DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C.
Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II KOLABORASI DALAM PELESTARIAN DIGITAL SERTA TANTANGAN
PELESTARIAN DIGITAL DI MASA DEPAN
A. Pengertian Kolaborasi Dalam Pelestarian Digital......................................................... 2
B. Faktor
Pendorong Terjadinya Kolaborasi Dalam
Pelestarian Digital........................... 3
C. Hasil
dan Manfaat Kerjasama Perpustakaan dalam preservasi Digital......................... 4
D. Kolaborasi
Preservasi Digital Internasional.................................................................. 6
E.
Kolaborasi Preservasi Digital di
Indonesia................................................................... 9
F.
Tantangan Untuk Masa Depan Pelestarian
Digital..................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................................. 14
B.
Saran............................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kolaborasi
dalam kegiatan pelestarian digital yang dilakukan oleh berbagai lembaga
perpustakaan maupun kearsipan dalam menjaga tulisan, bahan pustaka maupun arsip
dalam bentuk digital. Alasan untuk berkolaborasi adalah Akses ke berbagai
keahlian yang lebih luas Biaya
pengembangan bersama, Akses ke alat dan sistem yang mungkin tidak tersedia, Kesempatan
belajar bersama. Inisiatif pelestarian digital atau kolaborasi yang didirikan
sejak awal agar tersedia atau dapat diterapkan untuk peserta dari negara mana
pun, atau mereka yang peduli dengan bahan digital dari mana saja di dunia,
tanpa batasan geografis, seperti negara atau negara, atau batasan sektoral, seperti
perpustakaan penelitian.
Tantangan
untuk masa depan pelestarian digital adalah aspek kunci dari sebagian besar
kegiatan pelestarian digital. Kurangnya kesadaran akan masalah pelestarian
digital oleh para pemangku kepentingan, kurangnya keterampilan yang diperlukan
untuk melestarikan bahan digital, kurangnya pendekatan internasional yang
disepakati, kekurangan model praktis yang digunakan untuk praktik pelestarian
dasar, dan kurangnya dana secara berkelanjutan untuk mengatasi masalah
pelestarian digital, semuanya berkontribusi pada masalah.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian kolaborasi dalam pelestarian digital?
2. Apa
faktor pendorong terjadinya kolaborasi dalam
pelestarian digital?
3. Apa
hasil dan manfaat kerjasama perpustakaan dalam preservasi digital?
4. Bagaimana
kolaborasi preservasi digital internasional?
5.
Bagaimana kolaborasi preservasi
digital di indonesia?
6.
Apa tantangan untuk masa depan pelestarian
digital?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
kolaborasi dalam pelestarian digital?
2. Untuk mengetahui faktor pendorong terjadinya
kolaborasi dalam pelestarian digital?
3. Untuk mengetahui hasil dan manfaat kerjasama
perpustakaan dalam preservasi digital?
4. Untuk mengetahui kolaborasi preservasi digital
internasional?
5.
Untuk mengetahui kolaborasi
preservasi digital di indonesia?
6.
Untuk mengetahui tantangan
untuk masa depan pelestarian digital?
BAB II
KOLABORASI DALAM PELESTARIAN DIGITAL SERTA TANTANGAN PELESTARIAN
DIGITAL DI MASA DEPAN
A. Pengertian Kolaborasi Dan Inisiatif Dalam Pelestarian Digital
Kolaborasi
merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Kolaborasi adalah suatu bentuk
proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan
untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami
aktivitas masing-masing. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) Kolaborasi
berarti kerja sama. Pengertian kerjasama adalah dua
orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara
terpadu atau bersinergi yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan
tertentu. Konsep sinergi disini maksudnya adalah kegiatan bersama mau melakukan
untuk kerja atau kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan
masing-masing (Sulistyo-Basuki, 1992). Kolaborasi merupakan praktek bekerja
sama dimana individu atau lembaga yang bekerja sama memiliki tujuan yang sama,
untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.[1] Berdasarkan
hal tersebut maka kerjasama antar perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan
dua perpustakaan atau lebih dengan keseepakatan tertentu.
Kolaborasi
salah satu ciri dari agenda pelestarian digital adalah bahwa kolaborasi
tertanam kuat di dalamnya dan telah terjadi sejak awal kompilasi. Kemitraan
selalu penting dalam komunitas pelestarian digital. Sejak awal sudah jelas
bahwa tidak ada seorang pun di dalam organisasi - apakah perpustakaan,
pemerintah atau akademis - dapat secara memadai mengarsipkan, melestarikan dan
terus menyediakan akses ke materi digital, bahkan dengan kriteria seleksi yang
ketat. Tentu saja kegiatan kolaboratif semakin jelas di semua tingkatan, dan
kolaborasi semakin dilihat.
B. Faktor
Pendorong Terjadinya Kolaborasi Dalam Pelestarian Digital
Alasan
dilakukannya kerjasama perpustakaan antara lain :
1) Meningkatnya
jumlah buku yang diterbitkan setiap tahun,
2) Semakin
banyaknya jenis media,
3) Kebutuhan
pemakai yang semakin komplek,
4)
Tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan informasi dimanapun dankapanpun,
5)
Semakin berkembangnya Information Communication Technology (ICT),
dan
6) Untuk
penghematan sumber dana perpustakaan.
Sedangkan
menurut saleh (2003) ada beberapa faktor yang mendorong perpustakaan untuk
saling bekerjasama yaitu
1) Adanya
peningkatan luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan membawa pengaruh semakin
banyak buku yang ditulis tentang pengetahuan tersebut;
2) Meluasnya
kegiatan pendidikan, mendorong semakin banyaknya dan semakin beraneka ragamnya
permintaan pemakai yang dari hari ke hari semakin banyak memerlukan informasi;
3) Kemajuan
dalam bidang teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap industri dan
perdagangan serta perlunya pimpinan serta karyawan mengembangkan ketrampilan
dan teknik baru;
4) Berkembangnya
kesempatan dan peluang bagi kerjasama internasional dan lalu lintas
internasional;
5) Berkembangnya
teknologi informasi, terutama dalam bidang komputer dan telekomunikasi,
6) Tuntutan
masyarakat untuk memperoleh layanan informasi yang sama;
7) Kerjasama
memungkinkan penghematan fasilitas, biaya, SDM dan waktu.
Alasan
lain yang menarik untuk berkolaborasi adalah ketidakpastian tentang di mana
tanggung jawab untuk melestarikan materi digital berada. Penulis didorong untuk
berkolaborasi dalam mengarsipkan karya mereka sendiri di repositori digital
berbasis universitas, misalnya. Penerbit jurnal bekerja sama dengan
perpustakaan atau organisasi berbasis perpustakaan.
C.
Hasil dan Manfaat Kerjasama
Perpustakaan dalam preservasi Digital
Ada
beberapa hasil dan manfaat yang
diperoleh dengan dari kerjasama perpustakaan dengan menggunakan bantuan
teknologi informasi walaupun tidak menutup kemungkinan beberapa hasil tersebut
dapat diperoleh tanpa menggunakan teknologi informasi seperti:
1) Terbentuknya
sebuah catalog induk yang merupakan catalog bersama antar perpustakaanyang salang bekerjasama. Atau bisa juga saling
berbagi catalog yang dimiliki. Hal ini semakin mudah dilakukan dengan adanay
teknologi informasi;
2) Manajemen koleksi, dengan pengertian bahwa
dalam kerjasama tersebut perpustakaan bisa membuat kesepakatan untuk saling
berbagi pemenuhan kebutuhan informasi tertentu sehingga tidak terjadi duplikasi
koleksi;
3) Manajemen
preservasi koleksi yang mereka miliki;
4) Saling
berbagi sumber daya yang dimilki seperti koleksi perpustakaan, ruangan dan juga
tenaga perpustakaan. Anggota jaringan perpustakaan dapat meminjam koleksi di
perpustakaan manapun yang tergabung dalam jaringan tersebut dengan ketentuan
yang sudah diatur;
5) Layanan
referens dan referral, yaitu layanan jasa bantuan pencarian informasi dengan
subjek-subjek tertentu yang dilakuakn oleh para subject guide di perpustakaan
masing-masing;
6) Selain
itu juga ada pelatihan staf perpustakaan dan juga pengembangan kemampuan dengan
cara magang di perpustakaan lainnya.
Dalam melakukan kerjasama
tidak semuanya dapat berjalan mulus tanpa ada kendala. Ada beberapa kendala
yang dihadapi oleh perpustakaan dalam menjalain kerjasama dan jaringan
perpustakaan seperti : perlunya biaya tinggi dengan hasil yang minimal, tidak
adanya pengurangan terhadap biaya yang harus mereka keluarkan setelah melakukan
kerjasama atau bahkan mereka mengeluarkan biaya lebih banyak lagi setelah
melakukan kerjasama, layanan yang diberikan tidak terlalu memuaskan,
berkurangnya otonomi perpustakaan tersebut, adanya konflik kebijakan
diantara perpustakaan dan kurangnya pendanaan dari luar.
Menurut
UNESCO pedoman mengidentifikasi manfaat kolaborasi sebagai:
1) Akses
ke berbagai keahlian yang lebih luas
2) Biaya
pengembangan bersama
3) Akses
ke alat dan sistem yang mungkin tidak tersedia
4) Kesempatan
belajar bersama
5) Peningkatan
cakupan bahan yang disimpan
6) Perencanaan
yang lebih baik untuk mengurangi upaya yang sia-sia
7) Dorongan
bagi pemangku kepentingan berpengaruh lainnya untuk melakukan pelestarian
dengan serius
8) Pengaruh
bersama pada perjanjian dengan produsen
9) Pengaruh
bersama pada penelitian dan pengembangan standar dan praktik
10) Daya
tarik sumber daya dan dukungan lainnya untuk program yang terkoordinasi dengan
baik di tingkat regional, nasional atau sektoral
Inisiatif
dan kolaborasi internasional pada dua
jenis program.
1. Inisiatif
pelestarian digital atau kolaborasi yang didirikan sejak awal agar tersedia
atau dapat diterapkan untuk peserta dari negara mana pun, atau mereka yang
peduli dengan bahan digital dari mana saja di dunia, tanpa batasan geografis,
seperti negara atau negara, atau batasan sektoral, seperti perpustakaan
penelitian.
2. Inisiatif
atau kolaborasi yang awalnya didirikan dengan batasan geografis atau sektoral,
tetapi sejak itu tersedia untuk komunitas internasional.
D. Kolaborasi
Preservasi Digital Internasional
Beberapa kolaborasi internasional berbeda dalam hal mereka
dimaksudkan terutama untuk mendidik, menginformasikan, dan melobi, daripada
membangun layanan yang melakukan pelestarian bahan digital. UNESCO (Organisasi
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB) telah mengambil peran penting
dalam mempromosikan pelestarian digital. Konferensi umum pada tahun 2001
mengadopsi resolusi yang menarik perhatian pada kebutuhan untuk melindungi
warisan digital yang terancam punah. UNESCO
mengontrak Perpustakaan Nasional Australia untuk mengembangkan pedoman
pelestarian digital. Pedoman Pelestarian Warisan Digital ini tersedia melalui
situs web UNESCO pada tahun 2003. Mereka adalah produk dari proses konsultasi
internasional yang luas dengan semua tingkat kelompok kepentingan, dari
pemerintah hingga pakar individu. Pendahuluan Pedoman menyatakan bahwa niat
mereka adalah untuk memperkenalkan 'pedoman umum dan teknis untuk pelestarian
dan aksesibilitas berkelanjutan dari warisan digital dunia yang terus
berkembang' dan bahwa mereka dimaksudkan untuk melengkapi Piagam Pelestarian
Warisan Digital. Mereka paling baik dilihat sebagai 'panduan untuk
pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab oleh manajer program' dan tidak
mengklaim untuk menjawab 'setiap pertanyaan teknis dan praktis yang akan muncul
dalam mengelola program pelestarian digital', lebih mengandalkan membangun dan
menyatakan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan.
RLG (www.rlg.org) RLG, didirikan sebagai Kelompok Perpustakaan
Penelitian pada tahun 1974, adalah aliansi nirlaba perpustakaan, arsip, museum,
dan masyarakat bersejarah dengan koleksi penelitian yang kuat. RLG didirikan
untuk menyediakan mekanisme aksi kolaboratif pada masalah yang dihadapi koleksi
penelitian. Pelestarian selalu menjadi perhatian utama RLG, yang ditunjukkan
baru-baru ini oleh aktivitas pelestarian digitalnya yang signifikan, khususnya
dalam advokasi dan peningkatan kesadaran dan dalam pengembangan standar.
Kegiatan advokasi dan peningkatan kesadaran RLG termasuk publikasi sejak 1997
dari jurnal elektronik RLG DigiNews. Mungkin aktivitasnya yang paling
berpengaruh dalam pelestarian digital adalah keikutsertaannya, dengan Komisi
Pelestarian dan Akses, dalam Satuan Tugas Pengarsipan Informasi Digital.
Bibliotheek telah aktif dalam penelitian pelestaran digital,
berpartisipasi dengan kelompok kerja internasional aktif dalam kolaborasi pelestarian digital lainnya. Pada bulan april
2003 Arsip Nasional (inggris) meluncurkan arsip digital dengan menyimpan,
melestarikan dan menyediakan akses ke catatan elektronik pemerintah. Sistem
berbasis tape juga dirancang untunk menangani berbagai catatan elektronik
seperti dokumen, email, file, audio dan video dengan melakukan pemeriksaan
kualitas, mengidentifikasi format file, memindai virus dan lain sebagainya. Pentingnya
arsip digital telah diakui karena memberikan dampak positif di lembaga-lembaga
inggris.
Kurasi digital mencakup pengarsipan data, pelestarian digital, dan
penilaian data di seluruh siklusnya. Pusat Kurasi Digital akan memberikan fokus
nasional untuk berinisiatif dalam pelestarian digital dan masalah kolaborasi
untuk mengelolah semua hasil penelitian dalam
format digital. Tujuan utama dari Pusat Kurasi Digital adalah
peningkatan berkelanjutan dalam kualitas kurasi data dan pelestarian digital.
Pusat Kurasi Digital tidak berperan dalam penyimpanan data melainkan khusus
untuk memimpin program penelitian yang menangani masalah kurasi digital,
membuat jaringan untuk menyatukan dan mendukung
para curator. Pusat Kurasi Digital secara resmi diluncurkan pada
November 2004.
Selanjutnya, Layanan Data Seni dan Humaniora adalah federasi dari 5
layanan arsip data bertugas mengumpulkan, melestarikan, catalog dan
mendistribusikan sumber daya digital yang relevan dengan bidang subjek mereka.
Tujuan dari kolaborasi ini adalah untuk melestarikan materi penelitian digital
yang berkembang pesat yang dihasilkan oleh komunitas seni, humaniora dan
sebagainya. Inisiatif dan kolaborasi nasional penting untuk pelestarian digital
dan sebagai contoh awal kolaborasi dalam pengarsipan data yang dikelola secara
terpusat .
Selain itu terdapat pula pengarsipan web oleh Perpustakaan Inggris,
Arsip Nasional Inggris dan Perpustakan Nasional Scotlandia dan Wales yang
memiliki tujuan untuk menyelidiki solusi pengarsipan untuk bahan web Inggris.
Kolaborasi ini dilakukan untuk mempromosikan kegiatan pelestarian bahan digital
di Inggris untuk memajukan pengembangan kolaborasi ini maka didirikanlah
Digital Preservation Coalition (DPC) yang bertujuan untuk mengamankan
pelestarian sumber daya digital di Inggris.
Pada Desember 2000 didirikan program infrastruktur dan Pelestarian
informasi Digital Nasional oleh Library of Congress yang bertujuan untuk mengembangkan strategi
pengumpulan dan pelestarian sumber daya digital nasional untuk membentuk kemitraan
dan membentuk jaringan dan membantu mengidentifikasi dan menajga konten digital
dan untuk pengembangan alat, model dan metode untuk pelestarian digital.
Inisiatif dan kolaborasi ini menugaskan laporan tentang kegiatan pelestarian
digital internasional.
Pada bulan Juni 2004, congress of library mengumumkan akan
berkolaborasi dengan Stanford dan Harvard dalam penanganan arsip yang dilakukan
untuk mengidentifikasi bagaimana cara menjaga arsip digital. Hasil dari
penelitian ini mencakup identifikasi yang lebih jelas, biaya yang lebih hemat,
dokumentasi dan penyebaran metode kerja untuk melestraikan bahan digital.
Proyek ini membutuhkan waktu 3 tahun untuk mengidentifikasi, mengumpulkan dan
melestarikan bahan digital nasional.
Selanjutnya Paradisec didirikan pada 1950-an sampai 1960-an yang
menyediakan fasilitas untuk mengakses, membuat catalog, mendigitalkan dan
melestraikan sumber daya digital. Paradisec adalah contoh kolaborasi untuk
mencapai hasil pelestarian digital dalam skala besar tujuannya adalah untuk
memberikan panduan kepada orang ttentang bagaimana melakukan pelestarian
digital. Selain itu pula didirikan Strategi Pelestarian Digital yang memiliki 3
tujuan utama dalam kegiatan pelestarian digital yaitu:
1.
Menetapkan praktik terbaik dan
pdoman pelestarian digital dan menyebarluaskannya
2.
Menghasilkan dukungan dan dana
kolaboratif dan mempromosikan kerja sama dengan lembaga di seluruh dunia
3.
Mengembangkan strategi pelestarian
digital jangka panjang untuk bahan digital yang relevan dengan pendidikan
tinggi di Inggris.[2]
E.
Kolaborasi
Preservasi Digital di Indonesia
Kerjasama bidang pengadaan koleksi perpustakaan, untuk
memenuhi kebutuhan penggunanya perpustakaan harus terus menambah jumlah koleksi
yang ada baik cetak maupun elektronik. Untuk pengadaan koleksi yang sesuai
dengan kebutuahn pengguna tidaklah
mudah karena perpustakaan terbentur
oleh dana. Sehingga perlu adanya
kerjasama dalam hal pengadaan koleksi perpustakaan. Contohnya kerjasama
perpustakaan antara Indonesia- Malaysia
dalam hal pengadaan koleksi adalah k@borneo, dimana anggota- anggota k@borneo
saling bekerjasma untuk mengidentifikasi dan
menghimpun koleksi tentang borneo.
Kerjasama bidang preservasi koleksi perpustakaan, preservasi
adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar koleksi
perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Tujuan dari preservasi adalah
agar koleksi selalu tersedia dan siap dipakai oleh pengguna. Kadang
perpustakaan tidak mempunyai tenaga ahli atau juga alat untuk melakukan
preservasi terutama untuk koleksi-koleksi kuno yang memerlukan perawatan ekstra. Salah satu bentuk kerjasama
bidang preservasi adalah yang dilakuakn oleh k@borneo yaitu dengan memelihara
dan merawat peninggalan sejarah budaya borneo agar dapat terus digunakan
sebagaimana mestinya.
Kerjasama dan jaringan perpustakaan antara Indonesia- Malaysia
yang dilakukan selama ini lebih menekankan pada kebudayaan dimana hal tersebut
dikarenakan adanya persamaan kebudayaan (serumpun) sehingga kerjasama yang
dilakukan lebih menitik beratkan pada mengidentifikasi dan memelihara sumber
sumber informasi budaya borneo. Kedepan kerjasama antara Indonesia Malaysia
khususnya di bidang librarianship diharapkan
dapat ditingkatkan terutama dalam hal pengembangan teknologi dan bisa saling
mendapatkan keuntungan.[3]
F. Tantangan
Untuk Masa Depan Pelestarian Digital
Tantangan untuk Masa Depan
Pelestarian Digital adalah aspek kunci dari sebagian besar kegiatan pelestarian
digital. Kurangnya kesadaran akan masalah pelestarian digital oleh para
pemangku kepentingan, kurangnya keterampilan yang diperlukan untuk melestarikan
bahan digital, kurangnya pendekatan internasional yang disepakati, kekurangan
model praktis yang digunakan untuk praktik pelestarian dasar, dan kurangnya
dana secara berkelanjutan untuk mengatasi masalah pelestarian digital, semuanya
berkontribusi pada masalah.
Namun
dalam preservasi digital ini tentu memiliki beberapa keuntungan yaitu:
a. Remote Access:
Menghubungkan orang secara global dengan menyediakan lanjutan akses online secara gratis.
b. Akses Gratis: Salah
satu keuntungan digitalisasi yang paling penting adalah beberapa Access
dokumen. Jika naskah
dalam format fisik,
maka dapat ditangani
oleh hanya satu
orang di periode
tertentu, tetapi melalui
proses digitalisasi, beberapa
pengguna dapat mengakses dokumen
pada suatu waktu.
c. Pelestarian dan
Konservasi: Mengatasi kehilangan
kerusakan informasi karena lingkungan, kebodohan, dan kehancuran.
d. Sosialisasi dan
Promosi: Menyimpan informasi
berharga dan mencerahkan masa
depan. Penyebaran pengetahuan
dan budaya melalui
internet adalah fenomena
di abad 21[4]
Terlepas
dari keuntungan di atas tentu terdapat hambatan dalam preservasi digital. Berikut merupakan
hambatan dalam melestarikan warisan digital:
a. Keusangan
cepat yang mengakibatkan sebagian besar dari etos yang digerakkan pasar
b. Pencipta
bahan digital dan pemangku kepentingan lainnya mungkin kehilangan minat
c. Kurangnya
kesadaran digital masalah pelestarian oleh pemangku kepentingan hak kekayaan
intelektual / manajemen hak digital, keusangan teknologi, biaya, dan peran dan
tanggung jawab.
Berikut
merupakan cara untuk menghadapi tantangan dalam pelestarian digital:
1)
Mengembangkan standar untuk pelestarian
digital dan mendorong penggunaannya. Pengembangan dan penerapan standar
tantangan untuk masa depan pelestarian digital adalah aspek kunci dari sebagian
besar kegiatan pelestarian digital. Manfaat menggunakan standar termasuk
peluang untuk peningkatan interoperabilitas, lebih sedikit masalah dan ekonomi
yang lebih besar terkait dengan membatasi jumlah format file yang ditangani,
dan fasilitasi kolaborasi. Tingkat perubahan yang cepat terkait dengan
teknologi, misalnya, keusangan cepat format file sebagai format baru
menggantikannya, berarti bahwa pemantauan dan pemeliharaan standar harus
konstan dan berkelanjutan.
2) Mempengaruhi
pembuatan data jika memungkinkan. Mendorong penerapan standar seperti standar
metadata, dan format file non-kepemilikan 'yang akan memperpanjang masa efektif
dari sarana akses yang tersedia dan mengurangi berbagai masalah yang tidak
diketahui yang harus dikelola adalah tantangan yang harus diatasi untuk
memastikan pelestarian digital yang efektif. Ini terkait dengan kebutuhan untuk
melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses tersebut.
3) Meningkatkan
kolaborasi dan melibatkan pemangku kepentingan dalam pelestarian digital.
Bekerja secara kolaboratif seringkali merupakan cara yang efektif biaya untuk
membangun program pelestarian dengan cakupan luas, dukungan timbal balik, dan
keahlian yang diperlukan. Tantangan terbesar adalah dalam mengidentifikasi
pemangku kepentingan dan mitra potensial dan melibatkan mereka dalam kegiatan
kolaboratif; tantangan lain terletak pada pengelolaan kegiatan kolaboratif
sehingga efektif dan menguntungkan semua peserta.
4) Mengembangkan
kebijakan tentang pelestarian digital. Kebijakan yang diartikulasikan dengan
jelas, seperti kerangka kerja kebijakan tertulis dengan 'umur panjang digital
sebagai tujuan eksplisit meskipun tidak dicatat secara rinci dalam bab-bab
sebelumnya, dianggap sebagai persyaratan penting untuk pelestarian digital yang
efektif. Salah satu aspek dari kebijakan, dan mungkin satu di mana tantangan
terbesar terletak, adalah keputusan tentang siapa yang akan bertanggung jawab,
kritis karena materi digital membutuhkan perhatian terus-menerus dan
berkelanjutan untuk memastikan pelestariannya. 'Penerimaan tanggung jawab harus
dinyatakan secara eksplisit dan bertanggung jawab.
5) Memastikan
bahwa hak-hak hukum tidak menghalangi pelestarian digital. Tantangan utama
timbul dari konflik antara kepemilikan dan kendali atas kekayaan intelektual,
di satu sisi, dan kebutuhan lembaga warisan budaya untuk mengumpulkan dan
menyalin untuk tujuan pelestarian, di sisi lain. Upaya berkelanjutan diperlukan
untuk mengubah undang-undang untuk memastikan hak yang memadai untuk
mengumpulkan dan menyalin materi digital untuk tujuan pelestarian.
6) Menentukan
materi digital mana, dan atribut apa dari mereka, sangat penting untuk
mempertahankan akses. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa kita akan
segera berada pada tahap di mana secara teknis layak untuk mengumpulkan semua
bahan digital, sebagian besar komentator menghargai bahwa tidak praktis untuk
mengumpulkan semuanya, sehingga diperlukan pemilihan bahan digital. Selain itu,
keputusan tentang atribut materi digital yang harus kita lestarikan diperlukan.
Kebijakan dan pedoman pemilihan yang diartikulasikan dengan jelas harus
dikembangkan dan pemahaman yang lebih baik tentang atribut materi digital yang
memengaruhi keasliannya harus dicapai.
7) Mengintegrasikan
pelestarian digital ke dalam operasi utama. Sekarang diakui bahwa kelayakan
program pelestarian digital yang sedang berlangsung dikompromikan jika mereka
bergantung pada pendanaan proyek jangka pendek, dan bahwa mereka perlu
sepenuhnya dimasukkan ke dalam kegiatan utama lembaga.
8) Mengambil
tindakan sekarang, bahkan jika dalam skala kecil. Sampai sekarang, belum ada
teknik yang disepakati secara luas untuk pelestarian digital, meskipun
benih-benih perjanjian mulai berkecambah. Nasihat saat ini dari lembaga warisan
dengan pengalaman pelestarian digital yang signifikan adalah 'mengambil langkah
aktif sekarang, bahkan yang kecil, yang akan menjaga akses untuk "masa
depan yang dapat dikelola", sementara juga merencanakan untuk pendekatan
jangka panjang apa pun yang tampaknya paling praktis.
9) Mempertahankan
akses ke bahan digital yang diawetkan. Mungkin tantangan terbesar yang dihadapi
dalam pelestarian digital adalah untuk mempertahankan akses kemampuan untuk
menyajikan elemen-elemen penting dari materi digital otentik, untuk
melestarikan bahan-bahan digital.
10) Mengembangkan
data biaya yang lebih baik. Ada kekurangan data yang dapat diandalkan tentang
biaya pelestarian digital, sebagian karena tekniknya berkembang pesat seiring
dengan pengetahuan kami tentang persyaratan yang matang, sebagian karena jumlah
data digital yang besar, dan sebagian karena biaya yang berkelanjutan). Data
biaya yang lebih baik diperlukan segera Jika tidak ada, tindakan seperti
mengamankan pendanaan dan menentukan tanggung jawab untuk pelestarian digital
akan terhambat.
11) Mengamankan
dana untuk pelestarian digital. Seperti disebutkan di atas, penekanan pada
pendanaan proyek jangka pendek tidak kondusif bagi kelangsungan jangka panjang
pelestarian digital. Mengamankan pendanaan jangka panjang mensyaratkan bahwa
lembaga pendanaan dan master politik harus diyakinkan tentang perlunya
pelestarian informasi digital. Ini mungkin, sebagian, diatasi dengan
keberhasilan dalam mengatasi salah satu tantangan yang disebutkan di atas -
mengintegrasikan pelestarian digital ke dalam operasi utama
12) Meningkatkan
kesadaran tentang pelestarian digital. Pelestarian digital akan dimasukkan ke
dalam kegiatan utama, akan menarik dana yang aman, akan menarik sumber daya
yang tepat seperti tenaga terampil, dan dalam hal lain akan mencapai kematangan
hanya ketika kesadaran akan ditingkatkan di semua tingkatan, dari politik ke
individu.
13)
Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan
untuk pelestarian digital.
Salah satu hal tersulit adalah melanjutkan
pendanaan. Merupakan tantangan yang berkelanjutan untuk terus mendanai program.
Satu masalah yang terus menghalangi upaya mendapatkan pendanaan yang
berkelanjutan adalah kurangnya pengetahuan konkret tentang berapa biayanya. Faktor
utama yang memengaruhi keputusan di banyak lembaga adalah berapa biayanya, dan
mereka mendesak pengembangan pemodelan biaya yang lebih baik.
Dengan biaya yang cukup maka motivasi yang
dirasakan cukup untuk
1) Mendorong
pihak untuk mengakui kebutuhan untuk mengambil tindakan untuk mengamankan
kelangsungan jangka panjang dari bahan digital di mana mereka adalah pemangku
kepentingan.
2) Mendorong
pihak untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi bertujuan untuk memastikan
kelangsungan jangka panjang dari bahan digital.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pentingnya
pelestarian digital untuk menjaga warisan bahan-bahan pustaka inilah yang
memunculkan iniasiatif dari para pustakawan untuk berkolaborasi atau bekerja
sama antara atu organisasi dengan organisasi lain dalam melakukan kegiatan preservasi/pelestarian
bahan digital.
Tantangan untuk masa depan
pelestarian digital berupa hambatan untuk melestarikan warisan digital.
Tantangannya bukan hanya teknis, tantangannya juga mencakup masalah sosial,
politik, dan ekonomi berikut merupakan cara untuk menghadapi tantangan dalam
pelestarian digital.
B. Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas maka kami menyarankan kepada para pustakawan untuk melakukan
kolaborasi dalam melakukan pelestarian digital. Sehingga dapat belajar dan
bekerja sama dalam menghadapi tantangan preservasi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Harvey,
Ross.,2005. Preserving Digital Materials. Die Deutsche Bibliothek
Istiana,
Purwani. 2016. Kolaborasi Perpustakaan & Stakeholder, Jurnal ilmu
Perpustakaan & Informasi (JIPI): UINSU
Puspita Sari Dyah. Kerjasama Dan Jaringan
Perpustakaan Antara Indonesia-Malaysia Indonesia-Malaysia Library Cooperation
And Networkin. Universitas Airlangga.
Sumarni, S L Rahmi. 2018. Isu Preservasi Digital
- Shaut Al-Maktabah: Jurnal Perpustakaan, Arsip
[1]
Purwani Istiana, Kolaborasi Perpustakaan & Stakeholder, (Jurnal ilmu Perpustakaan & Informasi (JIPI): UINSU,
2016) Hlm. 242
[2]
Ross Harvey, Preserving Digital Materials. Die Deutsche Bibliothek,2005.
Hlm. 161
[3]
Dyah Puspita Sari, Kerjasama Dan Jaringan Perpustakaan Antara
Indonesia-Malaysia Indonesia-Malaysia Library Cooperation And Networkin. Universitas
Airlangga. Hal. 10-11
[4] S
Sumarni, L Rahmi - Shaut Al-Maktabah: Jurnal Perpustakaan, Arsip, Isu
Preservasi Digital…, 2018, hal 129
No comments:
Post a Comment