdasarkan emotional intelligence merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang
dipengaruhi oleh kecerdasan emosi yang ada pada individu masing-masing pada
saat itu. Adapun gaya kepemimpinan berdasarkan emotional intelligence adalah
sebagai berikut:
1)
Visioner
Visioner
merupakan pendekatan dengan meningkatkan orang akan tujuan yang lebih besar
dari pekerjaan mereka, pemimpin visioner memberi arti yang lebih besar kepada
pekerjaan sehari-hari yang bisa terasa membosankan. Para pekerja mengerti bahwa
tujuan bersama itu selaras dengan minat terbaik mereka, dan hasilnya adalah
yang menggugah. Pemimpin visioner paham bahwa penyebaran pengetahuan adalah
rahasia menuju sukses, sehingga mereka membagikannya secara terbuka dan murah
hati.
Action
dari gaya ini yaitu menggerakkan orang-orang ke arah impian bersama. Sedangkan
waktu penggunaannya yang tepat ketika perubahan membutuhkan visi baru, atau
ketika dibutuhkan arah yang jelas.
2)
Pembimbing
Setiap
pemimpin perlu menjadi seorang pembimbing yang baik, tetapi para pemimpin
cenderung jarang sekali menunjukkan gaya kepemimpinan pembimbing ini.
Pembahasan dalam gaya kepemimpinan pembimbing ini lebih dari sekedar persoalan
sehari-hari dan menjelajahi kehidupan seseorang, termasuk impian-impiannya,
tujuan hidupnya, dan harapan kariernya. Meskipun gaya ini berfokus pada
perkembangan perorangan, bukan pada pencapaian tujuan, tetapi gaya ini
memprediksi adanya respon emosi yang positif dan hasil yang lebih baik. Gaya
kepemimpinan pembimbing akan mendorong bawahannya untuk menetapkan tujuan
jangka panjang, dan membantu mereka membuat konsep rencana untuk mencapai
tujuan tersebut.
Action
dari gaya ini yaitu menghubungkan apa yang diinginkan seseorang dengan sasaran
organisasi. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika membantu bawahan
memperbaiki kinerjanya dengan membangun kemampuan jangka panjang.
3)
Afiliatif
Gaya
kepemimpinan ini membagi emosi secara terbuka, menghargai orang-orang dan
perasaan-perasaannya, tidak terlalu menekankan pencapaian hasil dan tujuan, dan
lebih menekankan kebutuhan emosi bawahan. Meskipun kurang efektif sebagai
pembangkit motivasi langsung terhadap kinerja, gaya afiliatif ini memiliki
dampak positif yang luar biasa pada iklim emosi kelompok, seperti menghargai
pegawai sebagai manusia, menawarkan dukungan emosional selama masa-masa sulit
dalam kehidupan pribadinya, pemimpin ini membangun kesetiaan besar dan
menguatkan ikatan.
Action
dari gaya ini yaitu menciptakan harmoni dengan saling menghubungkan
orang-orang. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika menengahi benturan
dalam tim, memotivasi di saat-saat yang menekan, atau menguatkan hubungan.
4)
Demokratis
Gaya
kepemimpinan ini dengan meluangkan waktu untuk perorangan dan mendengarkan
kepedulian bawahan di dalam pertemuan, pemimpin demokratis mempertahankan moral
yang tinggi, dan dampak yang dihasilkan adalah iklim emosi yang positif di
seluruh organisasi. Pendekatan demokratis akan sangat baik pada situasi dimana
pemimpin tidak merasa pasti akan arah yang harus diambil dan membutuhkan ide
dari bawahan yang mampu memberi ide. Bahkan jika seorang pemimpin memiliki visi
yang kuat, gaya demokratis akan sangat bermanfaat untuk memancing ide-ide
tentang cara terbaik bagaimana menerapkan visi tersebut atu bagaimana
mendapatkan ide-ide baru tentang pelaksanaannya.
Action
dari gaya ini yaitu menghargai masukan orang dan mendapatkan komitmen melalui
partisipasi. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika membangun
persetujuan atau kesepakatan, atau
mendapat masukan yang berharga dari bawahan.
5)
Penentu Kecepatan
Gaya
ini pemimpin memegang teguh dan melaksanakan standar kinerja yang tinggi. Ia
bersikap obsesif bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik dan
lebih cepat, serta meminta hal yang sama dari semua orang lain. Pemimpin yang
bergaya penentu kecepatan sering kali tidak memberi garis petunjuk yang jelas,
mengharapkan orang-orang sudah tahu apa yang harus dilakukan, pengikutnya
seringkali harus menerka apa yang diinginkan oleh pemimpinnya. Akibatnya,
ketika bawahan melihat bahwa pemimpinnya mendorong mereka terlalu keras, moral
kerja mereka bisa runtuh atau yang lebih buruk lagi mereka merasa bahwa
pemimpin tidak mepercayai bahwa mereka bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cara
mereka sendiri. Lebih dari itu, penentu kecepatan bisa begitu terfokus pada
tujuan sehingga ia bisa tampak tidak peduli pada orang-orang yang sebenarnya ia
andalkan untuk mencapai tujuan.
Action
dari gaya ini yaitu menghadapi tantangan dan tujuan yang menarik. Sedangkan
waktu penggunaannya yang tepat ketika ingin mendapatkan hasil berkualitas
tinggi dari tim yang bermotivasi dan kompeten.
6)
Memerintah (menenangkan rasa takut dengan memberi arah yang jelas di dalam
keadaan darurat)
Gaya
kepemimpinan ini menuntut kepatuhan langsung pada perintahnya, tetapi tidak mau
repot-repot menjelaskan alasan yang ada dibaliknya. Di samping kecenderungan
negatifnya, gaya memerintah dan mengendalikan mempunyai tempat penting dalam
perlengkapan pemimpin yang cerdas secara emosi jika digunakan dengan penuh
pertimbangan dan tepat.
Action
dari gaya ini yaitu menenangkan rasa takut dengan memberi arah yang jelas di
dalam keadaan darurat. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika saat
kritis, untuk membangkitkan perubahan arah atau pada bawahan yang bermasalah.
C. Penerapan Kepemimpinan
Berdasarkan Emotional Intellilegence di Perpustakaan
Gaya
kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang atau individu mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki
keunggulan dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan
sesuai dengan kemampuannya dan kepribadiannya. Untuk penerapan gaya
kepemimpinan berdasarkan emotional intelligence di perpustakaan adalah sebagai berikut
:
1)
Gaya Visioner
Pemimpin perpustakaan harus mempunyai
pandangan ke depan tentang perkembangan perpustakaan di masa yang akan datang.
Pemimpin perpustakaan sudah harus menyiapkan tindakan atau semacam program
kerja jangka panjang yang disusun bersama dengan semua jajaran yang ada di
perpustakaan terkait tentang kemajuan teknologi informasi dan globalisasi
informasi.
2)
Gaya Pembimbing
Pemimpin perpustakaan mengawasi dan
mendampingi proses ketersediaan informasi di perpustakaan terkait dengan terjadinya
ledakan informasi dan globalisasi informasi, serta memberi motivasi kepada
bawahan-bawahannya sehingga tujuan perpustakaan dalam menyediakan informasi
sesuai dengan kebutuhan dan harapan.
3) Gaya Afiliatif
Pemimpin perpustakaan menciptakan suasana
harmonis di dalam dunia kerja, peka terhadap keadaan lingkungan sekitar,
sehingga semangat kerja di lingkungan bawahan akan tumbuh maksimal dan
berdampak pada kinerja degan banyaknya tuntutan di era globalisasi informasi.
4) Gaya Demokratis
Pemimpin perpustakaan memancing dan
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memberikan kontribusi tentang
ide-ide baru, saran untuk kemajuan perpustakaan dan program perpustakaan jangka
panjang dalam menghadapi globalisasi informasi. Kegiatan ini dapat dilakukan pada
saat rapat rutin.
5) Gaya Penentu Kecepatan
Pemimpin perpustakaan pada konteks
tertentu harus otoriter (tegas) dalam pengambilan strategi yang berkaitan dalam
perkembangan perpustakaan dan arus informasi global. Gaya kepemimpinan ini
digunakan hanya sesekali dalam keadaan mendesak atau tertentu.
6) Gaya Memerintah
Pemimpin perpustakaan tegas dan bijaksana
terutama dalam mengevaluasi job desk
khususnya dalam menghadapi globalisasi informasi.
D. Komunikasi Dalam
Kepemimpinan
Terkait
dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik penting untuk dimiliki oleh
seorang pemimpin karena hal tersebut berkaitan dengan tugasnya untuk
membimbing, mempengaruhi, mendorong, mengarahkan bawahan untuk melakukan
aktivitas tertentu guna mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan serta
mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, pengendalian, perencanaan, koordinasi,
manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya. Menurut Sendjaja
(2003) komunikasi seorang pemimpin dalam organisasi memiliki beberapa fungsi.
Komunikasi memiliki fungsi informatif ketika di dalam komunikasi tersebut
terdapat informasi yang bisa didapat dan memungkinkan setiap anggota organisasi
dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Komunikasi memiliki fungsi regulative yaitu
ketika komunikasi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada beberapa hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: Atasan atau orang-orang yang
berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Komunikasi memiliki fungsi
persuasi didasari bahwa dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Yang terakhir
adalah komunikasi memiliki fungsi integratif yaitu komunikasi sebagai saluran
yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.
Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a.
Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut
(buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja,
pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.
Komunikasi
mempunyai fungsi yang penting dalam manajemen. Keberadaannya bahkan merupakan
sesuatu vital. Beberapa fungsi komunikasi sebagai berikut :
1. Fungsi
informatif
Organisasi atau perpustakaan dapat
dipandang sebagai suatu system proses informasi (informations prosesing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam
suatu perpustakaan berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih
baik, dan tepat waktu.
Informasi yang dapat memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu perpustakaan. Pustakawan-pustakawan dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan dalam
perpustakaan ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi didalam organisasi.
Sedangkan pustakawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, disamping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
Sebuah organisasi seringkali perlu
memyampaikan pesan kepada khalayak internal dan eksternal. Menurut Sulistyo
Basuki (2015) informasi adalah suatu data, baik data numerik maupun verbal yang
telah diolah sedemikian rupa sehingga mempunyai arti. Informasi yang dapat
memungkinkan setiap orang dalam organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya
secara lebih pasti. Informasi yang cukup diperlukan oleh semua orang dalam
organisasi sesuai dengan kedudukannya. Mereka yang berada di level manajemen
membutuhkan informasi untuk membuat keputusan-keputusan atau kebijakan secara
tepat untuk menghindari konflik dalam organisasi. Sedangkan, para karyawan,
sebagai pelaksana operasional teknis membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, disamping informasi tentang jaminan kesejahteraan, keamanan serta
hal-haknya. Dengan demikian, mereka akan dapat bekerja dengan tenang yang
selanjutnya akan berdampak pada kinerja yang baik dan produktivitas organisasi
atau perusahaan.
2. Fungsi
persuasi
Getting
people to do what you want to do, agar orang lain
melakukan apa yang kita inginkan, dapat dilakukan melalui kekuasaan dan
wewenang tidak selalu berhasil mengendalikan orang-orang yang ada dibawah kita
untuk melakukan perintah kita. Oleh sebab itu, sebagai pemimpi lebih cendrung
untuk melakukan persuasi pada bawahannya dari pada memberikan perintah. Pada
umunya karyawan yang melakukan pekerjaan secara sukarela akan lebih bertanggung
jawab dan menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Biasanya cara persuasif ini diawali dengan
menyentuh pemuasan need (kebutuhan)
orang lain. Dalam fungsi persuasif ini, tujuan komunikasi diarahkan untuk
memberikan treatment agar karyawan
mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya seperti yang diinginkan oleh
komunikator.
3. Fungsi
regulatif
Fungsi regulatif berkaitan dengan
peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga
atau organisasi ada dual hal yang mempengaruhi fungsi regulative ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang
berada pada tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan semua informasi. Disamping itu, mereka memiliki kewenangan untuk
memberikan perintah atau instruksi sejalan dengan position of authority yang melekat, namun demikian, sikap bawahan
untuk menjalankan perintah akan tergantung pada :
a. Keabsahan
pimpinan dalam memberikan perintah
b. Kekuasaan
pimpinan dalam memberikan sanksi
c. Kepercayaan
bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi
d. Tingkat
kredibilitas pesan yang diterima bawahan
Kedua,
berkaitan dengan pesan, dalam hal ini pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, karyawan membutuhkan kepastian peraturan
tentang pekerjaan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk dilaksanakan.
4. Fungsi
kontrol
Mengkomunikasi
apa yang harus dikerjakan atau tidak harus dikerjakan oleh bawahan atau manejer
sekalipun sesuai dengan standar kerja yang telah ditentukan, kemudian
memastikan bawahan standar kerja tersebut telah dilaksanakan secara optimal.
Tujuan dan fungsi kontrol ini antara lain (a) menjamin kontinuitas implementasi
dari perencanaan (b) membudayakan prosedur baku (c) menghindari kemangkiran dan
penyimpangan yang tidak berarti (d) membina disiplin kerja (e) sebagai motivasi
yang terarah.
Fungsi
kontrol dalam manajemen dapat dilakukan melalui mekanisme umpan balik. Reed
Sanderlin (1982) mengumumkan tiga jenis umpan balik yang mungkin terjadi sebuah
organisasi yaitu :
a. Umpan
balik informatif : dalam melakukan control informasi yang datang dari bawahan
kepada atasan sangat penting karena monitoring
kepada bawahan didasari pada informasi ini. Sebaliknya informasi dari atas
kebawahan juga sangat penting agar bawahan mengetahui efektivitas kinerja
mereka.
b. Umpan
balik korektif : umpan balik yang sifatnya evaluative dan pertimbangan. Umpan
balik ini dimaksudkan untuk memberikan koreksi terhadap kinerja baawaha.
c. Umpan
balik peneguhan : sebagai alat utama untuk pencapaian kinerja, optimal individu
dalam organisasi, biasanya dilakukan dengan memberikan gambaran terhadap
prestasi kerja. Dalam aktivitas bisnis umpan balik ini tidak hanya dilakukan
secara internal, tetapi juga dilakukan secara eksternal, yang secara umum
biasanya dilakukan melalui aktivitas CS atau kegiatan eksternal PR.
5. Fungsi
integratif
Setiap organisasi yang baik akan
menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik karena merasa nyaman, bertanggung jawab dan memilik
merasa esprit de corps yang kuat.
Pada umumnya digunakan dua jenis saluran yang disediakan untuk mewujudkan hal
itu, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus ( newsletter
atau buletin) dan laporan kemajuan organisasi ; dan saluran komunikasi formal
seperti bincang-bincang antarpribadi selama istirahat, pertandingan olahraga
ataupun kegiatan darmawisata. Melalui cara dan aktivitas ini akan tumbuh
keeinginan dari karyawan untuk berpastisipasi lebih besar dalam organisasi.
Menurut
Herman (2006,56-57) pustakawan mempunyai banyak peran antara lain :
a. Edukator
( pendidik )
Pustakawan adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada pemustaka. Menurut Muhammad Tahir Ilahi (2006:25)
pendidikan adalah sebagai usaha membina dan memgembangkan pribadi manusia, baik
menyangkut aspek rohania dan jamaniah.
Jadi pustakawan adalah orang yang
memberikan pembinaan dan bimbingan ilmu pengetahuan kepada si pendidik (User) pemustaka terhadap perkembangan
jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
b. Manager
( pengatur )
Orang yang memiliki pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan yang baik yang diakui oleh organisasi untuk dapat
memimpin, mengelola, mengendalikan, mengatur serta mengembangkan organisasi
dalam rangka mencapai tujuannya. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2011 ; 8 )
manajemen adalah suatu proses mengkombinasikan dan mendayagunakan semua
sumber-sumber secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan atau
organisasi.
c. Administratorn(
pencatatan )
Proses penyelenggaraan kerja yang
dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Hadari Nawawi dalam Makmur (2009 ) administrasi adalah rangkaian kegiatan atau
proses pengendalian acara atau sistem kerja sama sejumlah orang, agar
berlangsung efektif dan efesien dalam mewujudkan tujuan bersama.
d. Supervisor
/ penyelia ( mengawasi atau mengarahkan )
Seseorang yang diberikan tugas dalam
sebuah perhimpunan perusahaan sebagaimana ia mempunyai kuasa dan wewenang untuk
mengeluarkan perintah kepada rekan kerja bawahannya. Menurut Moekijat ( 1990)
supervisor adalah seorang anggota dari management lini depan pertama yang
bertanggung jawab atas pekerjaan dari kelompoknya kepada tingkat manajement
yang lebih tinggi.
E. ARAH KOMUNIKASI
1.
Ke bawah
Komunikasi yang mengalir
dari satu tingkatan dalam kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih
rendah disebut komunikasi ke bawah. Ketika berfikir mengenai para manajer yang
berkomunikasi dengan karyawan-karyawan, kita biasanya memikirkan pola ke bawah
ini. Komunikasi inilah yang digunakan oleh para pemimpin kelompok dan manajer
untuk menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi, menginformasikan kebijakan
serta prosedur kepada karyawan, menunjukkan persoalan yang membutuhkan
perhatian, dan menawarkan umpan balik mengenai kinerja. Tetapi, komunikasi
kebawah tidak harus dalam bentuk lisan atau kontak tatap muka. Ketika
mengirimkan surat ke rumah para karyawan untuk memberi tahu mereka mengenani
kebijakan organisasi menyangkut cuti
sakit yang baru, menajemen sedang menggunakan komunikasi ke bawah. Hal ini
dapat juga berupa, sepucuk e-mail electronic mail (surat elektronik) dari
seorang pemimpin tim kepada anggotanya, dimana ia mengingatkan mereka tentang
tenggat waktu yang akan datang.
2.
Ke atas
Komunikasi ke atas mengalir menuju
tingkata yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi. Komunikasi ini
digunakan untuk memberikan umpan balik kepada orang-orang yang memegang
kekuasaan, memberi mereka informasi mengenai proses pencapai tujuan, dan
menyampaikan masalah-masalah terkini. Komunikasi ke atas membuat para manajer
selalu mengerti apa yang dirasakan para
karyawan terkait pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi secara
umum. Para manajer juga memanfaatkan komunikasi ke atas untuk memperoleh
ide-ide tentang bagaimana memperbaiki kinerja.
Beberapa contoh komunikasi
organisasi ke atas adalah berbagai laporan kerja yang disusun oleh manajemen
bawah untuk diperiksa oleh manajemen menengah dan atas, kotak saran, survei
sikap karyawan, prosedur penyampaian keluhan, diskusi atas-bawahan, dan sesi
“tanya-jawab” informal dimana karyawan memiliki kesempatan untuk
mengidentifikasi dan mendiskusikan masalah-masalah mereka dengan atasan atau
perwakilan mereka.
3.
Lateral
Ketika komunikasi terjadi antar
anggota dari kelompok kerja yang sama, di antara anggota dari kelompok kerja
pada tingkata yang sama, antar manajer
pada tataran yang sama, atau di antara individu-individu yang setara secara
horizontal, kita menyebutnya sebagai komunikasi lateral.
Mengapa komunikasi horizontal tetap
dibutuhkan ketika komunikasi vertikal yang efektif dalam sebuah kelompok atau
organisasi sudah tercipta? Jawabannya adalah bahwa komunikasi horizontal
sering kali dibutuhkan untuk menghemat
waktu dan membantu koordinasi. Dalam beberapa kasus, hubungan lateral ini
secara formal dilarang. Lebih sering komunikasi semacam ini secara informal
diciptakan untuk memotong hirarki vertika dan mempercepat aksi. Jadi, dari
sudut pandang manajemen, komunikasi lateral bisa berarti baik atau buruk.
Karena sikap taat yang kaku pada struktur vertikal yang formal untuk segala
jenis komunikasi dapat menghambat transfer informasi efisien dan akurat,
komunikasi lateral bisa membantu. Dalam kasus-kasus semacam ini, komunikasi
lateral terjadi dengan sepengetahuan dan dukungan dari atasan. Tetapi, hal ini
dapat menciptakan berbagai konflik disfungsional manakala saluran-saluran
vertikal yang formal diterobos, ketika para anggota melangkahi atau tidak mau
berurusan dengan atasan mereka saat menyelesaikan masalah, atau bila para
atasan mengetahui bahwa tindakan telah dibuat atau keputusan telah diambil
tanpa sepengetahuan mereka.
No comments:
Post a Comment