Wednesday, 10 June 2020

Pengertian Kepemimpinan

A. Pengertian Kepemimpinan

Definisi tentang kepemimpinan sangat bervariasi, pengertian kepemimpinan antara lain adalah kemampuan dan seni memperoleh hasil melalui kegiatan dengan mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Di dalam buku Gary Yukl yang berjudul Kepemimpinan Dalam Organisasi, ada beberapa pendapat tokoh tentang definisi kepemimpinan, antara lain:

1) Kepemimpinan adalah perilaku individu yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran bersama.

2) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran.

3) Kepemimpinan adalah proses memberikan tujuan (arahan yang berarti) ke usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan.

4) Kepemimpinan adalah proses untuk membuat orang memahami manfaat bekerja bersama orang lain, sehingga mereka paham dan mau melakukannya.

5) Kepemimpinan adalah cara mengartikulasikan visi, mewujudkan nilai, dan menciptakan lingkungan guna mencapai sesuatu.

6) Kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organiasi.

Selain itu, kepemimpinan juga meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan bersama yang lebih baik.

B. Kepemimpinan Berdasarkan Emotional Intelligence

Kepemimpinan berdasarkan emotional intelligence merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang dipengaruhi oleh kecerdasan emosi yang ada pada individu masing-masing pada saat itu. Adapun gaya kepemimpinan berdasarkan emotional intelligence adalah sebagai berikut:

1) Visioner 

Visioner merupakan pendekatan dengan meningkatkan orang akan tujuan yang lebih besar dari pekerjaan mereka, pemimpin visioner memberi arti yang lebih besar kepada pekerjaan sehari-hari yang bisa terasa membosankan. Para pekerja mengerti bahwa tujuan bersama itu selaras dengan minat terbaik mereka, dan hasilnya adalah yang menggugah. Pemimpin visioner paham bahwa penyebaran pengetahuan adalah rahasia menuju sukses, sehingga mereka membagikannya secara terbuka dan murah hati. 

Action dari gaya ini yaitu menggerakkan orang-orang ke arah impian bersama. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika perubahan membutuhkan visi baru, atau ketika dibutuhkan arah yang jelas.

2) Pembimbing 

Setiap pemimpin perlu menjadi seorang pembimbing yang baik, tetapi para pemimpin cenderung jarang sekali menunjukkan gaya kepemimpinan pembimbing ini. Pembahasan dalam gaya kepemimpinan pembimbing ini lebih dari sekedar persoalan sehari-hari dan menjelajahi kehidupan seseorang, termasuk impian-impiannya, tujuan hidupnya, dan harapan kariernya. Meskipun gaya ini berfokus pada perkembangan perorangan, bukan pada pencapaian tujuan, tetapi gaya ini memprediksi adanya respon emosi yang positif dan hasil yang lebih baik. Gaya kepemimpinan pembimbing akan mendorong bawahannya untuk menetapkan tujuan jangka panjang, dan membantu mereka membuat konsep rencana untuk mencapai tujuan tersebut. 

            Action dari gaya ini yaitu menghubungkan apa yang diinginkan seseorang dengan sasaran organisasi. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika membantu bawahan memperbaiki kinerjanya dengan membangun kemampuan jangka panjang.

3) Afiliatif 

Gaya kepemimpinan ini membagi emosi secara terbuka, menghargai orang-orang dan perasaan-perasaannya, tidak terlalu menekankan pencapaian hasil dan tujuan, dan lebih menekankan kebutuhan emosi bawahan. Meskipun kurang efektif sebagai pembangkit motivasi langsung terhadap kinerja, gaya afiliatif ini memiliki dampak positif yang luar biasa pada iklim emosi kelompok, seperti menghargai pegawai sebagai manusia, menawarkan dukungan emosional selama masa-masa sulit dalam kehidupan pribadinya, pemimpin ini membangun kesetiaan besar dan menguatkan ikatan.

Action dari gaya ini yaitu menciptakan harmoni dengan saling menghubungkan orang-orang. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika menengahi benturan dalam tim, memotivasi di saat-saat yang menekan, atau menguatkan hubungan.

4) Demokratis  

Gaya kepemimpinan ini dengan meluangkan waktu untuk perorangan dan mendengarkan kepedulian bawahan di dalam pertemuan, pemimpin demokratis mempertahankan moral yang tinggi, dan dampak yang dihasilkan adalah iklim emosi yang positif di seluruh organisasi. Pendekatan demokratis akan sangat baik pada situasi dimana pemimpin tidak merasa pasti akan arah yang harus diambil dan membutuhkan ide dari bawahan yang mampu memberi ide. Bahkan jika seorang pemimpin memiliki visi yang kuat, gaya demokratis akan sangat bermanfaat untuk memancing ide-ide tentang cara terbaik bagaimana menerapkan visi tersebut atu bagaimana mendapatkan ide-ide baru tentang pelaksanaannya. 

Action dari gaya ini yaitu menghargai masukan orang dan mendapatkan komitmen melalui partisipasi. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika membangun persetujuan atau  kesepakatan, atau mendapat masukan yang berharga dari bawahan.

5) Penentu Kecepatan 

Gaya ini pemimpin memegang teguh dan melaksanakan standar kinerja yang tinggi. Ia bersikap obsesif bahwa segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat, serta meminta hal yang sama dari semua orang lain. Pemimpin yang bergaya penentu kecepatan sering kali tidak memberi garis petunjuk yang jelas, mengharapkan orang-orang sudah tahu apa yang harus dilakukan, pengikutnya seringkali harus menerka apa yang diinginkan oleh pemimpinnya. Akibatnya, ketika bawahan melihat bahwa pemimpinnya mendorong mereka terlalu keras, moral kerja mereka bisa runtuh atau yang lebih buruk lagi mereka merasa bahwa pemimpin tidak mepercayai bahwa mereka bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cara mereka sendiri. Lebih dari itu, penentu kecepatan bisa begitu terfokus pada tujuan sehingga ia bisa tampak tidak peduli pada orang-orang yang sebenarnya ia andalkan untuk mencapai tujuan. 

Action dari gaya ini yaitu menghadapi tantangan dan tujuan yang menarik. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika ingin mendapatkan hasil berkualitas tinggi dari tim yang bermotivasi dan kompeten.

6) Memerintah (menenangkan rasa takut dengan memberi arah yang jelas di dalam keadaan darurat)

Gaya kepemimpinan ini menuntut kepatuhan langsung pada perintahnya, tetapi tidak mau repot-repot menjelaskan alasan yang ada dibaliknya. Di samping kecenderungan negatifnya, gaya memerintah dan mengendalikan mempunyai tempat penting dalam perlengkapan pemimpin yang cerdas secara emosi jika digunakan dengan penuh pertimbangan dan tepat.  

Action dari gaya ini yaitu menenangkan rasa takut dengan memberi arah yang jelas di dalam keadaan darurat. Sedangkan waktu penggunaannya yang tepat ketika saat kritis, untuk membangkitkan perubahan arah atau pada bawahan yang bermasalah.

C. Penerapan Kepemimpinan Berdasarkan Emotional Intellilegence di Perpustakaan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang atau individu mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai dengan kemampuannya dan kepribadiannya. Untuk penerapan gaya kepemimpinan berdasarkan emotional intelligence di perpustakaan adalah sebagai berikut :

1) Gaya Visioner

Pemimpin perpustakaan harus mempunyai pandangan ke depan tentang perkembangan perpustakaan di masa yang akan datang. Pemimpin perpustakaan sudah harus menyiapkan tindakan atau semacam program kerja jangka panjang yang disusun bersama dengan semua jajaran yang ada di perpustakaan terkait tentang kemajuan teknologi informasi dan globalisasi informasi. 

2) Gaya Pembimbing

Pemimpin perpustakaan mengawasi dan mendampingi proses ketersediaan informasi di perpustakaan terkait dengan terjadinya ledakan informasi dan globalisasi informasi, serta memberi motivasi kepada bawahan-bawahannya sehingga tujuan perpustakaan dalam menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan dan harapan.

3) Gaya Afiliatif

Pemimpin perpustakaan menciptakan suasana harmonis di dalam dunia kerja, peka terhadap keadaan lingkungan sekitar, sehingga semangat kerja di lingkungan bawahan akan tumbuh maksimal dan berdampak pada kinerja degan banyaknya tuntutan di era globalisasi informasi.

4) Gaya Demokratis

Pemimpin perpustakaan memancing dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memberikan kontribusi tentang ide-ide baru, saran untuk kemajuan perpustakaan dan program perpustakaan jangka panjang dalam menghadapi globalisasi informasi. Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat rapat rutin.

5) Gaya Penentu Kecepatan

Pemimpin perpustakaan pada konteks tertentu harus otoriter (tegas) dalam pengambilan strategi yang berkaitan dalam perkembangan perpustakaan dan arus informasi global. Gaya kepemimpinan ini digunakan hanya sesekali dalam keadaan mendesak atau tertentu.

6) Gaya Memerintah

Pemimpin perpustakaan tegas dan bijaksana terutama dalam mengevaluasi job  desk khususnya dalam menghadapi globalisasi informasi.

D. Komunikasi Dalam Kepemimpinan

Terkait dengan kepemimpinan maka komunikasi yang baik penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin karena hal tersebut berkaitan dengan tugasnya untuk membimbing, mempengaruhi, mendorong, mengarahkan bawahan untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan serta mencapai efektifitas dalam kepemimpinan, pengendalian, perencanaan, koordinasi, manejemen konflik serta proses-proses organisasi lainnya. Menurut Sendjaja (2003) komunikasi seorang pemimpin dalam organisasi memiliki beberapa fungsi. Komunikasi memiliki fungsi informatif ketika di dalam komunikasi tersebut terdapat informasi yang bisa didapat dan memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.  Komunikasi memiliki fungsi regulative yaitu ketika komunikasi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Komunikasi memiliki fungsi persuasi didasari bahwa dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Yang terakhir adalah komunikasi memiliki fungsi integratif yaitu komunikasi sebagai saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata.

Komunikasi mempunyai fungsi yang penting dalam manajemen. Keberadaannya bahkan merupakan sesuatu vital. Beberapa fungsi komunikasi sebagai berikut :

1.      Fungsi informatif

Organisasi atau perpustakaan dapat dipandang sebagai suatu system proses informasi (informations prosesing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu perpustakaan berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.

Informasi yang dapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu perpustakaan. Pustakawan-pustakawan dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan dalam perpustakaan ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi didalam organisasi. Sedangkan pustakawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, disamping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

Sebuah organisasi seringkali perlu memyampaikan pesan kepada khalayak internal dan eksternal. Menurut Sulistyo Basuki (2015) informasi adalah suatu data, baik data numerik maupun verbal yang telah diolah sedemikian rupa sehingga mempunyai arti. Informasi yang dapat memungkinkan setiap orang dalam organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi yang cukup diperlukan oleh semua orang dalam organisasi sesuai dengan kedudukannya. Mereka yang berada di level manajemen membutuhkan informasi untuk membuat keputusan-keputusan atau kebijakan secara tepat untuk menghindari konflik dalam organisasi. Sedangkan, para karyawan, sebagai pelaksana operasional teknis membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, disamping informasi tentang jaminan kesejahteraan, keamanan serta hal-haknya. Dengan demikian, mereka akan dapat bekerja dengan tenang yang selanjutnya akan berdampak pada kinerja yang baik dan produktivitas organisasi atau perusahaan.

2.      Fungsi persuasi

Getting people to do what you want to do, agar orang lain melakukan apa yang kita inginkan, dapat dilakukan melalui kekuasaan dan wewenang tidak selalu berhasil mengendalikan orang-orang yang ada dibawah kita untuk melakukan perintah kita. Oleh sebab itu, sebagai pemimpi lebih cendrung untuk melakukan persuasi pada bawahannya dari pada memberikan perintah. Pada umunya karyawan yang melakukan pekerjaan secara sukarela akan lebih bertanggung jawab dan menghasilkan kinerja yang lebih baik.

Biasanya cara persuasif ini diawali dengan menyentuh pemuasan need (kebutuhan) orang lain. Dalam fungsi persuasif ini, tujuan komunikasi diarahkan untuk memberikan treatment agar karyawan mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya seperti yang diinginkan oleh komunikator.

3.      Fungsi regulatif

Fungsi regulatif berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi ada dual hal yang mempengaruhi fungsi regulative ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada pada tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk mengendalikan semua informasi. Disamping itu, mereka memiliki kewenangan untuk memberikan perintah atau instruksi sejalan dengan position of authority yang melekat, namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah akan tergantung pada :

a.       Keabsahan pimpinan dalam memberikan perintah

b.      Kekuasaan pimpinan dalam memberikan sanksi

c.       Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi

d.      Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan

Kedua, berkaitan dengan pesan, dalam hal ini pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, karyawan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh untuk dilaksanakan.

4.      Fungsi kontrol

Mengkomunikasi apa yang harus dikerjakan atau tidak harus dikerjakan oleh bawahan atau manejer sekalipun sesuai dengan standar kerja yang telah ditentukan, kemudian memastikan bawahan standar kerja tersebut telah dilaksanakan secara optimal. Tujuan dan fungsi kontrol ini antara lain (a) menjamin kontinuitas implementasi dari perencanaan (b) membudayakan prosedur baku (c) menghindari kemangkiran dan penyimpangan yang tidak berarti (d) membina disiplin kerja (e) sebagai motivasi yang terarah.

Fungsi kontrol dalam manajemen dapat dilakukan melalui mekanisme umpan balik. Reed Sanderlin (1982) mengumumkan tiga jenis umpan balik yang mungkin terjadi sebuah organisasi yaitu :

a.       Umpan balik informatif : dalam melakukan control informasi yang datang dari bawahan kepada atasan sangat penting karena monitoring kepada bawahan didasari pada informasi ini. Sebaliknya informasi dari atas kebawahan juga sangat penting agar bawahan mengetahui efektivitas kinerja mereka.

b.      Umpan balik korektif : umpan balik yang sifatnya evaluative dan pertimbangan. Umpan balik ini dimaksudkan untuk memberikan koreksi terhadap kinerja baawaha.

c.       Umpan balik peneguhan : sebagai alat utama untuk pencapaian kinerja, optimal individu dalam organisasi, biasanya dilakukan dengan memberikan gambaran terhadap prestasi kerja. Dalam aktivitas bisnis umpan balik ini tidak hanya dilakukan secara internal, tetapi juga dilakukan secara eksternal, yang secara umum biasanya dilakukan melalui aktivitas CS atau kegiatan eksternal PR.

5.      Fungsi integratif

Setiap organisasi yang baik akan menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik karena merasa nyaman, bertanggung jawab dan memilik merasa esprit de corps yang kuat. Pada umumnya digunakan dua jenis saluran yang disediakan untuk mewujudkan hal itu, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus ( newsletter atau buletin) dan laporan kemajuan organisasi ; dan saluran komunikasi formal seperti bincang-bincang antarpribadi selama istirahat, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Melalui cara dan aktivitas ini akan tumbuh keeinginan dari karyawan untuk berpastisipasi lebih besar dalam organisasi.

 

Menurut Herman (2006,56-57) pustakawan mempunyai banyak peran antara lain :

a.       Edukator ( pendidik )

Pustakawan adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada pemustaka. Menurut Muhammad Tahir Ilahi (2006:25) pendidikan adalah sebagai usaha membina dan memgembangkan pribadi manusia, baik menyangkut aspek rohania dan jamaniah.

Jadi pustakawan adalah orang yang memberikan pembinaan dan bimbingan ilmu pengetahuan kepada si pendidik (User) pemustaka terhadap perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

b.      Manager ( pengatur )

Orang yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang baik yang diakui oleh organisasi untuk dapat memimpin, mengelola, mengendalikan, mengatur serta mengembangkan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Menurut Payaman J. Simanjuntak (2011 ; 8 ) manajemen adalah suatu proses mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sumber-sumber secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi.

c.       Administratorn( pencatatan )

Proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hadari Nawawi dalam Makmur (2009 ) administrasi adalah rangkaian kegiatan atau proses pengendalian acara atau sistem kerja sama sejumlah orang, agar berlangsung efektif dan efesien dalam mewujudkan tujuan bersama.

d.      Supervisor / penyelia ( mengawasi atau mengarahkan )

Seseorang yang diberikan tugas dalam sebuah perhimpunan perusahaan sebagaimana ia mempunyai kuasa dan wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada rekan kerja bawahannya. Menurut Moekijat ( 1990) supervisor adalah seorang anggota dari management lini depan pertama yang bertanggung jawab atas pekerjaan dari kelompoknya kepada tingkat manajement yang lebih tinggi.

 

 

 

E. ARAH KOMUNIKASI

1. Ke bawah

            Komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan dalam kelompok atau organisasi ke tingkatan yang lebih rendah disebut komunikasi ke bawah. Ketika berfikir mengenai para manajer yang berkomunikasi dengan karyawan-karyawan, kita biasanya memikirkan pola ke bawah ini. Komunikasi inilah yang digunakan oleh para pemimpin kelompok dan manajer untuk menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi, menginformasikan kebijakan serta prosedur kepada karyawan, menunjukkan persoalan yang membutuhkan perhatian, dan menawarkan umpan balik mengenai kinerja. Tetapi, komunikasi kebawah tidak harus dalam bentuk lisan atau kontak tatap muka. Ketika mengirimkan surat ke rumah para karyawan untuk memberi tahu mereka mengenani kebijakan organisasi  menyangkut cuti sakit yang baru, menajemen sedang menggunakan komunikasi ke bawah. Hal ini dapat juga berupa, sepucuk e-mail electronic mail (surat elektronik) dari seorang pemimpin tim kepada anggotanya, dimana ia mengingatkan mereka tentang tenggat waktu yang akan datang.

2. Ke atas

            Komunikasi ke atas mengalir menuju tingkata yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada orang-orang yang memegang kekuasaan, memberi mereka informasi mengenai proses pencapai tujuan, dan menyampaikan masalah-masalah terkini. Komunikasi ke atas membuat para manajer selalu mengerti apa  yang dirasakan para karyawan terkait pekerjaan mereka, rekan kerja mereka, dan organisasi secara umum. Para manajer juga memanfaatkan komunikasi ke atas untuk memperoleh ide-ide tentang bagaimana memperbaiki kinerja.

            Beberapa contoh komunikasi organisasi ke atas adalah berbagai laporan kerja yang disusun oleh manajemen bawah untuk diperiksa oleh manajemen menengah dan atas, kotak saran, survei sikap karyawan, prosedur penyampaian keluhan, diskusi atas-bawahan, dan sesi “tanya-jawab” informal dimana karyawan memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan masalah-masalah mereka dengan atasan atau perwakilan mereka.

3. Lateral

            Ketika komunikasi terjadi antar anggota dari kelompok kerja yang sama, di antara anggota dari kelompok kerja pada tingkata yang sama,  antar manajer pada tataran yang sama, atau di antara individu-individu yang setara secara horizontal, kita menyebutnya sebagai komunikasi lateral.

            Mengapa komunikasi horizontal tetap dibutuhkan ketika komunikasi vertikal yang efektif dalam sebuah kelompok atau organisasi sudah tercipta? Jawabannya adalah bahwa komunikasi horizontal sering  kali dibutuhkan untuk menghemat waktu dan membantu koordinasi. Dalam beberapa kasus, hubungan lateral ini secara formal dilarang. Lebih sering komunikasi semacam ini secara informal diciptakan untuk memotong hirarki vertika dan mempercepat aksi. Jadi, dari sudut pandang manajemen, komunikasi lateral bisa berarti baik atau buruk. Karena sikap taat yang kaku pada struktur vertikal yang formal untuk segala jenis komunikasi dapat menghambat transfer informasi efisien dan akurat, komunikasi lateral bisa membantu. Dalam kasus-kasus semacam ini, komunikasi lateral terjadi dengan sepengetahuan dan dukungan dari atasan. Tetapi, hal ini dapat menciptakan berbagai konflik disfungsional manakala saluran-saluran vertikal yang formal diterobos, ketika para anggota melangkahi atau tidak mau berurusan dengan atasan mereka saat menyelesaikan masalah, atau bila para atasan mengetahui bahwa tindakan telah dibuat atau keputusan telah diambil tanpa sepengetahuan mereka.

 

 

 

                                                                                 

 

 


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...