BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tujuan hidup manusia sebagaimana firman-Nya dalam (QS.
Adh-Dhariyat/51:56) yang artinya : Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaku. Bagaimana pun dalam memenuhi kehidupan ini
tidak semua manusia dapat memahami hakikat ini, walaupun inilah puncak tujuan
hidup, yang dalam melakukan sesuatu hanya dalam rangka pengabdian manusia
kepada pencipta-Nya (Allah Swt.).
Dalam
bidang kejiwaan (neurosains)
penyelidikan menemukan dan menunjukkan manusia mempunyai kecenderungan untuk
kembali dan menyadari kewujudan Tuhan dalam sanubarinya. Penyelidik, seperti
Michael Persinger di awal 90-an dan Z.S. Ramachandran menemui aspek ketuhanan
dalam otak manusia ‘God Spot’.
Didalam
islam hal diatas diarahkan pada proses pendekatan diri kepada sang Khalik
(Allah Swt.), penyucian hati dan batin dikenal dengan tasawuf yang
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari berupa akhlak yang mulia serta
ibadah-ibadah lahiriah dan batiniah. Tujuan hidup manusia sebagaimana
firman-Nya dalam (QS. Adh-Dhariyat/51:56) yang artinya : Dan Aku tidak ciptakan
jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku
Untuk
memahami lebih jelas tentang ilmu akhlak tasawuf dalam rangka mencapai tujuan
utama dalam hidup seorang hamba kami kelompok membuat makalah yang berjudul
‘Pengertian Akhlak Tasawuf’.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian dari akhlak ?
2. Bagaimanakah
ciri-ciri akhlak ?
3. Apakah
pengertian ilmu akhlak ?
4. Apa sajakah yang termasuk ruang lingkup ilmu
akhlak ?
5. Apakah
manfaat mempelajari ilmu akhlak ?
6. Apakah
pengertian akhlak islami ?
7. Apa
sajakah yang termasuk ruang lingkup akhlak islami ?
8. Apakah
pengertian tasawuf ?
9. Apakah
hakikat tasawuf ?
10. Apakah
pengertian ilmu tasawuf ?
11. Apa
sajakah yang termasuk ruang lingkup tasawuf ?
12. Apakah
manfaat mempelajari tasawuf ?
13. Bagaimanakah
hubungan akhlak dengan tasawuf ?
C. Manfaat
1. Untuk
mengetahui pengertian dari akhlak.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri akhlak.
3. Untuk
mengetahui pengertian dari ilmu akhlak.
4. Untuk
mengetahui hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup ilmu akhlak.
5. Untuk
mengetahui manfaar dari mempelajari ilmu akhlak
6. Untuk
mengetahui pengertian dari akhlak islami
7. Untuk
mengetahui yang termasuk ruang lingkup akhlak islami
8. Untuk
mengetahui pengertian tasawuf
9. Untuk
mengetahui hakikat tasawuf.
10. Untuk
mengetahui pengertian ilmu tasawuf.
11. Untuk
mengetahui hal – hal yang termasuk ruang lingkup tasawuf .
12. Untuk
mengetahui manfaat mempelajari tasawuf
13. Untuk
mengetahui hubungan akhlak dengan
tasawuf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Akhlak
1.
Pengertian
Akhlak
Kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan,
perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at[1].
Pengertian akhlak
menurut istilah merujuk kepada berbagai para pakar dibidang ini :
·
Ibnu Miskawaih, sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
·
Imam al-Ghazali, sifat yang tertanam dalam
jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
·
Ibrahim Anis, sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik dan buruk tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan[2].
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang
sehingga mendarah daging yang tertuang dalam perbuatan dan perilaku seseorang
dalam sehari-hari tanpa dibuat-buat.
2.
Ciri-Ciri
Akhlak
Ciri-ciri yang
terdapat dalam perbuatan akhlak[3] :
1. Perbuatan
yang tertanam kuat dalam jiwa hingga menjadi kepribadian.
2. Perbuatan
yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
3. Perbuatan
yang timbul tanpa adanya paksaan dan dorongan dari luar.
4. Perbuatan
yang dilakukan dengan sesungguhnya.
5. Perbuatan
yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah.
3.
Pengertian
Ilmu Akhlak
Menurut Ahmad
Amin, ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia untuk
dapat dinilai baik dan buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu
dapat dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut
perbuatan akhlaki, dan tidak dapat dikatakan baik dan buruk. Perbuatan manusia
yang dilakukan tidak atas dasar kemauannya atau pilihannya seperti bernafas,
berkedip, dan kaget tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut
dilakukan tanpa pilihan[4].
4.
Ruang
Lingkup Ilmu Akhlak
Ruang lingkup
pembahasan ilmu akhlak adalah upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan
nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut
termasuk baik atau buruk[5].
Perbuatan yang
dinilai pun adalah perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar,
kemauan sendiri, tidak terpaksa dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan
perbuatan pura-pura[6].
5.
Manfaat
Mempelajari Ilmu Akhlak
Ilmu
akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia
berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya[7].
B.
Akhlak
Islami
1.
Pengertian
Akhlak Islami
Akhlak islami
dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah.
Quraish Shihab dalam hal ini mengatakan, bahwa tolak ukur kebaikan mestilah
merujuk pada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik
esensinya. Demikian pula sebaliknya[8].
Yang mana rujukan
tolak ukur ketentuan Allah terdapat dalam wahyunya yaitu Al-Quran dan Hadist
yang menjadi pegangan seluruh umat Islam.
2.
Ruang
Lingkup Akhlak Islami
Ruang lingkup
akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan yaitu :
Akhlak
terhadap Allah, yaitu sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Khalik. Dengan cara banyak
memujiNya
وَقُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ ءَايَٰتِهِۦ
فَتَعْرِفُونَهَا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
Dan katakanlah: "Segala puji
bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka
kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu
kerjakan". (An-Naml 27:93)
Untuk senantiasa bertawakkal pada
Allah Swt.
·
Akhlak terhadap sesama manusia, petunjuk
mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif
dalam segi fisik seperti menyakiti, menyiksa atau membunuh melainkan juga
menjaga hati orang lain dari segi batiniahnya ( lihat QS. Al-Baqarah [2]: 263 )
Perkataan yang baik dan pemberian
maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Baqarah :
263)
·
Akhlak terhadap lingkungan, lingkunga yang
dimaksud mencakup segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuhan, maupun benda tak bernyawa. (QS. Al – Hasyr [59]: 5 )[9]
C.
Tasawuf
1.
Pengertian
Tasawuf
Secara etimologi,
pengertian tasawuf dapat dimaknai menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut
:
1. Ahl ash-shuffah yang
berarti sekelompok orang di masa Rasulullah yang ikut pindah dengan Rasulullah
dari Mekah ke Madinah, kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, dan tidak
mempunyai apa-apa, mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
2. Shafa’ artinya
suci, yaitu nama bagi orang-orang yang bersih atau suci.
3. Shaff yaitu
orang- orang yang ketika shalat selalu berada di shaf (barisan) terdepan.
Sebagaimana halnya shalat di shaf pertama mendapatkan kemuliaan dan pahala,
maka orang – orang penganut tasawuf ini dimuliakan dan diberi pahala oleh
Allah.
4. Shopos (bahasa
Yunani), kebijaksanaan
5. Shuf, artinya
kain wol kasar pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan. Para penganut
tasawuf pada masa itu memakai pakaian dari bulu domba atau kain wol yang kasar
sebagai lambing kesederhanaan.
Dari segi
kebahasaan, tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada
kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana,
mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan yang lebih mulia[10].
Tasawuf secara
terminologi menurut para ahli[11]
1. Syaikh
Ahmad Zarruq, tasawuf ialah ilmu yang dapat memperbaiki hati anda dan
menjadikannya semata karena Allah. Dengan hati itu, anda menggunakan fiqh dalam
berislam untuk memperbaiki amal dan menjaganya dalam batas-batas syariat islam
sehingga lahirlah kebijaksanaan.
2. Syaikh
Ibnu Ajiba, tasawuf ialah yang membawa anda agar bersama Tuhan Yang Mahaada,
melalui penyucian batin dan mempermanisnya dengan amal shaleh. Jalan tasawuf
diawali dengan ilmu, tengahnya amal, dan akhirnya adalah karunia Ilahi.
3. Syaikh
Islam Zakaria Al-Anshari, asawuf ialah ilmu yang menerangkan cara-cara mencuci
bersih jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta batin
untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
Kesimpulan
dari berbagai pengertian diatas bahwa tasawuf adalah ilmu dalam upaya
membersihkan hati, dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Dengan tujuan menggapai
ketenangan dan kebahagiaan dunia akhirat dengan jalan yang diridhoi Allah.
2.
Hakikat
Tasawuf
Menurut Dr. Abdurrahman
Al-Badawi dalam tarikh at-Tashawwuf Al-Islami didasarkan pada dua hal :
Pertama, pengalaman batin dalam
hubungan langsung antara hamba dan Tuhan
Kedua, dalam tasawuf, “kesatuan’’
Tuhan dengan hamba adalah sesuatu yang memungkinkan sebab jika tidak, tasawuf
akan berwujud sekadar moralitas keagamaan[12].
3.
Pengertian
ilmu tasawuf.
Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang hamba berusaha membersihkan
diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian diri dalam usahanya
menggapai keridoan Allah[13].
Dalam bidang kejiwaan
(neurosains) penyelidikan menemukan
dan menunjukkan manusia mempunyai kecenderungan untuk kembali dan menyadari
kewujudan Tuhan dalam sanubarinya. Penyelidik, seperti Michael Persinger di
awal 90-an dan Z.S. Ramachandran menemui aspek ketuhanan dalam otak manusia.
Tempat ini dinamakan ‘God Spot’, namun
manusia dapat tergelincir dari landasan kebenaran disebabkan oleh keraguan dan
keingkaran kepada Tuhan ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri[14].
Oleh karena itu,
jalan yang ditempuh di dalam islam atas masalah diatas adalah tawasuh bi al-haq wa tawasaw bi al-sobr,
saling mengingatkan antara manusia serta berpegang teguh pada janji Allah dan
mengikuti syari`at rasulullah dalam mendekatkan diri untuk mencapai keridoannya
ini sejalan dengan tujuan islam itu untuk membawa manusia kearah kebenaran
hakiki (al- haq ) dan kemenangan
abadi (al-falah ) serta menghindarkan
diri dari kerugian yang hakiki pula (al –
Khusran) dalam kehidupan di dunia dan akhirat dengan merujuk kepada petunjuk-petunjuk
yang telah disediakan Allah SWT, yaitu Al-Quran dan Hadist[15].
4.
Ruang
Lingkup Tasawuf
Ruang lingkup
tasawuf itu meliputi asfek vertikal yang berbentuk komunikasi bersama Allah
SWT untuk kemudian menaburkan hasilnya
dalam realitas kehidupan sehari-hari. Media yang di pergunakan dalam hubungan
vertical itu salah satu yang mendasar adalah kondisi hati. Jadi termasuk ruang
lingkup tasawuf itu adalah menejemen hati. Oleh karena tasawuf meliputi segala
asfek amaliah rohaniah manusia maka mengetahui ilmu tasawuf adalah keharusan
bagi setiap individu yang ingin dekat dengan tuhannya.
Pada hakikatnya syari`at (tugas) yang
diperintahkan secara khusus kepada diri manusia itu bermuara pada dua perkara,
yakni:
1) Perbuatan
dan amal lahiriah seperti perintah sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
2) Perbuatan
dan amal batiniah seperti perintah, iman kepada Allah, ikhlas, jujur, khusyuk,
dan tawakal.
Batiniah adalah
asas lahiriah, gerakan lahiriah merupakan refleksi dari apa yang ada dalam batiniah[16].
5.
Manfaat
Tasawuf
Adapun
manfaat tasawuf yang dapat diperoleh, antara lain sebagai berikut :
1.
Membersihkan hati dalam berinteraksi
dengan Allah SWT.
Esensi tasawuf
adalah tazkiyah an-nafs yang artinya membersihkan
jiwa dari kotoran-kotoran.
2.
Membersihkan diri dari pengaruh
materi.
Melalui tasawuf
kecintaan seseorang yang berlebihan terhadap materi urusan duniawi lainnya akan
di batasi.
3.
Menerangi jiwa dari kegelapan.
Urusan materi
dalam kehidupan sangat besar pengaruhnya terhadap jiwa manusia. Tidak sedikit
orang mendapatkan harta benda dengan cara yang tidak halal ingin menimbulkan
gelap hati. Cara menghilangkannya dari petunjuk kitab suci Al-qur`an maupun
hadist melalui pendekatan tasawuf.
4.
Memperteguh dan menyuburkan keyakinan
agama.
Jika ajaran
tasawuf di amalkan oleh seorang muslim, ia akan bertambah teguh keimanannya
dalam memperjuangkan agama islam.
5.
Mempertinggi akhlak manusia.
Aspek moral adalah
aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia apabila manusia tidak memiliki,
turunlah martabatnya. Mengamalkan tasawuf bagi kaum muslim dapat mempertinggi
akhlak baik dalam kaitan hablunminallah dan hablunminannas[17].
6.
Hubungan
Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Perkara
yang mesti dipahami tentang intipati agama adalah akhlak di antara hamba dan
Khaliqnya. Dimana merupakan hakikat tasawuf dapat dilihat dengan jelas bahwa di
dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia[18].
Akhlak
dan tasawuf sangat berhubungan dan berkaitan. Akhlak adalah dasar dari
pelaksanaan tasawuf, sehingga prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Perilaku
manusia dalam Islam diarahkan untuk mengisi kebaikan, baik bagi sesama maupun
Pencipta. Karena itu, manusia diarahkan untuk menjadi manusia yang mencapai
kebersihan lahir dan batin. Salah satu jalan menuju pencapaian jiwa yang suci
adalah melalui pendekatan tasawuf[19].
Dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara akhlak dengan tasawuf sangat erat. Karena,
tasawuf adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
mensucikan hati dan batiniah kita yang mana implementasinya terlihat dari
akhlak kita sehari-hari.
7.
Ayat-ayat
Alqur’an tentang Akhlaq Tasawuf
نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا
يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ
الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ (الحديد : 16)
Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran
yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mareka
adalah orang-orang yang fasik (Q.S. Al-Hadida [57]:16).
Ajaran islam secara umum mengatur kehidupan yang
bersifat lahiriah dan batiniah, ajaran yang bersifat batiniyah nanti akan
menimbulkan hati mareka menjadi keras. Dengan demikian unsur kehidupan tasawuf
mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam yaitu As-Sunnah,
Al-Qur’an serta praktek kehidupan nabi dan para sahabatnya, antara lain
Al-Qur’an menerangkan tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai dengan
tuhan .
Hal itu difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat
Al-Maidah ayat 54
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ
مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي
سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ
مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ( المائدة : 54)
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang
siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersifat lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersifat keras pada
orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang
dikehendakiNya dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui “.
(Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54)
Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa
bertaubat membersihkan diri dan selalu memohon ampun kepada-Nya sehingga
memperoleh cahaya dari-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي
اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا
وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (التحريم : 8)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah
kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan
menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surge yang
mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mengatakan, “ Ya Tuhan
kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas
segala sesuatu”.(Q.S.At-Tahrim[66]:8).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak adalah
sifat yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga mendarah daging yang
tertuang dalam perbuatan dan perilaku seseorang dalam sehari-hari. Ciri-ciri
perbuatan akhlak, perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa, tanpa pemikiran, tanpa
adanya paksaan dan dorongan dari luar, dilakukan dengan sesungguhnya, dan ikhlas
semata-mata karena Allah.
ilmu akhlak adalah
ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia untuk dapat dinilai baik dan
buruk. Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah upaya mengenal tingkah laku
manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, Ilmu
akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.
Akhlak islami
dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Ruang
lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri
sesuai al-quran dan hadist.
Tasawuf adalah
ilmu dalam upaya membersihkan hati, dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Hakikat tasawuf pengalaman batin dalam hubungan langsung
antara hamba dan Tuhan, serta “kesatuan’’ Tuhan dengan hamba. Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang hamba berusaha membersihkan
diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian diri dalam usahanya
menggapai keridoan Allah.
Ruang
lingkup tasawuf itu meliputi asfek vertikal yang berbentuk komunikasi bersama
Allah SWT untuk kemudian menaburkan hasilnya dalam realitas kehidupan
sehari-hari. Manfaat tasawuf adalah
membersihkan hati, membersihkan diri dari pengaruh materi, menerangi jiwa dari
kegelapan, memperteguh keyakinan agama, dan mempertinggi akhlak manusia.
Hubungan
antara akhlak dengan tasawuf, tasawuf adalah cara kita untuk mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara mensucikan hati dan batiniah kita yang mana
implementasinya terlihat dari akhlak kita sehari-hari.
B.
SARAN
Tujuan hidup
manusia diciptakan adalah untuk
beribadah kepada Allah Swt. Tetapi walaupun demikian dalam memenuhi kehidupan
ini tidak semua manusia dapat memahami hakikat ini, walaupun inilah puncak tujuan
hidup, yang dalam melakukan sesuatu hanya dalam rangka pengabdian manusia
kepada pencipta-Nya (Allah Swt.).
Diharapkan pembaca makalah dapat
mengambil pelajaran tentang akhlak dan tasawuf melalui makalah ini untuk
mendekatkan diri pada Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
K.,
Agustang, dan Sugirma. 2017. Tasawuf anak
Muda. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Nata,
Abuddin. 2015. Akhlak Tasawuf dan
Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers.
Samad,
Duski. 2017. Konseling Sufistik. Jakarta:
Rajawali Pers.
Siradj,
Said Aqil. 2015. Ilmu Tasawuf. Jakarta:
Amzah.
Syukur,
Suparman. 2015. Studi Islam
Transformatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[1]
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter
Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 2
[2]
Ibid, hlm. 3
[3]
Ibid, hlm. 4
[4]
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter
Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) , hlm. 5
[5]
Ibid, hlm. 6
[6]
Ibid, hlm. 11
[7]
Ibid, hlm. 13
[8]
Ibid, hlm. 126
[9]
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter
Mulia, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2015) , hlm. 126
[10]
Said Aqil Siradj, Ilmu Tasawuf, (Jakarta:
Amzah, 2015 ) hlm. 5
[11] Ibid,
hlm. 7
[12]
Ibid, hlm. 9
[13]
Suparman Syukur, Studi Islam
Transformatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm.214
[14]
Duski Samad , Konseling Sufistik (Jakarta:
Rajawali Pers, 2017 ), hlm 52
[15]
Ibid, hlm. 53
[16] Agustang
K dan Sugirma, Tasawuf Anak Muda, (
Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2017), hlm. 10
[17]
Said Aqil Siradj, Ilmu Tasawuf,
(Amzah: Jakarta, 2015 ) hlm. 84-86
[18]
Duski Samad , Konseling Sufistik ( Rajawali
Pers: Depok, 2017 ), hlm 54
[19] Said
Aqil Siradj, Op.cit. hlm.10
No comments:
Post a Comment