Wednesday, 10 June 2020

KOLABORASI DALAM PELESTARIAN DIGITAL SERTA TANTANGAN PELESTARIAN DIGITAL DI MASA DEPAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang............................................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

C.     Tujuan............................................................................................................................ 1

BAB II KOLABORASI DALAM PELESTARIAN DIGITAL SERTA TANTANGAN PELESTARIAN DIGITAL DI MASA DEPAN

A.    Pengertian Kolaborasi Dalam Pelestarian Digital......................................................... 2

B.     Faktor Pendorong Terjadinya Kolaborasi Dalam Pelestarian Digital........................... 3

C.     Hasil dan Manfaat Kerjasama Perpustakaan dalam preservasi Digital......................... 4

D.    Kolaborasi Preservasi Digital Internasional.................................................................. 6

E.     Kolaborasi Preservasi Digital di Indonesia................................................................... 9

F.      Tantangan Untuk Masa Depan Pelestarian Digital..................................................... 10

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan.................................................................................................................. 14

B.     Saran............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 15

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kolaborasi dalam kegiatan pelestarian digital yang dilakukan oleh berbagai lembaga perpustakaan maupun kearsipan dalam menjaga tulisan, bahan pustaka maupun arsip dalam bentuk digital. Alasan untuk berkolaborasi adalah Akses ke berbagai keahlian yang lebih luas  Biaya pengembangan bersama, Akses ke alat dan sistem yang mungkin tidak tersedia, Kesempatan belajar bersama. Inisiatif pelestarian digital atau kolaborasi yang didirikan sejak awal agar tersedia atau dapat diterapkan untuk peserta dari negara mana pun, atau mereka yang peduli dengan bahan digital dari mana saja di dunia, tanpa batasan geografis, seperti negara atau negara, atau batasan sektoral, seperti perpustakaan penelitian.

Tantangan untuk masa depan pelestarian digital adalah aspek kunci dari sebagian besar kegiatan pelestarian digital. Kurangnya kesadaran akan masalah pelestarian digital oleh para pemangku kepentingan, kurangnya keterampilan yang diperlukan untuk melestarikan bahan digital, kurangnya pendekatan internasional yang disepakati, kekurangan model praktis yang digunakan untuk praktik pelestarian dasar, dan kurangnya dana secara berkelanjutan untuk mengatasi masalah pelestarian digital, semuanya berkontribusi pada masalah.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian kolaborasi dalam pelestarian digital?

2.      Apa faktor pendorong terjadinya kolaborasi dalam pelestarian digital?

3.      Apa hasil dan manfaat kerjasama perpustakaan dalam preservasi digital?

4.      Bagaimana kolaborasi preservasi digital internasional?

5.      Bagaimana kolaborasi preservasi digital di indonesia?

6.      Apa tantangan untuk masa depan pelestarian digital?

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui  pengertian kolaborasi dalam pelestarian digital?

2.      Untuk mengetahui faktor pendorong terjadinya kolaborasi dalam pelestarian digital?

3.      Untuk mengetahui hasil dan manfaat kerjasama perpustakaan dalam preservasi digital?

4.      Untuk mengetahui kolaborasi preservasi digital internasional?

5.      Untuk mengetahui kolaborasi preservasi digital di indonesia?

6.      Untuk mengetahui tantangan untuk masa depan pelestarian digital?

BAB II

KOLABORASI DALAM PELESTARIAN DIGITAL SERTA TANTANGAN PELESTARIAN DIGITAL DI MASA DEPAN

A.    Pengertian Kolaborasi Dan Inisiatif Dalam Pelestarian Digital

Kolaborasi merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Kolaborasi adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-masing. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) Kolaborasi berarti kerja sama. Pengertian kerjasama adalah dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu atau bersinergi yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu. Konsep sinergi disini maksudnya adalah kegiatan bersama mau melakukan untuk kerja atau kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan kegiatan masing-masing (Sulistyo-Basuki, 1992). Kolaborasi merupakan praktek bekerja sama dimana individu atau lembaga yang bekerja sama memiliki tujuan yang sama, untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.[1] Berdasarkan hal tersebut maka kerjasama antar perpustakaan adalah kerjasama yang melibatkan dua perpustakaan atau lebih dengan keseepakatan tertentu.

Kolaborasi salah satu ciri dari agenda pelestarian digital adalah bahwa kolaborasi tertanam kuat di dalamnya dan telah terjadi sejak awal kompilasi. Kemitraan selalu penting dalam komunitas pelestarian digital. Sejak awal sudah jelas bahwa tidak ada seorang pun di dalam organisasi - apakah perpustakaan, pemerintah atau akademis - dapat secara memadai mengarsipkan, melestarikan dan terus menyediakan akses ke materi digital, bahkan dengan kriteria seleksi yang ketat. Tentu saja kegiatan kolaboratif semakin jelas di semua tingkatan, dan kolaborasi semakin dilihat.

 


 

B.     Faktor Pendorong Terjadinya Kolaborasi Dalam Pelestarian Digital

Alasan dilakukannya kerjasama perpustakaan antara lain :

1)      Meningkatnya jumlah buku yang diterbitkan setiap tahun,

2)      Semakin banyaknya jenis media,

3)      Kebutuhan pemakai yang semakin komplek,

4)      Tuntutan    masyarakat untuk mendapatkan informasi dimanapun dankapanpun,

5)      Semakin berkembangnya  Information Communication Technology (ICT), dan

6)      Untuk penghematan sumber dana perpustakaan.

Sedangkan menurut saleh (2003) ada beberapa faktor yang mendorong perpustakaan untuk saling bekerjasama yaitu

1)      Adanya peningkatan luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan membawa pengaruh semakin banyak buku yang ditulis tentang pengetahuan tersebut;

2)      Meluasnya kegiatan pendidikan, mendorong semakin banyaknya dan semakin beraneka ragamnya permintaan pemakai yang dari hari ke hari semakin banyak memerlukan informasi;

3)      Kemajuan dalam bidang teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap industri dan perdagangan serta perlunya pimpinan serta karyawan mengembangkan ketrampilan dan teknik baru;

4)      Berkembangnya kesempatan dan peluang bagi kerjasama internasional dan lalu lintas internasional;

5)      Berkembangnya teknologi informasi, terutama dalam bidang komputer dan telekomunikasi,        

6)      Tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan informasi yang sama;

7)      Kerjasama memungkinkan penghematan fasilitas, biaya, SDM dan waktu.

Alasan lain yang menarik untuk berkolaborasi adalah ketidakpastian tentang di mana tanggung jawab untuk melestarikan materi digital berada. Penulis didorong untuk berkolaborasi dalam mengarsipkan karya mereka sendiri di repositori digital berbasis universitas, misalnya. Penerbit jurnal bekerja sama dengan perpustakaan atau organisasi berbasis perpustakaan.

 


 

C.    Hasil dan Manfaat Kerjasama Perpustakaan dalam preservasi Digital

Ada beberapa hasil dan  manfaat yang diperoleh dengan dari kerjasama perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi walaupun tidak menutup kemungkinan beberapa hasil tersebut dapat diperoleh tanpa menggunakan teknologi informasi seperti:

1)      Terbentuknya sebuah catalog induk yang merupakan catalog bersama antar perpustakaanyang      salang bekerjasama. Atau bisa juga saling berbagi catalog yang dimiliki. Hal ini semakin mudah dilakukan dengan adanay teknologi informasi;

2)      Manajemen            koleksi, dengan pengertian bahwa dalam kerjasama tersebut perpustakaan bisa membuat kesepakatan untuk saling berbagi pemenuhan kebutuhan informasi tertentu sehingga tidak terjadi duplikasi koleksi;

3)      Manajemen preservasi koleksi yang mereka miliki;

4)      Saling berbagi sumber daya yang dimilki seperti koleksi perpustakaan, ruangan dan juga tenaga perpustakaan. Anggota jaringan perpustakaan dapat meminjam koleksi di perpustakaan manapun yang tergabung dalam jaringan tersebut dengan ketentuan yang sudah diatur;

5)      Layanan referens dan referral, yaitu layanan jasa bantuan pencarian informasi dengan subjek-subjek tertentu yang dilakuakn oleh para subject guide di perpustakaan masing-masing;

6)      Selain itu juga ada pelatihan staf perpustakaan dan juga pengembangan kemampuan dengan cara magang di perpustakaan lainnya.

Dalam melakukan kerjasama tidak semuanya dapat berjalan mulus tanpa ada kendala. Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh perpustakaan dalam menjalain kerjasama dan jaringan perpustakaan seperti : perlunya biaya tinggi dengan hasil yang minimal, tidak adanya pengurangan terhadap biaya yang harus mereka keluarkan setelah melakukan kerjasama atau bahkan mereka mengeluarkan biaya lebih banyak lagi setelah melakukan kerjasama, layanan yang diberikan tidak terlalu  memuaskan, berkurangnya otonomi perpustakaan tersebut, adanya konflik kebijakan diantara perpustakaan dan kurangnya pendanaan dari luar.

 


 

Menurut UNESCO pedoman mengidentifikasi manfaat kolaborasi sebagai:

1)      Akses ke berbagai keahlian yang lebih luas

2)      Biaya pengembangan bersama

3)      Akses ke alat dan sistem yang mungkin tidak tersedia

4)      Kesempatan belajar bersama

5)      Peningkatan cakupan bahan yang disimpan

6)      Perencanaan yang lebih baik untuk mengurangi upaya yang sia-sia

7)      Dorongan bagi pemangku kepentingan berpengaruh lainnya untuk melakukan pelestarian dengan serius

8)      Pengaruh bersama pada perjanjian dengan produsen

9)      Pengaruh bersama pada penelitian dan pengembangan standar dan praktik

10)  Daya tarik sumber daya dan dukungan lainnya untuk program yang terkoordinasi dengan baik di tingkat regional, nasional atau sektoral

Inisiatif dan kolaborasi internasional  pada dua jenis program.

1.      Inisiatif pelestarian digital atau kolaborasi yang didirikan sejak awal agar tersedia atau dapat diterapkan untuk peserta dari negara mana pun, atau mereka yang peduli dengan bahan digital dari mana saja di dunia, tanpa batasan geografis, seperti negara atau negara, atau batasan sektoral, seperti perpustakaan penelitian.

2.      Inisiatif atau kolaborasi yang awalnya didirikan dengan batasan geografis atau sektoral, tetapi sejak itu tersedia untuk komunitas internasional.


 

D.    Kolaborasi Preservasi Digital Internasional

Beberapa kolaborasi internasional berbeda dalam hal mereka dimaksudkan terutama untuk mendidik, menginformasikan, dan melobi, daripada membangun layanan yang melakukan pelestarian bahan digital. UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB) telah mengambil peran penting dalam mempromosikan pelestarian digital. Konferensi umum pada tahun 2001 mengadopsi resolusi yang menarik perhatian pada kebutuhan untuk melindungi warisan digital yang terancam punah.  UNESCO mengontrak Perpustakaan Nasional Australia untuk mengembangkan pedoman pelestarian digital. Pedoman Pelestarian Warisan Digital ini tersedia melalui situs web UNESCO pada tahun 2003. Mereka adalah produk dari proses konsultasi internasional yang luas dengan semua tingkat kelompok kepentingan, dari pemerintah hingga pakar individu. Pendahuluan Pedoman menyatakan bahwa niat mereka adalah untuk memperkenalkan 'pedoman umum dan teknis untuk pelestarian dan aksesibilitas berkelanjutan dari warisan digital dunia yang terus berkembang' dan bahwa mereka dimaksudkan untuk melengkapi Piagam Pelestarian Warisan Digital. Mereka paling baik dilihat sebagai 'panduan untuk pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab oleh manajer program' dan tidak mengklaim untuk menjawab 'setiap pertanyaan teknis dan praktis yang akan muncul dalam mengelola program pelestarian digital', lebih mengandalkan membangun dan menyatakan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan.

RLG (www.rlg.org) RLG, didirikan sebagai Kelompok Perpustakaan Penelitian pada tahun 1974, adalah aliansi nirlaba perpustakaan, arsip, museum, dan masyarakat bersejarah dengan koleksi penelitian yang kuat. RLG didirikan untuk menyediakan mekanisme aksi kolaboratif pada masalah yang dihadapi koleksi penelitian. Pelestarian selalu menjadi perhatian utama RLG, yang ditunjukkan baru-baru ini oleh aktivitas pelestarian digitalnya yang signifikan, khususnya dalam advokasi dan peningkatan kesadaran dan dalam pengembangan standar. Kegiatan advokasi dan peningkatan kesadaran RLG termasuk publikasi sejak 1997 dari jurnal elektronik RLG DigiNews. Mungkin aktivitasnya yang paling berpengaruh dalam pelestarian digital adalah keikutsertaannya, dengan Komisi Pelestarian dan Akses, dalam Satuan Tugas Pengarsipan Informasi Digital.

Bibliotheek telah aktif dalam penelitian pelestaran digital, berpartisipasi dengan kelompok kerja internasional aktif dalam kolaborasi  pelestarian digital lainnya. Pada bulan april 2003 Arsip Nasional (inggris) meluncurkan arsip digital dengan menyimpan, melestarikan dan menyediakan akses ke catatan elektronik pemerintah. Sistem berbasis tape juga dirancang untunk menangani berbagai catatan elektronik seperti dokumen, email, file, audio dan video dengan melakukan pemeriksaan kualitas, mengidentifikasi format file, memindai virus dan lain sebagainya. Pentingnya arsip digital telah diakui karena memberikan dampak positif di lembaga-lembaga inggris.

Kurasi digital mencakup pengarsipan data, pelestarian digital, dan penilaian data di seluruh siklusnya. Pusat Kurasi Digital akan memberikan fokus nasional untuk berinisiatif dalam pelestarian digital dan masalah kolaborasi untuk mengelolah semua hasil penelitian dalam  format digital. Tujuan utama dari Pusat Kurasi Digital adalah peningkatan berkelanjutan dalam kualitas kurasi data dan pelestarian digital. Pusat Kurasi Digital tidak berperan dalam penyimpanan data melainkan khusus untuk memimpin program penelitian yang menangani masalah kurasi digital, membuat jaringan untuk menyatukan dan mendukung  para curator. Pusat Kurasi Digital secara resmi diluncurkan pada November 2004.

Selanjutnya, Layanan Data Seni dan Humaniora adalah federasi dari 5 layanan arsip data bertugas mengumpulkan, melestarikan, catalog dan mendistribusikan sumber daya digital yang relevan dengan bidang subjek mereka. Tujuan dari kolaborasi ini adalah untuk melestarikan materi penelitian digital yang berkembang pesat yang dihasilkan oleh komunitas seni, humaniora dan sebagainya. Inisiatif dan kolaborasi nasional penting untuk pelestarian digital dan sebagai contoh awal kolaborasi dalam pengarsipan data yang dikelola secara terpusat .

Selain itu terdapat pula pengarsipan web oleh Perpustakaan Inggris, Arsip Nasional Inggris dan Perpustakan Nasional Scotlandia dan Wales yang memiliki tujuan untuk menyelidiki solusi pengarsipan untuk bahan web Inggris. Kolaborasi ini dilakukan untuk mempromosikan kegiatan pelestarian bahan digital di Inggris untuk memajukan pengembangan kolaborasi ini maka didirikanlah Digital Preservation Coalition (DPC) yang bertujuan untuk mengamankan pelestarian sumber daya digital di Inggris.

Pada Desember 2000 didirikan program infrastruktur dan Pelestarian informasi Digital Nasional oleh Library of Congress  yang bertujuan untuk mengembangkan strategi pengumpulan dan pelestarian sumber daya digital nasional untuk membentuk kemitraan dan membentuk jaringan dan membantu mengidentifikasi dan menajga konten digital dan untuk pengembangan alat, model dan metode untuk pelestarian digital. Inisiatif dan kolaborasi ini menugaskan laporan tentang kegiatan pelestarian digital internasional.

Pada bulan Juni 2004, congress of library mengumumkan akan berkolaborasi dengan Stanford dan Harvard dalam penanganan arsip yang dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana cara menjaga arsip digital. Hasil dari penelitian ini mencakup identifikasi yang lebih jelas, biaya yang lebih hemat, dokumentasi dan penyebaran metode kerja untuk melestraikan bahan digital. Proyek ini membutuhkan waktu 3 tahun untuk mengidentifikasi, mengumpulkan dan melestarikan bahan digital nasional.

Selanjutnya Paradisec didirikan pada 1950-an sampai 1960-an yang menyediakan fasilitas untuk mengakses, membuat catalog, mendigitalkan dan melestraikan sumber daya digital. Paradisec adalah contoh kolaborasi untuk mencapai hasil pelestarian digital dalam skala besar tujuannya adalah untuk memberikan panduan kepada orang ttentang bagaimana melakukan pelestarian digital. Selain itu pula didirikan Strategi Pelestarian Digital yang memiliki 3 tujuan utama dalam kegiatan pelestarian digital yaitu:

1.      Menetapkan praktik terbaik dan pdoman pelestarian digital dan menyebarluaskannya

2.      Menghasilkan dukungan dan dana kolaboratif dan mempromosikan kerja sama dengan lembaga di seluruh dunia

3.      Mengembangkan strategi pelestarian digital jangka panjang untuk bahan digital yang relevan dengan pendidikan tinggi di Inggris.[2]


 

E.     Kolaborasi Preservasi Digital di Indonesia

Kerjasama bidang pengadaan koleksi perpustakaan, untuk memenuhi kebutuhan penggunanya perpustakaan harus terus menambah jumlah koleksi yang ada baik cetak maupun elektronik. Untuk pengadaan koleksi yang sesuai dengan kebutuahn pengguna tidaklah mudah karena perpustakaan terbentur oleh dana. Sehingga perlu adanya kerjasama dalam hal pengadaan koleksi perpustakaan. Contohnya kerjasama perpustakaan antara Indonesia- Malaysia dalam hal pengadaan koleksi adalah k@borneo, dimana anggota- anggota k@borneo saling bekerjasma untuk  mengidentifikasi         dan menghimpun koleksi tentang borneo.

Kerjasama bidang preservasi koleksi perpustakaan, preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama mungkin. Tujuan dari preservasi adalah agar koleksi selalu tersedia dan siap dipakai oleh pengguna. Kadang perpustakaan tidak mempunyai tenaga ahli atau juga alat untuk melakukan preservasi terutama untuk koleksi-koleksi kuno yang memerlukan perawatan ekstra. Salah satu bentuk kerjasama bidang preservasi adalah yang dilakuakn oleh k@borneo yaitu dengan memelihara dan merawat peninggalan sejarah budaya borneo agar dapat terus digunakan sebagaimana mestinya.

Kerjasama dan jaringan perpustakaan antara Indonesia- Malaysia yang dilakukan selama ini lebih menekankan pada kebudayaan dimana hal tersebut dikarenakan adanya persamaan kebudayaan (serumpun) sehingga kerjasama yang dilakukan lebih menitik beratkan pada mengidentifikasi dan memelihara sumber sumber informasi budaya borneo. Kedepan kerjasama antara Indonesia Malaysia khususnya di bidang librarianship diharapkan dapat ditingkatkan terutama dalam hal pengembangan teknologi dan bisa saling mendapatkan keuntungan.[3]

 


 

F.     Tantangan Untuk Masa Depan Pelestarian Digital

            Tantangan untuk Masa Depan Pelestarian Digital adalah aspek kunci dari sebagian besar kegiatan pelestarian digital. Kurangnya kesadaran akan masalah pelestarian digital oleh para pemangku kepentingan, kurangnya keterampilan yang diperlukan untuk melestarikan bahan digital, kurangnya pendekatan internasional yang disepakati, kekurangan model praktis yang digunakan untuk praktik pelestarian dasar, dan kurangnya dana secara berkelanjutan untuk mengatasi masalah pelestarian digital, semuanya berkontribusi pada masalah.

Namun dalam preservasi digital ini tentu memiliki beberapa keuntungan yaitu:

a.       Remote Access: Menghubungkan orang secara global dengan menyediakan lanjutan  akses online secara  gratis.

b.      Akses Gratis: Salah satu  keuntungan digitalisasi  yang paling penting adalah beberapa  Access  dokumen.  Jika  naskah  dalam  format  fisik,  maka  dapat  ditangani  oleh  hanya   satu  orang  di  periode  tertentu,  tetapi  melalui  proses  digitalisasi,  beberapa  pengguna   dapat mengakses dokumen pada suatu waktu.

c.       Pelestarian  dan  Konservasi:  Mengatasi  kehilangan  kerusakan  informasi karena  lingkungan, kebodohan, dan kehancuran.

d.      Sosialisasi  dan  Promosi:  Menyimpan  informasi  berharga dan  mencerahkan  masa   depan.  Penyebaran  pengetahuan  dan  budaya  melalui  internet  adalah  fenomena  di abad 21[4]

Terlepas dari keuntungan di atas tentu terdapat hambatan dalam  preservasi digital. Berikut merupakan hambatan dalam melestarikan warisan digital:

a.       Keusangan cepat yang mengakibatkan sebagian besar dari etos yang digerakkan pasar

b.      Pencipta bahan digital dan pemangku kepentingan lainnya mungkin kehilangan minat

c.       Kurangnya kesadaran digital masalah pelestarian oleh pemangku kepentingan hak kekayaan intelektual / manajemen hak digital, keusangan teknologi, biaya, dan peran dan tanggung jawab.

Berikut merupakan cara untuk menghadapi tantangan dalam pelestarian digital:

1)      Mengembangkan standar untuk pelestarian digital dan mendorong penggunaannya. Pengembangan dan penerapan standar tantangan untuk masa depan pelestarian digital adalah aspek kunci dari sebagian besar kegiatan pelestarian digital. Manfaat menggunakan standar termasuk peluang untuk peningkatan interoperabilitas, lebih sedikit masalah dan ekonomi yang lebih besar terkait dengan membatasi jumlah format file yang ditangani, dan fasilitasi kolaborasi. Tingkat perubahan yang cepat terkait dengan teknologi, misalnya, keusangan cepat format file sebagai format baru menggantikannya, berarti bahwa pemantauan dan pemeliharaan standar harus konstan dan berkelanjutan.

2)      Mempengaruhi pembuatan data jika memungkinkan. Mendorong penerapan standar seperti standar metadata, dan format file non-kepemilikan 'yang akan memperpanjang masa efektif dari sarana akses yang tersedia dan mengurangi berbagai masalah yang tidak diketahui yang harus dikelola adalah tantangan yang harus diatasi untuk memastikan pelestarian digital yang efektif. Ini terkait dengan kebutuhan untuk melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses tersebut.

3)      Meningkatkan kolaborasi dan melibatkan pemangku kepentingan dalam pelestarian digital. Bekerja secara kolaboratif seringkali merupakan cara yang efektif biaya untuk membangun program pelestarian dengan cakupan luas, dukungan timbal balik, dan keahlian yang diperlukan. Tantangan terbesar adalah dalam mengidentifikasi pemangku kepentingan dan mitra potensial dan melibatkan mereka dalam kegiatan kolaboratif; tantangan lain terletak pada pengelolaan kegiatan kolaboratif sehingga efektif dan menguntungkan semua peserta.

4)      Mengembangkan kebijakan tentang pelestarian digital. Kebijakan yang diartikulasikan dengan jelas, seperti kerangka kerja kebijakan tertulis dengan 'umur panjang digital sebagai tujuan eksplisit meskipun tidak dicatat secara rinci dalam bab-bab sebelumnya, dianggap sebagai persyaratan penting untuk pelestarian digital yang efektif. Salah satu aspek dari kebijakan, dan mungkin satu di mana tantangan terbesar terletak, adalah keputusan tentang siapa yang akan bertanggung jawab, kritis karena materi digital membutuhkan perhatian terus-menerus dan berkelanjutan untuk memastikan pelestariannya. 'Penerimaan tanggung jawab harus dinyatakan secara eksplisit dan bertanggung jawab.

5)      Memastikan bahwa hak-hak hukum tidak menghalangi pelestarian digital. Tantangan utama timbul dari konflik antara kepemilikan dan kendali atas kekayaan intelektual, di satu sisi, dan kebutuhan lembaga warisan budaya untuk mengumpulkan dan menyalin untuk tujuan pelestarian, di sisi lain. Upaya berkelanjutan diperlukan untuk mengubah undang-undang untuk memastikan hak yang memadai untuk mengumpulkan dan menyalin materi digital untuk tujuan pelestarian.

6)      Menentukan materi digital mana, dan atribut apa dari mereka, sangat penting untuk mempertahankan akses. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa kita akan segera berada pada tahap di mana secara teknis layak untuk mengumpulkan semua bahan digital, sebagian besar komentator menghargai bahwa tidak praktis untuk mengumpulkan semuanya, sehingga diperlukan pemilihan bahan digital. Selain itu, keputusan tentang atribut materi digital yang harus kita lestarikan diperlukan. Kebijakan dan pedoman pemilihan yang diartikulasikan dengan jelas harus dikembangkan dan pemahaman yang lebih baik tentang atribut materi digital yang memengaruhi keasliannya harus dicapai.

7)      Mengintegrasikan pelestarian digital ke dalam operasi utama. Sekarang diakui bahwa kelayakan program pelestarian digital yang sedang berlangsung dikompromikan jika mereka bergantung pada pendanaan proyek jangka pendek, dan bahwa mereka perlu sepenuhnya dimasukkan ke dalam kegiatan utama lembaga.

8)      Mengambil tindakan sekarang, bahkan jika dalam skala kecil. Sampai sekarang, belum ada teknik yang disepakati secara luas untuk pelestarian digital, meskipun benih-benih perjanjian mulai berkecambah. Nasihat saat ini dari lembaga warisan dengan pengalaman pelestarian digital yang signifikan adalah 'mengambil langkah aktif sekarang, bahkan yang kecil, yang akan menjaga akses untuk "masa depan yang dapat dikelola", sementara juga merencanakan untuk pendekatan jangka panjang apa pun yang tampaknya paling praktis.

9)      Mempertahankan akses ke bahan digital yang diawetkan. Mungkin tantangan terbesar yang dihadapi dalam pelestarian digital adalah untuk mempertahankan akses kemampuan untuk menyajikan elemen-elemen penting dari materi digital otentik, untuk melestarikan bahan-bahan digital.

10)   Mengembangkan data biaya yang lebih baik. Ada kekurangan data yang dapat diandalkan tentang biaya pelestarian digital, sebagian karena tekniknya berkembang pesat seiring dengan pengetahuan kami tentang persyaratan yang matang, sebagian karena jumlah data digital yang besar, dan sebagian karena biaya yang berkelanjutan). Data biaya yang lebih baik diperlukan segera Jika tidak ada, tindakan seperti mengamankan pendanaan dan menentukan tanggung jawab untuk pelestarian digital akan terhambat.

11)   Mengamankan dana untuk pelestarian digital. Seperti disebutkan di atas, penekanan pada pendanaan proyek jangka pendek tidak kondusif bagi kelangsungan jangka panjang pelestarian digital. Mengamankan pendanaan jangka panjang mensyaratkan bahwa lembaga pendanaan dan master politik harus diyakinkan tentang perlunya pelestarian informasi digital. Ini mungkin, sebagian, diatasi dengan keberhasilan dalam mengatasi salah satu tantangan yang disebutkan di atas - mengintegrasikan pelestarian digital ke dalam operasi utama

12)   Meningkatkan kesadaran tentang pelestarian digital. Pelestarian digital akan dimasukkan ke dalam kegiatan utama, akan menarik dana yang aman, akan menarik sumber daya yang tepat seperti tenaga terampil, dan dalam hal lain akan mencapai kematangan hanya ketika kesadaran akan ditingkatkan di semua tingkatan, dari politik ke individu.

13)   Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk pelestarian digital.

Salah satu hal tersulit adalah melanjutkan pendanaan. Merupakan tantangan yang berkelanjutan untuk terus mendanai program. Satu masalah yang terus menghalangi upaya mendapatkan pendanaan yang berkelanjutan adalah kurangnya pengetahuan konkret tentang berapa biayanya. Faktor utama yang memengaruhi keputusan di banyak lembaga adalah berapa biayanya, dan mereka mendesak pengembangan pemodelan biaya yang lebih baik.

Dengan biaya yang cukup maka motivasi yang dirasakan cukup untuk

1)      Mendorong pihak untuk mengakui kebutuhan untuk mengambil tindakan untuk mengamankan kelangsungan jangka panjang dari bahan digital di mana mereka adalah pemangku kepentingan.

2)      Mendorong pihak untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi bertujuan untuk memastikan kelangsungan jangka panjang dari bahan digital.

 


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pentingnya pelestarian digital untuk menjaga warisan bahan-bahan pustaka inilah yang memunculkan iniasiatif dari para pustakawan untuk berkolaborasi atau bekerja sama antara atu organisasi dengan organisasi lain dalam melakukan kegiatan preservasi/pelestarian bahan digital.

            Tantangan untuk masa depan pelestarian digital berupa hambatan untuk melestarikan warisan digital. Tantangannya bukan hanya teknis, tantangannya juga mencakup masalah sosial, politik, dan ekonomi berikut merupakan cara untuk menghadapi tantangan dalam pelestarian digital.

B.     Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami menyarankan kepada para pustakawan untuk melakukan kolaborasi dalam melakukan pelestarian digital. Sehingga dapat belajar dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan preservasi di masa depan.


 

DAFTAR PUSTAKA

Harvey, Ross.,2005. Preserving Digital Materials. Die Deutsche Bibliothek

Istiana,  Purwani. 2016. Kolaborasi Perpustakaan & Stakeholder, Jurnal ilmu Perpustakaan & Informasi (JIPI): UINSU

Puspita Sari Dyah. Kerjasama Dan Jaringan Perpustakaan Antara Indonesia-Malaysia Indonesia-Malaysia Library Cooperation And Networkin. Universitas Airlangga.

Sumarni, S L Rahmi. 2018. Isu Preservasi Digital - Shaut Al-Maktabah: Jurnal Perpustakaan, Arsip

 



[1] Purwani Istiana,  Kolaborasi Perpustakaan & Stakeholder, (Jurnal ilmu Perpustakaan & Informasi (JIPI): UINSU, 2016) Hlm. 242

 

[2] Ross Harvey, Preserving Digital Materials. Die Deutsche Bibliothek,2005. Hlm. 161

[3] Dyah Puspita Sari, Kerjasama Dan Jaringan Perpustakaan Antara Indonesia-Malaysia Indonesia-Malaysia Library Cooperation And Networkin. Universitas Airlangga. Hal. 10-11

[4] S Sumarni, L Rahmi - Shaut Al-Maktabah: Jurnal Perpustakaan, Arsip, Isu Preservasi Digital…, 2018, hal 129

 


No comments:

Post a Comment

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...