Thursday, 11 June 2020

Makalah Tentang Akhlak Tasawuf dan Ruang Lingkupnya

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Tujuan hidup manusia sebagaimana firman-Nya dalam (QS. Adh-Dhariyat/51:56) yang artinya : Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku. Bagaimana pun dalam memenuhi kehidupan ini tidak semua manusia dapat memahami hakikat ini, walaupun inilah puncak tujuan hidup, yang dalam melakukan sesuatu hanya dalam rangka pengabdian manusia kepada pencipta-Nya (Allah Swt.).

Dalam bidang kejiwaan (neurosains) penyelidikan menemukan dan menunjukkan manusia mempunyai kecenderungan untuk kembali dan menyadari kewujudan Tuhan dalam sanubarinya. Penyelidik, seperti Michael Persinger di awal 90-an dan Z.S. Ramachandran menemui aspek ketuhanan dalam otak manusia ‘God Spot’.

Didalam islam hal diatas diarahkan pada proses pendekatan diri kepada sang Khalik (Allah Swt.), penyucian hati dan batin dikenal dengan tasawuf yang implementasinya dalam kehidupan sehari-hari berupa akhlak yang mulia serta ibadah-ibadah lahiriah dan batiniah. Tujuan hidup manusia sebagaimana firman-Nya dalam (QS. Adh-Dhariyat/51:56) yang artinya : Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku

Untuk memahami lebih jelas tentang ilmu akhlak tasawuf dalam rangka mencapai tujuan utama dalam hidup seorang hamba kami kelompok membuat makalah yang berjudul ‘Pengertian Akhlak Tasawuf’.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian dari akhlak ?

2.      Bagaimanakah ciri-ciri akhlak ?

3.      Apakah pengertian ilmu akhlak ?

4.       Apa sajakah yang termasuk ruang lingkup ilmu akhlak ?

5.      Apakah manfaat mempelajari ilmu akhlak ?

6.      Apakah pengertian akhlak islami ?

7.      Apa sajakah yang termasuk ruang lingkup akhlak islami ?

8.      Apakah pengertian tasawuf ?

9.      Apakah hakikat tasawuf ?

10.  Apakah pengertian ilmu tasawuf ?

11.  Apa sajakah yang termasuk ruang lingkup tasawuf ?

12.  Apakah manfaat mempelajari tasawuf ?

13.  Bagaimanakah hubungan akhlak dengan tasawuf ?

 

C.    Manfaat

1.      Untuk mengetahui pengertian dari akhlak.

2.      Untuk mengetahui ciri-ciri akhlak.

3.      Untuk mengetahui pengertian dari ilmu akhlak.

4.      Untuk mengetahui hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup ilmu akhlak.

5.      Untuk mengetahui manfaar dari mempelajari ilmu akhlak

6.      Untuk mengetahui pengertian dari akhlak islami

7.      Untuk mengetahui yang termasuk ruang lingkup akhlak islami

8.      Untuk mengetahui pengertian tasawuf

9.      Untuk mengetahui hakikat tasawuf.

10.  Untuk mengetahui pengertian ilmu tasawuf.

11.  Untuk mengetahui hal – hal yang termasuk ruang lingkup tasawuf .

12.  Untuk mengetahui manfaat mempelajari tasawuf

13.  Untuk mengetahui  hubungan akhlak dengan tasawuf.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Akhlak

1.      Pengertian Akhlak

Kata akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabi’at[1].

Pengertian akhlak menurut istilah merujuk kepada berbagai para pakar dibidang ini :

·         Ibnu Miskawaih, sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

·         Imam al-Ghazali, sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

·         Ibrahim Anis, sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik dan buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan[2].

Jadi, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga mendarah daging yang tertuang dalam perbuatan dan perilaku seseorang dalam sehari-hari tanpa dibuat-buat.

2.      Ciri-Ciri Akhlak

Ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak[3] :

1.      Perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa hingga menjadi kepribadian.

2.      Perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran

3.      Perbuatan yang timbul tanpa adanya paksaan dan dorongan dari luar.

4.      Perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya.

5.      Perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah.

3.      Pengertian Ilmu Akhlak

Menurut Ahmad Amin, ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia untuk dapat dinilai baik dan buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu dapat dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut perbuatan akhlaki, dan tidak dapat dikatakan baik dan buruk. Perbuatan manusia yang dilakukan tidak atas dasar kemauannya atau pilihannya seperti bernafas, berkedip, dan kaget tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut dilakukan tanpa pilihan[4].

4.      Ruang Lingkup Ilmu Akhlak

Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut termasuk baik atau buruk[5].

Perbuatan yang dinilai pun adalah perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam keadaan sadar, kemauan sendiri, tidak terpaksa dan sungguh-sungguh atau sebenarnya bukan perbuatan pura-pura[6].

5.      Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak

Ilmu akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya[7].

 

B.     Akhlak Islami

1.      Pengertian Akhlak Islami

Akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Quraish Shihab dalam hal ini mengatakan, bahwa tolak ukur kebaikan mestilah merujuk pada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik oleh Allah, pasti baik esensinya. Demikian pula sebaliknya[8].

Yang mana rujukan tolak ukur ketentuan Allah terdapat dalam wahyunya yaitu Al-Quran dan Hadist yang menjadi pegangan seluruh umat Islam.

2.      Ruang Lingkup Akhlak Islami

Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan yaitu :

Akhlak terhadap Allah, yaitu sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai Khalik. Dengan cara banyak memujiNya

وَقُلِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ سَيُرِيكُمْ ءَايَٰتِهِۦ فَتَعْرِفُونَهَا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan". (An-Naml 27:93)

Untuk senantiasa bertawakkal pada Allah Swt.

·         Akhlak terhadap sesama manusia, petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif dalam segi fisik seperti menyakiti, menyiksa atau membunuh melainkan juga menjaga hati orang lain dari segi batiniahnya ( lihat QS. Al-Baqarah [2]: 263 )

 

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Baqarah : 263)

 

 

·         Akhlak terhadap lingkungan, lingkunga yang dimaksud mencakup segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuhan, maupun benda tak bernyawa. (QS. Al – Hasyr [59]: 5 )[9]

 

C.    Tasawuf

1.      Pengertian Tasawuf

Secara etimologi, pengertian tasawuf dapat dimaknai menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut :

1.      Ahl ash-shuffah yang berarti sekelompok orang di masa Rasulullah yang ikut pindah dengan Rasulullah dari Mekah ke Madinah, kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin, dan tidak mempunyai apa-apa, mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.

2.      Shafa’ artinya suci, yaitu nama bagi orang-orang yang bersih atau suci.

3.      Shaff yaitu orang- orang yang ketika shalat selalu berada di shaf (barisan) terdepan. Sebagaimana halnya shalat di shaf pertama mendapatkan kemuliaan dan pahala, maka orang – orang penganut tasawuf ini dimuliakan dan diberi pahala oleh Allah.

4.      Shopos (bahasa Yunani), kebijaksanaan

5.      Shuf, artinya kain wol kasar pada waktu itu adalah simbol kesederhanaan. Para penganut tasawuf pada masa itu memakai pakaian dari bulu domba atau kain wol yang kasar sebagai lambing kesederhanaan.

Dari segi kebahasaan, tasawuf menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan yang lebih mulia[10].

Tasawuf secara terminologi menurut para ahli[11]

1.      Syaikh Ahmad Zarruq, tasawuf ialah ilmu yang dapat memperbaiki hati anda dan menjadikannya semata karena Allah. Dengan hati itu, anda menggunakan fiqh dalam berislam untuk memperbaiki amal dan menjaganya dalam batas-batas syariat islam sehingga lahirlah kebijaksanaan.

2.      Syaikh Ibnu Ajiba, tasawuf ialah yang membawa anda agar bersama Tuhan Yang Mahaada, melalui penyucian batin dan mempermanisnya dengan amal shaleh. Jalan tasawuf diawali dengan ilmu, tengahnya amal, dan akhirnya adalah karunia Ilahi.

3.      Syaikh Islam Zakaria Al-Anshari, asawuf ialah ilmu yang menerangkan cara-cara mencuci bersih jiwa, memperbaiki akhlak, dan membina kesejahteraan lahir serta batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.

Kesimpulan dari berbagai pengertian diatas bahwa tasawuf adalah ilmu dalam upaya membersihkan hati, dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Dengan tujuan menggapai ketenangan dan kebahagiaan dunia akhirat dengan jalan yang diridhoi Allah.

2.      Hakikat Tasawuf

Menurut Dr. Abdurrahman Al-Badawi dalam tarikh at-Tashawwuf Al-Islami didasarkan pada dua hal :

Pertama, pengalaman batin dalam hubungan langsung antara hamba dan Tuhan

Kedua, dalam tasawuf, “kesatuan’’ Tuhan dengan hamba adalah sesuatu yang memungkinkan sebab jika tidak, tasawuf akan berwujud sekadar moralitas keagamaan[12].

3.      Pengertian ilmu tasawuf.

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang hamba berusaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian diri dalam usahanya menggapai keridoan Allah[13].

Dalam bidang kejiwaan (neurosains) penyelidikan menemukan dan menunjukkan manusia mempunyai kecenderungan untuk kembali dan menyadari kewujudan Tuhan dalam sanubarinya. Penyelidik, seperti Michael Persinger di awal 90-an dan Z.S. Ramachandran menemui aspek ketuhanan dalam otak manusia. Tempat ini dinamakan ‘God Spot’, namun manusia dapat tergelincir dari landasan kebenaran disebabkan oleh keraguan dan keingkaran kepada Tuhan ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka sendiri[14].

Oleh karena itu, jalan yang ditempuh di dalam islam atas masalah diatas adalah tawasuh bi al-haq wa tawasaw bi al-sobr, saling mengingatkan antara manusia serta berpegang teguh pada janji Allah dan mengikuti syari`at rasulullah dalam mendekatkan diri untuk mencapai keridoannya ini sejalan dengan tujuan islam itu untuk membawa manusia kearah kebenaran hakiki (al- haq ) dan kemenangan abadi (al-falah ) serta menghindarkan diri dari kerugian yang hakiki pula (al – Khusran) dalam kehidupan di dunia dan akhirat dengan merujuk kepada petunjuk-petunjuk yang telah disediakan Allah SWT, yaitu Al-Quran dan Hadist[15].

4.      Ruang Lingkup Tasawuf

Ruang lingkup tasawuf itu meliputi asfek vertikal yang berbentuk komunikasi bersama Allah SWT  untuk kemudian menaburkan hasilnya dalam realitas kehidupan sehari-hari. Media yang di pergunakan dalam hubungan vertical itu salah satu yang mendasar adalah kondisi hati. Jadi termasuk ruang lingkup tasawuf itu adalah menejemen hati. Oleh karena tasawuf meliputi segala asfek amaliah rohaniah manusia maka mengetahui ilmu tasawuf adalah keharusan bagi setiap individu yang ingin dekat dengan tuhannya.

Pada hakikatnya syari`at (tugas) yang diperintahkan secara khusus kepada diri manusia itu bermuara pada dua perkara, yakni:

1)      Perbuatan dan amal lahiriah seperti perintah sholat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

2)      Perbuatan dan amal batiniah seperti perintah, iman kepada Allah, ikhlas, jujur, khusyuk, dan tawakal.

Batiniah adalah asas lahiriah, gerakan lahiriah merupakan refleksi dari apa yang ada dalam  batiniah[16].

 

5.      Manfaat Tasawuf

Adapun manfaat tasawuf yang dapat diperoleh, antara lain sebagai berikut :

1.      Membersihkan hati dalam berinteraksi dengan Allah SWT.

Esensi tasawuf adalah tazkiyah an-nafs yang artinya membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran.

2.      Membersihkan diri dari pengaruh materi.

Melalui tasawuf kecintaan seseorang yang berlebihan terhadap materi urusan duniawi lainnya akan di batasi.

3.      Menerangi jiwa dari kegelapan.

Urusan materi dalam kehidupan sangat besar pengaruhnya terhadap jiwa manusia. Tidak sedikit orang mendapatkan harta benda dengan cara yang tidak halal ingin menimbulkan gelap hati. Cara menghilangkannya dari petunjuk kitab suci Al-qur`an maupun hadist melalui pendekatan tasawuf.

4.      Memperteguh dan menyuburkan keyakinan agama.

Jika ajaran tasawuf di amalkan oleh seorang muslim, ia akan bertambah teguh keimanannya dalam memperjuangkan agama islam.

5.      Mempertinggi akhlak manusia.

Aspek moral adalah aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia apabila manusia tidak memiliki, turunlah martabatnya. Mengamalkan tasawuf bagi kaum muslim dapat mempertinggi akhlak baik dalam kaitan hablunminallah dan hablunminannas[17].

6.      Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf

Perkara yang mesti dipahami tentang intipati agama adalah akhlak di antara hamba dan Khaliqnya. Dimana merupakan hakikat tasawuf dapat dilihat dengan jelas bahwa di dalam ajaran Islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia[18].

Akhlak dan tasawuf sangat berhubungan dan berkaitan. Akhlak adalah dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Perilaku manusia dalam Islam diarahkan untuk mengisi kebaikan, baik bagi sesama maupun Pencipta. Karena itu, manusia diarahkan untuk menjadi manusia yang mencapai kebersihan lahir dan batin. Salah satu jalan menuju pencapaian jiwa yang suci adalah melalui pendekatan tasawuf[19].

Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara akhlak dengan tasawuf sangat erat. Karena, tasawuf adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati dan batiniah kita yang mana implementasinya terlihat dari akhlak kita sehari-hari.

7.      Ayat-ayat Alqur’an tentang Akhlaq Tasawuf

 نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ (الحديد : 16)

Artinya: “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kapada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya diturunkan Al-Kitab kepadaNya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mareka, lalu hati mareka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mareka adalah orang-orang yang fasik (Q.S. Al-Hadida [57]:16). 
Ajaran islam secara umum mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah, ajaran yang bersifat batiniyah nanti akan menimbulkan hati mareka menjadi keras. Dengan demikian unsur kehidupan tasawuf mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam yaitu As-Sunnah, Al-Qur’an serta praktek kehidupan nabi dan para sahabatnya, antara lain Al-Qur’an menerangkan tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai dengan tuhan . 

Hal itu difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ ( المائدة : 54)

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersifat lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersifat keras pada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela, itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya dan Allah maha luas (pemberianNya) lagi maha mengetahui “. (Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 54)
Allah juga memerintahkan manusia agar senantiasa bertaubat membersihkan diri dan selalu memohon ampun kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya dari-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحاً عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (التحريم : 8)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mengatakan, “ Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”.(Q.S.At-Tahrim[66]:8).

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Akhlak adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga mendarah daging yang tertuang dalam perbuatan dan perilaku seseorang dalam sehari-hari. Ciri-ciri perbuatan akhlak, perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa, tanpa pemikiran, tanpa adanya paksaan dan dorongan dari luar, dilakukan dengan sesungguhnya, dan ikhlas semata-mata karena Allah.

ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia untuk dapat dinilai baik dan buruk. Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah upaya mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut, Ilmu akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.

Akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan Allah. Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri sesuai al-quran dan hadist.

Tasawuf adalah ilmu dalam upaya membersihkan hati, dan mendekatkan diri pada Allah SWT. Hakikat tasawuf   pengalaman batin dalam hubungan langsung antara hamba dan Tuhan, serta “kesatuan’’ Tuhan dengan hamba. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang hamba berusaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian diri dalam usahanya menggapai keridoan Allah.                                                                                                

Ruang lingkup tasawuf itu meliputi asfek vertikal yang berbentuk komunikasi bersama Allah SWT untuk kemudian menaburkan hasilnya dalam realitas kehidupan sehari-hari. Manfaat tasawuf  adalah membersihkan hati, membersihkan diri dari pengaruh materi, menerangi jiwa dari kegelapan, memperteguh keyakinan agama, dan mempertinggi akhlak manusia.

Hubungan antara akhlak dengan tasawuf, tasawuf adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati dan batiniah kita yang mana implementasinya terlihat dari akhlak kita sehari-hari.

 

 

B.     SARAN

Tujuan hidup manusia diciptakan  adalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Tetapi walaupun demikian dalam memenuhi kehidupan ini tidak semua manusia dapat memahami hakikat ini, walaupun inilah puncak tujuan hidup, yang dalam melakukan sesuatu hanya dalam rangka pengabdian manusia kepada pencipta-Nya (Allah Swt.).

Diharapkan pembaca makalah dapat mengambil pelajaran tentang akhlak dan tasawuf melalui makalah ini untuk mendekatkan diri pada Allah Swt.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

K., Agustang, dan Sugirma. 2017. Tasawuf anak Muda. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Nata, Abuddin. 2015. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers.

Samad, Duski. 2017. Konseling Sufistik. Jakarta: Rajawali Pers.

Siradj, Said Aqil. 2015. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.

Syukur, Suparman. 2015. Studi Islam Transformatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm. 2

[2] Ibid, hlm. 3

[3] Ibid, hlm. 4

[4] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) , hlm. 5

 

[5] Ibid, hlm. 6

[6] Ibid, hlm. 11

[7] Ibid, hlm. 13

[8] Ibid, hlm. 126

[9] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, ( Jakarta: Rajawali Pers, 2015) , hlm. 126

[10] Said Aqil Siradj, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2015 ) hlm. 5

[11] Ibid, hlm. 7

[12] Ibid, hlm. 9

[13] Suparman Syukur, Studi Islam Transformatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm.214

[14] Duski Samad , Konseling Sufistik (Jakarta: Rajawali Pers, 2017 ), hlm 52

[15] Ibid, hlm. 53

[16] Agustang K dan Sugirma, Tasawuf Anak Muda, ( Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2017), hlm. 10

[17] Said Aqil Siradj, Ilmu Tasawuf, (Amzah: Jakarta, 2015 ) hlm. 84-86

[18] Duski Samad , Konseling Sufistik ( Rajawali Pers: Depok, 2017 ), hlm 54

[19] Said Aqil Siradj, Op.cit. hlm.10


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...