Thursday, 11 June 2020

TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II

PEMBAHASAN

A.    TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia:

1.      Hamzah Fansuri

a.      Riwayat Hidupnya

Hamzah fansuri di lahirkan di kota Barus, sebuah kota yang oleh seorang Arab zaman dahulu dinamai “fasur” itulah sebab nya dibelakang nama nya di sebut fansuri. Hamzah fansuri lahir di Sumatera Utara, Akhir Abad XVI awal abad XVII[1].

Hamzah fansuri sebagai seorang ulama besar pernah melakukan lawatan ketimur tengah mengunjungi beberapa pusat pengetahuan islam, termasuk Mekkah, Madinah, Yerusallem, dan Baghdad, dimana di inisiasi kedalam tarekat Qadariyah[2].

Hamzah fansuri adalah seorang ahli tasawuf asli Melayu yang suka mengembara. Dalam pengembaraanya itulah ia mempelajari dan mengajarkan paham-paham tasawuf. Dalam pengembaraanya ia telah menjelajahi Timur Tengah,Siam,Malaya dan beberapa pulau Nusantara Indonesia. dengan lancar ia menguasai beberapa bahasa. Karena tidak heran apabila karya-karya tulisnya disebut dalam beberapa bahasa seperti dalam bahasa Arab,Persia,Melayu. Pandangan-pandangannya adalah merupakan perpaduan antara tasawuf,filsafat dan ilmu kalam.

  Hamzah fansuri digambarkan ”sebagai seorang penulis aceh yang misticim religious dan mampu menyesuaikan syair,figur dan pantun untuk ungkapan-ungkapan micism yang erotis dari syair-syair persi.

 

b.     Ajaran-Ajarannya

Untuk memudahkan pembahasaan mengenai ajaran Hamzah Fansuri

1.      Wujud Menurut Hamzah Fansuri yang disebut wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatan banyak.Atau pun semua benda-benda yang ada ini,sebenarnya adalah merupakan peryataan saja dari pada wujud yang haqiqi yang disebut “Al-haaq Ta’alaa”dan itulah Allah

2.      Allah Menurut Hamzah Fansuri adalah dzat yang mutlak dan qadim,first causal (sebab pertama). Dalam salah satu ungkapan dalam “Asror al-arifin”disebut kan”ketika bumi dan lagit belum ada syurga, dan neraka belum adaalam sekalian belum ada apa yang anda pertanyakan? yang pertama ialah dzat, pada dirinya sendiri tiada sifat dan tiada nama itulah yang pertama

3.      Penciptanya sebenarnya hakikat dari zat Al-lah itulah adalah mutlak dan la Ta’ayyunaa (tak dapat ditentukan/dilukiskan) Dzat yang mutlak itu menciptakan dengan cara menyatakan dirinya dalam suatu proses penjelmaan yaitu pengaliran keluar dari dirinya (Tanazul) dan pengaliran kembali kepada-Nya (Taraqqi)

4.      Manusia Hamzah Fansuri menggambarkan bahwa manusia ini ibarat sungai tempat berkumpulnya segala air dan mengalirkannyake laut. Tapi manusia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paliung penuh dan sempurna ia adalah aliran/pancaran langsung dari zat yang mutlak.

5.      Kelepasan menurut Hamzah Fansuri manusia adalah tingkat penjelmaan yang paling penuh dan sempurnah dari dzat yang mutlak.Pengenalan diri ini sangat penting dan Nabi Muhammad adalah seseorang yang paling sempurna mengenal dirinya karena dirinya pencipta allah.

 

2.      Abdur Rauf Singkel.

a.      Riwayat Hidupnya

Syekh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri al jawi, adalah tokoh dari Aceh, lahir difansur pada tahun 1620M dan meninggal dikuala tahun 1693 M.Beliau ini banyak belajar di negara-negara Arab seperti di Mekkah, Medinah, Jeddah. Ia pernah belajar kepada Syekh Maulana Ibrahim yang pada waktu itu berpusat di mekkh.Kemudian ia kembali ke daerah aceh dan mulai menggajar pada tahun 1661M di singkel[3]. Ia adalah guru para sufi Indonesia, Murid muridnya ialah, antara lain Syaikh Burhanuddin Ulakan, ulama sufi minang kabau dan Syaikh Abdul Muhyi Pamjahan, ulama sufi di Jawa barat[4]

 

b.      Tulisan dan Ajarannya

Abdul Rauf sebenarnya boleh dikatakan tidak mempunyai paham atau ajaran yang tersendiri. Dalam masalah keagamaan,beliau mengikuti paham Ahlul Sunnah wal jamaah dan khusu dalam bidang Fiqih beliau adalah pengikut Syafi’iyah. sedangkan dalam tasawuf mengikuti thariqat syattariyah dan paham-paham ini pula yang ia sebarkan di dalam sebuah kegiatan dakwahnya, karena kitab kitab yang ditulisnya pun adalah sesuai dengan paham paham tersebut tadi. Namun di antara paham Abdur Rauf yang tidak kurang penting ditemukan disini, antara lain :

1.      Kejadian Manusia

Abdul Rauf berpendapat bahwa sebelum mahluk ini diciptakan semua nya berada dalam ilmu allah yang disebut a’yah tsabitah. Allah berfikir dan memikirkan dirinya menurut ilmu nya yang tak dapat kita ketahui akibat pemikiran nya itu keluar lah materi yang disebut Ayan Karijah. Ayan tsabitah itu antara lain : Ruh yang akan di masukan ke ayan karijah sesuai dengan kehendak dan kemauan tuhan pula, jadi manusia ini adalah perpaduan antara ayan tsabitah dan ayan karijah menurut kehendak tuhan.

2.      Mengenai hati

Abdur Rauf dalam membahas mengenai hati tolak sebuah hadits dan menjelaskan,bahwa hati adalah unsur penting dalam manusia,bila hati ini buruk maka buruklah dan jahat pulaklah manusianya. Didalam pembahasan nya, Ia membagi hati itu kedalam tujuh golongan atau martabat, yaitu:

a)      Hati yang mati, ialah hati orang kafir, hatinya ini adalahseperti syaitan,manusia lafdzi,syaitan maknawi.

b)      Hati yang munafiq, seperti hatinya hewan

c)      Hati yang fasiq, ialah hati yang tidak tertarik kepada kebenaran

d)      Hati yang salim, yang dapat menerima kebenaran

e)      Hati yang tawajjuh, hati yang selalu menghadap allah

f)       Hati yang mujjarad, ialah hati yang terbuka untuk bertemu allah

g)      Hati yang rabbani, yaitu hati yang pantas untuk bertemu dengan allah dan inilah yang paling tinggi dan paling sempurna.

 

3.      Dzikir

Abdul Rauf mengartikan dzikir dengan mengingatkan Allah seraya meyebut namanya ucapan (jahar) ataupun dengan hati (sirri). Dalam ungkapan lainnya beliau menyebut,bahwa dzikir ialah membersihkan diri dari golfat dan nisyan (lupa) dengan menghadirkan yang Hak di dalam hati secara terus menerus, agar dengan demikian bisa memperoleh pengaruh/manfaat atau dzikir yang paling populer dalam thariqat ialah ucapan/kalimat “Laillahaillallah” dan kalimat ini di bagi abdur rauf sangat penting artinya oleh karena merupakan: kalimat Tauhid, Kalimat Ikhlas, Kalimat Taqwa, Kalimat Thoyyibah, Urwatul wutsqa dan tsamanul jannah.

Oleh karena itu pula abdul rauf mengajarkan, bahwa setiap nafas yang keluar tanpa dzikirullah, maka dianya adalah bangkai laksana hewan. Abdur rauf membuat tingkatan tingkatan orang pengikut dzikir itu sebagai berikut :

a.       Tingkatan mubtadi: yaitu yang masih nyata sifat basyariatnya dan was was nya dalam waktu dzikir, artinya belum dapat menghilangkan atau melupakannya, maka ia baca dalam kalimat dzikir itu adalah : La ma”bud illallah”.

b.      Tingkat Muttawasit : yaitu yang telah bersih sifat basyariahnya dan was was padanya, hanya ia mengarah kepada tuhan dengan dzauq dan kalimat dzikir yang di baca nya ialah : “La mathlub illallah”

c.       Tingkat Muntahi : yaitu dimana segala kekhawatiran dan was was apa aja dalam hatinya telah hapus dan lenyap sama sekali dalam dzikir, ingatan nya hanya Allah semata mata, karena pada saat itu ia memandang dan merasakan bahwa adanya dia dengan kalimat yang di ucapkannya ialah “La maujud illallah”.

Selain membagi bagi tingkatan orang yang melaksakan dzikir itu, maka Abdur Rauf juga membuat tingkatan kualitas pelaksaan dzikir itu sendiri sebagai berikut :

1.      Dzikir Hasannat : yaitu yang di laksanakan tanpa mengikuti aturan aturan khusus, dimana dan kapan saja dapat di lakukan dengan pengertian bahwa seseorang tidak boleh terlepas dari pelaksanaan dzikir.

2.      Dzikir Drajat : yaitu melakukan dzikir dengan berpedoman kepada aturan aturan tersendiri, seperti mengikuti tertib aturan nya sejak dari permulaan.

 

 

3.      Syamsuddin Pasai

a.      Riwayat hidupnya

Belum dapat diketahui secara jelas mengenai tanggal dan tahun lahirnya syamsudin. Namun, dalam beberapa catatan para ahli sejarah menyebut bahwa ia hidup antara tahun 1575 – 1630 M. nama nya sering di sebut dengan syamsudin sumatrani karena ia adalah orang sumatera selain itu juga disebut juga syamsudin pasai, hal ini tentu saja di kaitkan dengan negeri nya pasai di sumatera utara, syamsudin pasai adalah seorang diantara murid Hamzah fansuri yang mengajarkan paham Wujudiyyah. Ia hidup pada masa kejayaan kesultanaan aceh dibawah kekuasaan sultan iskandar muda atau yang di sebut juga dengan mahkota alam (1607- 1636)[5].

Syamsudin pasai mempunyai perananyang cukup besar dalam sejarah kerajaan. Pada zaman kekuasaan sultan iskandar muda ia di angkat sebagai penasehat kerajaan. Selain itu, ia adalah seorang penulis atau pengarang yang cukup ternama di masa nya, hal ini terbukti dalam buku yang ia tulis seperti :

1.      Jauhar al-Haqoiq

2.      Risalah Bayyin Mulahazat al-Muwahhidin ‘ala al-Mulhidi fi dzikrullah

3.      Kitab al halaqah dan Nurul Doqoiq

4.      Mir’atul iman

5.      Dzikaaru ‘dairah Qausaini al-Adna

Namun ada sekian banyak hasil karya tulis nya ini, tidak banyak dijumpain lagi akibat pemusnahan nya pada zaman sultan iskandar tsani .

b.      Ajaran nya

Melihat hasil hasil karya nya berupa buku buku ilmu pengetahuan dan kesibukan nya dalam pemerintahan sebagai penasehat kerajaan dan sekaligus pula sebagai seorang ulama, adalah merupakan bukti nyata bahwa ia adalah seorang yang tersohor dan punya peran penting yang kebesaran nya bukan hanya di akui oleh kawan tapi juga di akui oleh orang orang yang tak sepaham dengan nya, dibawah ini akan kita tinjau beberapa pokok paham dan ajaran nya.

1.      Tentang Allah

Syamsudin pasai mengajarkan bahwa allah itu Esa adanya Qidam dan Baqa’ . suatu zat yang tidak membutuhkan ruang, waktu dan tempat dan mustahil dapat di bayangkan kemiripan nya dengan suatu apapun juga, paham seperti ini nampak dengan jelas dalam tulisan nya sebagai berikut “Hanya rukun yang pertama mengenai zat Allah Ta’ala. Adapun akan yang pertama tahu akan keadaan Allah Ta’ala Qidam dan Baqa’, bukan ia baharu dan bukan ia aradl dan bukan ia Jism, dan tiada ia dapat di tentukan dengan suatu pihak dan tiada di katakan tetap pada suatu tempat, dan bahwa tiada lagi yang di lihat dengan mata dan bahwa sesungguh nya ia Esa”.

Akan tetapi sangat di sesalkan paham syamsudin yang begitu jelas tentang tuhan ini disalah tafsir kan oleh DR.CAA.van Nieuwanhuyze, dengan menyebutkan bahwa paham syamsudin tentang allah ini adalah berpangkal dari konsep yang berbeda dari Alqur’an dan lebih sesuai dengan falsafat tentang zat yang esa secara mutlak dan karena nya mengamburkan pengertian tentang Allah.

 

2.      Tentang penciptaan

Syamsudin pasai menggambarkan tentang penciptaan dari zat yang mutlak itu dengan melalui tahap tingkatan mulai dari Ahadiyah, Wahdah, Wahidiyah, Alam arwah, alam mitsal, alam azsam, dan alam insan. Dapat kita ketahui bahwa uraian tentang penciptaan melalui 7 tingakatan itu hanya lah sekedar penggambaran dan suatu ibarat saja untuk lenih mudah dipahami dan bukan keadaan yang sebenarnya seperti itu. Oleh karena itu, hakikat yang sebenarnya dari semua yang di cipta ini tidak mungkin di sebut atau diberi nama. Hal ini sesuai dengan paham Sofi pada umumnya, dimana mereka memandang bahwa hakikat wujud yang sebenarnya adalah zat yang mutlak yaitu wujud tuhan, sedang wujud alam semesta ini adalah sebenarnya adalah fana.

 

3.      Tentang manusia

Terdalam uraian terdahulu (mengenai Allah) telah dijelaskan bahwa syamsudin pasai menggambar kan tuhan itu sebagai zat yang esa Qidam dan Baqa’ . akan tetapi, dalam uraian tentang manusia seolah olah ia menggambarkan bahwa manusia ini semacam objek dimana tuhan menzhahirkan sifatnya dalam salah satu tulisan nya. Manusia adalah mikrocosmos yang menggambarkan makrocosmos orang yang mengenal dirinya akan Tuhan nya sebagai pencipta. Hal ini berarti bahwa hakikat yang terdalam daripada semua sifat itu (Qudrat, Iradat, Ilmu, Sami’, Bashor dan Qalam) hanya pada allah semata.

4.      Nurrudin Al-Raniri

a.      Riwayat hidupnya

Nuruddin al-rainiri dilahirkan di Ranir, nama lengkapnya adalah Nuruddin Muhammad bin Hasan jin al hamid asy syafi’I ar-raniri tahun kelahiran nya tidak diketahui dengan pasti tetapi kemungkinan besar menjelang abad XVI ibunya keturunan melayu sementara ayahnya berasal dari keluarga imigran Had ramaud[6].

Daerah asal ar-raniri sebagaimana layaknya kota pelabuhan yang lain sangat ramai di kunjungi para pendatang dari berbagai penjuru dunia tujuan mereka untuk melakukan aktivitas bisnis dan mencari sumber perekonomian yang baru. Dari ranir pula kemudian berlayar kembali menuju pelabuhan pelabuhan lain di semenanjung melayu dan hindia untuk keperluan yang sama jadilah orang Ranir dikenal sebagai masyarakat yang gemar merantau dari satu tempat ke tempat yang lain.

Ar- Raniri memulai pendidikan nya dengan belajar ilmu agama di tanah kelahiran nya sebelum berkelana ke tarim, Hadramaut ketika itu menjadi pusat studi agama islam. Pada tahun 1621 M , ia mengunjungi mekkah dan madinah untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu. Ar-Raniri mulai merantau ke wilayah nusantara dengan memilih aceh sebagai tempat tinggal nya, ia tinggal di aceh pada tahun 1637 M  ia memilih aceh karena wilayah itu berkembang menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, politik, dan agama islam di kawasan asia tenggara yang menggantikan posisi malaka setelah di kuasai portugis.

 

b.      Ajaran nya

Secara umum pemikiran Ar-Raniri dapat di klasifikasi kan sebagai berikut:

Pertama, tentang tuhan, pendirian ar raniri dalam masalah ketuhanan pada umum nya bersifat komprimis. Ia berupaya menyatakan paham mutakalimin dengan paham para sufi yang di wakili ibnu arib ia berpendapat bahwa ungkapan: wujud Allah dan Alam esa “berarti bahwa alam ini merupakan isi lahiriah dari hakikat nya yang bathin yaitu Allah”

Kedua, tentang Alam ia berpendapat bahwa alam ini di ciptakan allah melalui tazali. Ia juga menolak teori al faidh atau emanasi al faribi karena itu dapat memunculkan pengakuan bahwa alam ini Qidam sehingga menjerumuskan pada kemusrikan.

Ketiga, tentang manusia, manusia merupakan mahluk allah yang sempurna karena merupakan khalifah Allah di bumi ini yang dijadikan sesuai dengan citra nya selain itu manusia juga merupakan Mazhar atau tempat kenyataan asma dan sifat allah paling lengkap dan menyeluruh.

Keempat, tentang Wujudiyyah, inti ajaran paham ini berpusat pada wahda al wujud yang di salah artikan kaum wujudiyyah dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam . menurut nya Hamzah Al-fansuri tentang wahdah al wujud dapat membawa kepada kekafiran . ia berpandangan bahwa jika benar tuhan dan makhluk hakikat nya satu dapat dikatakan bahwa manusia adalah tuhan dan tuhan adalah manusia dan jadilah seluruh makhluk sebagai tuhan. Semua di lakukan manusia baik atau buruk allah turut seta melakukan nya jika demikian hal nya maka manusia mempunyai sifat sifat tuhan.

Kelima, hubungan syariat dan hakikat, pemisah antara syariat dan hakikat adalah sesuatu yang tidak benar kelihatan nya ar raniri sangat menekan syariat sebagai landasan esensi dalam tasawuf atau hakikat untuk menguatkan argumentasi nya, ia mengajukan pendapat pemuka sufi di antara nya adalah Syeikh Abdullah Al-aidrusi yang menyatakan bahwa jalan menuju Allah hanya melalui syariat yang merupakan pokok islam.

5.      Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani

a.      Riwayat hidupnya

Abdush Shamad Al-falimbani berasal dari keturunan Arab Yaman. Ayahnya, Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahab Al-Mahdani yang hijrah kekota palembang pada penghujung abad XVII M, ia menjabat mufti di wilayah Kedah pada tahun 1700. Setelah kembali ke palembang, ia menikah dan di anugerahi seorang putra yang di beri nama Abdush Shamad. Pristiwa ini terjadi antara tahun 1700-1704.      

Al-falimbani menerima pelajaran agama pertama kali di negeri kelahiran nya kemudian melanjutkan ke Masjidil Haram, Mekah Al Mukkaramah. Karya ilmiah yang pertama berjudul Zuhrah Al-Murid fi Bayan Kalimah at-Tauhid dan ditulis pada tahu 1764. Tulisan itu adalah kumpulan yang telah diterima dari guru nya yang berkembangsaan mesir dan merupakan ulama al-Azhar. Al-Falimbani dari kecil sudah menyukai Tasawuf. Hal itu mungkin saja karena pengaruh lingkungan di tempat ia tinggal. Sering terjadi perdebatan antara ulama setempat dan ulama pendatang, baik dari india maupun dari Arab. Al-falimbani menghabiskan hampir seluruh umurnya di mekah dan di madinah untut menuntut ilmu dan menulis.

Kendati demikian, tetap tidak ada kejelasan mengenai corak pemikiran tasawufnya , apakah cenderung falsafi atau sunni. Terlepas apakah ia pengikut tasawuf sunni Al-Ghazali atau waddah al-wujud Ibnu Arabi, nyata nya kitab kitab yang pernah diterjemahkan nya di gemari muslim dari Malaysia, Singapura dan Indonesia. Terlebih lagi , kitab kitab tersebut sampai sekarang masih dijadikan pegangan dalam pengajaran ilmu agama[7].

b.      Pemikiran Tasawuf

Corak pemikiran tasawuf Abdush Shamad Al-Falimbani tertuang dalam karya karya nya dalam bidang tasawuf yang jumlah nya cukup banyak. Sebagian besar pemikiran nya banyak di pengaruhi oleh karya karya Al-Ghazali.

Corak tasawuf nya dapat dikatakan menggabungkan unsur unsur ajaran Al-Ghazali dan ibnu Arabi, yang telah diolah dan di sajikan dalam suatu sistem ajaran tasawuf sendiri. Ia menganut paham ibnu Arabi yang memandang manusia secara potensial sebagai manifestasi Allah yang paling sempurna. Namun , di tafsirkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan pengertian patensik yg menganggaop bahwa Allah itu alam semesta secara keseluruhan dan alam semesta secara keseluruhan itu Allah Swt.

Seperti banyak tokoh sufi lain nya, Al-falimbani percaya bahwa tuhan hanya dapat di dekati melalui keyakinan yang benar pada keesaan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran ajaran syariat.

Al-falimbani disebut sebagai orang pertama yang mengenalkan tarekan Sammaniyah di Indonesia dan mengikuti Tarekat Khalwatiyyah melalui Syaikh Muhammad Abdul Karim Saman Al-Madani.

Ia memiliki pengaruh penting dalam penyebaran islam dan pendekatan tasawuf. Ia juga memiliki banyak murid terbesar diseluruh penjuru negeri. Pendekatan tasawuf yang ia kembangkan lebih spesifik pada pengalaman Ratib Shamand di masyarakat. Ratib nya ini mengandung pendekatan ritual-vertikal kepada tuhan dan pendekatan horizontal dalam rangka memerangi kekufuran dan ketidakadilan yang dilakukan oleh kolonial ketika itu.

6.      Syaikh Burhanuddin (1646 – 1693)

a.      Riwayat hidupnya

Belum banyak ditemukan mengenai gambaran yang panjang lebar tentang riwayat pribadi syeikh burhanuddin, ia adalah orang minang kabau asli, nama kecil Pono anak pampak dan suku nya Guci, lahir pada tahun 1056 H / 1693 M syeikh burhanuddin mula mula bernama Pono dari Pariaman, meninggalkan agama Budha dan masuk Islam atas usaha seorang saudagar Gujarat, terkenal dengan nama Illapai, Illapai datang berdagang ke pekan batang bengkawas disebut sekarang pekan tuo dimana ia berkenalan dan selanjutnya berhubungan dengan Pono, akhirnya mengislam kan Pono dengan orang tua nya. Karena suku dan orang sekampung nya menentang pertukaran agama tersebut, maka Pono dan orangtua nya pindah ke Sintuk (Pariaman) tahun 1979 H/1969M dan mencari belahan suku di situ. Dari sintuk Pono pergi ke Ulakan melanjutkan pelajaran agama nya pada Engku Madina yang berasal dari Aceh. Pono meneruskan pelajaran  nya pada Syeikh Abdur Rauf di aceh tahun 1661M setelah ia lulus dengan sangat baik nama nya di tukar oleh Abdur Rauf dengan Syeikh Burhanuddin .

Menurut cerita nya, Syeikh Burhanuddin belajar amat rajin ia punya otak yang cukup cerdas dan pendirian yang teguh dan termasuk salah satu seorang murid yang di percaya oleh gurunya dan karena nya guru nya Abdur Rauf sangat sayang pada nya ia seorang yang alim, pengetahuan tentang agama cukup banyak mengerti pula bahasa arab dan pandai dalah ilmu Hisab.

 

 

b.      Paham keagamaan nya

Seperti telah di ketahui dari gambaran riwayat hidup nya Syeikh Burhanuddin banyak belajar kepada Syeikh Abdur Rauf di Aceh tentu saja ia banyak mengikuti paham paham gurunya ini dan didalam sejarah telah di ketahui bahwa guru nya Abdur Rauf mengikuti paham Syafi’iyah dan tarekat Syatariyah. Dan karena nya paham paham yang spesipik dari Syeikh Burhnuddin boleh di katakan tidak ada di temukan ia ahanya mengikuti paham gurunya.

Dalam ilmu Fiqih Burhanuddin telah menerima paham Syafi’I dari gurunya Abdur Rauf demikian juga paham tarekat Syatariyah dalam ilmu tasawuf. Setelah selesai belajar dari gurunya di aceh Burhanuddin kembali ke Ulakan (Minang Kabau) dengan membawa paham tersebut tadi.

Ia juga mulai mengajarkan dan mendirikan Madrasah. Di antara murid yang pernah belajar pada nya seperti Tuanku Mansiangan Nantuo di kota Lawas selain itu banyak tokoh tokoh yang mengikuti paham yang di bawa oleh Syeikh Burhanudin ini, misalnya Tuanku Nan Receh, Tuan ku Imam Bonjol, Tuanku Lubu Alur, Tuanku Padaluar, Tuanku Pasaman, Tuanku Lintau, Tuanku alam, Dll. Mereka ini belajar dari murid-murid Syeikh Burhanuddin.

7.      Syeikh Yusuf Al Makasari

a.Riwayat Hidupnya

            Syeikh Yusuf Al makasari adalah seorang ulama, Mukhti, Pendiri Tarekat, Pejuang, Dan penulis yang berasal dari Makasar, ia lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun 1626 M 21 tahun sebelum Islam di terima sebagai Agama resmi di Gowa, Nama asli nya Muhammad Yusuf. Ia terkenal dengan gelar Asy Syeikh Al Hajj Yusuf Abu Mahasin Hadiyatullah Tajj Al Khalwati Al Makasari Al Bantani. Syeikh yusuf dibesarkan di Istana karena ia di angakat oleh raja sebagai anak angkat nya. Al makasari di berbagai tempat seperti banten, Aceh, Yaman, Arab Saudi di samping itu ia juga berjasa dalam menyebar luaskan Islam di banten, Sri Lanka dan Afrikaa Selatan[8].

            Al-Makasari adalah pejuang yang gigih sewaktu di makasar ia bersama Sultan Hassanudin ikut berperang melawan Belanda. Setelah di tangkap oleh Belanda ia di asing kan ke banten. Pada tahun 1683 Al makasari dan tentara nya di kejar oleh pasukan Belanda mereka melarikan diri ke daerah Karang dan di tampung oleh Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Akhirya karen atipu daya Belanda Syeikh Yusuf di tangkap dan bersama pada Istrinya di bawa ke Batavia lalu di buang oleh belanda ke Sri lanka disana ia menjalani hidup baru dengan menekuni hidup Tasawuf dan berdakwah, pada bulan juli 1693 Al makasari dan 49 pengikutnya di buang ke Tanjung harapan dengan kapal The Voetboog mereka di tempatkan di daerah Zandvlier dekat pantai di Afrika selatan ketika itu usia nya 67 tahun dan ia tidak dapat bertemu lagi dengan jamaah haji dari Nusantara karena jarak nya yang sangat jauh, selama 6 tahun Al makasari berada disana dan ia tetap mendakwah kan islam kepada penduduk setempat merupakan pendatang dari India, Melayui dan Persia pada tanggal 23 mei 1699 Al makasari wafat dalam 73 tahun.

a.      Pemikiran tasawufnya

 Al makasari mengungkapkan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek yaitu aspek lahir atau syariat dan aspek batin atau hakikat, syariat dan hakikat harus di amalkan sebagai suatu kesatuan. Meskipun berpegang teguh  pada transendensi tuhan ia meyakini bahwa tuhan melingkupi sebagai sesuatu dan selalu dekat dengan sesuatu itu. Al makasari mengembangkan istilah Ali Hatha atau peliputan dan Al Ma’iyah atau Kesertaan kedua istilah itu menjelaskan bahwa tuhan itu turun atau Tanazul sedangkan manusia naik atau tariki. Suatu  proses Spritual yang membawa kedua nya emakin dekat Al makasari menggaris bawahi bahwa proses ini tidak akan mengambil bentuk kesatuan wujud antara manusia dan tuhan sebab Ali Hatha dan Al Ma’iyyah tuhan terhadap hamba nya adalah secara Ilmu. Menurutnya, Fana ialah keadaan bahwa keadaan dimana hamba tidak memiliki kesadaran tentang dirinya dan merasa tidak ada, tetapi menyadari sebagai yang mewujudkan, yang di wujudkan, dan di perwujudan. Pandangan nya tentang tuhan secara umum mirip dengan Wahda Al Wujud ibnu Arabi.

Berkenaan dengan cara cara menuju tuhan ia membagikan dalam tiga tingkatan yang pertama, Tingkatan Ahyar (Tingkatan orang terbaik) memperbanyak Shalat, Puasa, Membaca Al quran, naik haji dan berJihad dijalan Allah Swt. Yang kedua, tingkatan mujahaddah Asisiwa (orang orang berjuang melawan kesulitan) yaitu berlatih keras untuk melepas kan prilaku buruk dan menyucikan pikiran dengan memperbanyak amalan lahir dan batin. Yang ketiga, tingkatan Ahl Adzkir (ahli dzikir) yaitu mencintai tuhan baik lahir maupun batin tingkatan yang ketiga ini merupakan jalan bagi orang yang telah Kasi’af untuk berhubungan dengan tuhan.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ada banyak tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia yaitu Hamzah Fansuri adalah seorang pujangga islam yang sangat populer di zamannya, sehingga kini namnya menghiasi lembarran-lembaran sejarah kesusasteraan Melayu dan Indonesia, Abdur Rauf Singkel berasal dari aceh nama beliau diabadikan sebagai nama perguruan tinggi di Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala, Syamsuddin Pasai adalah seorang diantara murid Hamzah fansuri yang mengajarkan paham Wujudiyyah. Ia hidup pada masa kejayaan kesultanaan aceh dibawah kekuasaan sultan iskandar muda atau yang di sebut juga dengan mahkota alam, Nurrudin Al-Raniri nama lengkapnya adalah Nuruddin Muhammad bin Hasan jin al hamid asy syafi’I ar-raniri tahun kelahiran nya tidak diketahui dengan pasti tetapi kemungkinan besar menjelang abad XVI ibunya keturunan melayu sementara ayahnya berasal dari keluarga imigran Had ramaud, Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani berasal dari keturunan Arab Yaman. Ayahnya, Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahab Al-Mahdani yang hijrah kekota palembang, Syaikh Burhanuddin ia adalah orang minang kabau asli, nama kecil Pono anak pampak dan suku nya Guci, lahir pada tahun 1056 H, dan Syeikh Yusuf Al Makasari adalah seorang tokoh sufi yang agung tiada taranya berasal dari sulawesi, dan banyak lagi lainnya.

 

B.     Saran

Sesuai dengan kesimpulan diatas, ada banyak tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia penulis menyarankan agar kita mengetahui bagaimana riwayat hidup tokoh-tokoh tasawuf serta bagaimana pemikiran tasawuf nya agar kita tahu bagaimana serta siapa saja tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf di Indonesia.


 

DAFTAR PUSTAKA

Munir, Samsul. 2015. Ilmu tasawuf. Jakarta: imprint Bumi Aksara.

Sholihin. 2005. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Said, Usman. 1981/1982. Pengantar ilmu tasawuf. institut agama islam sumatera utara.

 



[1] Usman said, Pengantar ilmu tasawuf,(institut agama islam sumatera utara, 1981/1982), hlm. 186

[2]M.Sholihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005)hlm. 31

[3] Usman said,Pengantar ilmu tasawuf, (institut agama islam sumatera utara, 1981/1982), hlm. 209

[4] Samsul Munir Amin, ilmu tasawuf, (imprint Bumi Aksara,2015), hlm. 343

[5] Ibid.hlm 209

[6] Ibid.hlm 218

[7] Ibid, hlm. 347

[8] Ibid,hlm.352


STRES KERJA DALAM PERPUSTAKAAN

          

STRES KERJA DALAM PERPUSTAKAAN

   

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang

Pustakawa yang dalam kesehariannya selain memberikan pelayanan kepada pengguna juga melakukan pekerjaan administrative dan pekerjaan rutin, seperti penyeleksian bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, serta perawatan bahan pustaka. Bekerja melayani pengguna dengan beragam jenis kebutuhan dan pertanyaan yang mereka ajukan membutuhkan banyak energi dan harus bersifat sabar serta dapat memahami apa yang mereka inginkan. Keseluruhan pekerjaan tersebut merupakan beban kerja yang berat bagi seorang pustakawan

            Jika seseorang dihadapkan pada tuntunan pekerjaaan yang melampaui kemampuan individu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mengalami stress kerja. Pemicu  stress (stressor) di dunia perpustakaan Antara lain adalah Renumerasi yang rendah, beban kerja yang berat, lemahnya managemen dan sistem pengawasan, rendahny apresiasi masyarakat pengguna terhadap profesi pustakawan, serta kurang jelasnya jenjang karir pustakawan.

            Banyaknya jumlah pengguna yang harus dilayani, jam kerja yang panjang, serta tingkat kesulitan pekerjaaan yang harus ditangani, sangat potensial menjadi pemicu timbulnya stress pustakawan, selain itu beberapa pustakawan kadag-kadang menunjukkan gejala-gejala timbulnya stress kerja Antara lain lekas marah, kebosanan kerja, menunda dan menghindari pekerjaan, serta menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan teman.

 

  1. Rumusan masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan stess kerja dan factor-faktor yang mempengaruhi stress kerja?
  2. Apa saja indikator dalam stress kerja?
  3. Upaya apa saja yang di lakukan untuk mengurangi stress kerja?

 

  1. Tujuan:

1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan stess kerja dan factor-faktor yang mempengaruhi stress kerja

2.      Untuk mengetahui apa saja indikator dalam stress kerja

3.      Untuk mengetahui  upaya apa saja yang di lakukan untuk mengurangi stress kerja

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.   Pengertian stres kerja

Menurut Phil Kitcel, Stres kerja merupakan respons fisik dan emosional pada kondisi kerja yang berbahaya, termasuk lingkungan dimana pekerjaan memerlukan kapabilitas, sumber daya, atau kebutuhan pekerja lebih banyak.[1]

Dari perspektif orang biasa, stres dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah, atau khawatir. Secara ilmiah semua perasaan ini merupakan manifestasi dari pengalaman stres, suatu respons terprogram yang kompleks untuk mempersepsikan ancaman yang dapat menimbulkan hasil yang positif maupun negatif. Istilah stres  sendiri telah didefinisikan secara harfiah dalam berbagai literatur. Akan tetapi, hampir semua definisi ini dapat ditempatkan dalam dua kategori, stres dapat didefinisikan sebagai suatu stimulus atau suatu respons.

Definisi stres sebagai suatu stimulus menganggap stres sebagai sejumlah karakteristik atau peristiwa yang mungkin menghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan. Dalam hal ini definisi tersebut merupakan definisi teknis dari stres, dipinjam dari ilmu fisika. Dalam ilmu fisika stres merujuk pada kekuatan luar yang di aplikasikan suatu objek. Dalam definisi stres menurut respons, stres dilihat secara sebagian sebagai suatu respon terhadap sejumlah stimulus yang di sebut Stressor. Sebuah Stressor merupakan peristiwa atau situasi eksternal yang secara potensial mengancam dan berbahaya. Akan tetapi, stres lebih dari hanya sekedar sebuah respons terhadap suatu Stressor. Dalam definisi respons, stres merupakan konsekuensi dari interaksi antara suatu stimulus lingkungan dan respon individual. Ini berarti stres merupakan interaksi unik antara kondisi stimulus dalam lingkungan dan cara individu untuk merespons dengan cara tertentu.[2]

 

B.    Faktor-faktor penyebab stress

Menurut Cooper yang dikutip oleh Towner (2002 : 19) menyatakan bahwa, “Stres adalah tekanan yang terlalu besar bagi kita”. Ditambahkan Berry (2004 : 528), “Stress: a physiological response of the body to environmental of personal demands”.

  Ada banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya stres kerja pustakawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyo-Basuki (2006 : 67-68) mengutip pernyataan Caputto (1991) yang mengidentifikasikan bahwa Pemicu stress (stressor) di dunia perpustakaan antara lain adalah renumerasi yang rendah, beban kerja yang berat, lemahnya manajemen dan sistem pengawasan, rendahnya apresiasi masyarakat pengguna terhadap profesi pustakawan, serta kurang jelasnya jenjang karir pustakawan. Selain itu hal lain yang juga merupakan faktor penyebab timbulnya stres kerja pustakawan  adalah teknologi informasi. Sulityo-Basuki (2006 : 68-69) menyatakan bahwa: Stressor yang menghantui para pustakawan dalam satu decade ini adalah penetrasi teknologi informasi ke berbagai kegiatan in-griya perpustakaan yang tidak diimbangi dengan program pelatihan dan peningkatan kemampuan mengelola teknologi informasi sehingga menimbulkan technostress

a)      Renumerasi yang Rendah

Berkaitan dengan penghasilan pustakawan, Sulistyo-Basuki (1991 : 189) menyatakan bahwa: Karyawan harus diberi insentif atas usaha dan pekerjaannya yang baik. Sudah tentu, untuk imbalan ini, gaji pada pegawai perpustakaan harus sama dengan gaji karyawan lain pada badan induk, selama kualifikasinya sama. Keadaan ini tidak selalu berlaku bagi banyak negara berkembang termasuk Indonesia. Gaji pustakawan yang bekerja pada pemerintah relatif lebih kecil dibandingkan dengan rekannya yang bekerja di kantor swasta, walaupun kualifikasiya sama. Pendapat serupa yang juga menyatakan bahwa gaji pustakawan relatif lebih kecil dibandingkan dengan profesi lainnya dinyatakan oleh Aziz (2006 : 48) yakni: Tunjangan jabatan fungsionalpustakawan relatif lebih kecil dibandingkan dengan jabatan fungsional bidang lain dan jabatan struktural. Dengan tunjangan dan jabatan yang relatif kecil ini, tidak memberi motivasi orang-orang menjadi pustakawan, sedangkan bagi pustakawan sendiri tidak lagi tertarik untuk terus duduk dalam jabatan tersebut.

b)      Beban Kerja yang Berat

Sulistyo-Basuki (2006 :66-67) berpendapat bahwa: Beban kerja pustakawan perguruan tinggi secara kuantitatif meliputi jam kerja yang panjang karena banyaknya jumlah individu yang harus dilayani, dan menyebabkan tanggung jawab ekstra yang harus dipikul. Sedangkan contoh beban kerja dari aspek kualitatif adalah tingkat kesulitan pekerjaan yang harus ditangani. Beban kerja kuantitatif dan kualitatif ini masih ditambah dengan pekerjaan rutin serta pekerjaan administratif lainnya, yang kesemuanya melampaui kapasitas dan kemampuan pustakawan.

c)      Lemahnya Manajemen dan Sistem Pengawasan

Berkaitan dengan lemahnya proses manajemen yang menjadi pemicu timbulnya stres kerja, Rice (1992) dalam Rini (2002 : 6) menyatakan bahwa: Sebuah penelitian yang menarik tentang

stres kerja menemukan bahwa sebagian besar karyawan yang bekerja di suatu organisasi mengalami stres kerja karena konflik peran. Mereka mengalami stres kerja karena ketidak jelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen.

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Greenberg yang telah dibahas sebelumnya bahwa salah satu faktor penyebab stres kerja adalah peran dalam organisasi yakni: ketidakjelasan peran, konflik peran, pertanggungjawaban untuk sesame anggota dan konflik organisasi. Konflik dalam peran juga dapat diakibatkan oleh tuntutan yang berbeda dalam pekerjaannya. Perbedaan antara

tuntutan kerja dengan ciri-ciri pribadi dan kecakapan yang dimilikinya. Atau dapat dikatakan stres kerja itu muncul bila pekerja tidak mengetahui hasil yang diharapkan dari pekerjaan yang dilakukan.

d)      Rendahnya Apresiasi Masyarakat Pengguna terhadap Profesi Pustakawan

Berbagai persepsi masyarakat tentang steriotipe pustakawan sering kali bersifat negatif.

Masyarakat sering kali mendeskripsikan pustakawan sebagai sosok yang pendiam, kurang

menarik, suka membantah, akrab dengan bukubuku usang dan debu.  Disamping hal tersebut (Sulistyo-Basuki, 2006 : 63) juga menyatakan bahwa: Pustakawan seringkali menerima umpan balik yang negative dari masyarakat. Hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat yang tinggi terhadap pelayanan sehingga pustakawan sulit mencapai standar yang diinginkan oleh masyarakat. Seandainya mereka dapat memenuhi standar tersebut, masyarakat pada umumnya tidak memberi pujian, sebab masyarakat menganggap bahwa hal tersebut lumrah dan memang

seharusnya seperti itu.

e)      Jenjang Karir Pustakawan

Pengetahuan, keahlian, pengalaman kerja, dan pelatihan merupakan modal pokok yang

diperlukan oleh tiap individu dalam upaya memperoleh peningkatan karir.

Gibson (1997 : 316) menyatakan bahwa, ”Karir adalah ide untuk terus begerak ke atas dalam garis pekerjaan yang dipilih seseorang. Bergerak ke atas artinya memperoleh gaji yang lebih

besar, tanggung jawab yang semakin berat, status, prestise, dan kekuasaan”. Berbagai alternatif karir bertujuan untuk memberikan motivasi kepada karyawan agar mampu menggali potensi yang ada.

 

C.    Pengelolaan Stres

Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada 3 pola mengatasi Stres,yaitu pola sehat, pola harmonis, dan pola psikologis. Pola Sehat, pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Pola Harmonis, adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur.

Pola Patologis, ialah pola menghadapi Stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk.

Melalui penilaian primer dan sekunder, suatu pendekatan untuk menghadapi Stres di terapkan. Terdapat dua jenis cara untuk menghadapi Stres, berfokus pada masalah dan emosi. Problem Focused Coping merujuk pada tindakan yang diambil untuk berhadapan langsung pada sumber stres. Sebagai contoh, pekerja yang memiliki seorang manajer yang kasar mungkin menghadapinya dengan cara absen dari tempat kerja. Absen ini akan memungkinkan pekerja tersebut untuk menyingkir, selama beberapa waktu, dari manajer yang kasar tersebut. Tipe menghadapi Stres yang kedua adalah emotion-focused coping. Hal ini merujuk pada langkah-langkah yang di ambil seseorang untuk berhadapan dengan perasaan dan emosi yang menekan. Sebagai contoh, karyawan yang sering bepergian sebagai bagian dari pekerjaannya mungkin dapat memperingan perasaan dan emosinya yang tertekan dengan berolahraga secara teratur atu dengan membaca buku fiksi ringan atau puisi yang tidak berkenaan dengan pekerjaan. Jika aktivitas untuk menghadapi Stres ini berhasil, perasaan dan emosi dari karyawan tersebut terkendalikan.

Untuk mengatasi Stres tersebut dilakukan dengan pendekatan kejiwaan dan konseling. Sedangkan yang dimaksud konseling adalah pembahasan suatu masalah dengan seorang karyawan, dengan maksud pokok untuk membantu karyawan tersebut agar dapat mengatasi masalah secara lebih baik. Konseling bertujuan untuk membuat orang-orang menjadi efektif dalam memecahkan masalah-masalah.

Cara mengatasi Stres kerja yang lainnya antara lain :

1. Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi                 Stres.

2. Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka           mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apa jika     mereka menghadapi Stres.

3. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejala-gejala              Stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah tertentu        sebelum Stres itu berdampak negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya itu.

4. Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber Stres.

5. Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar             diikutsertakan untuk mengatasi Strea yang di hadapinya.

6. Memantau terus menerus kegiatan organisasi sehingga kondisi yang dapat menjadi          sumber stres dapat menjadi sumber Stres dapat diidentifikasikan dan dihilangkan secara            dini.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Menurut Phil Kitcel, Stres kerja merupakan respons fisik dan emosional pada kondisi kerja yang berbahaya, termasuk lingkungan dimana pekerjaan memerlukan kapabilitas, sumber daya, atau kebutuhan pekerja lebih banyak.

  Ada banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya stres kerja pustakawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sulistyo-Basuki (2006 : 67-68) mengutip pernyataan Caputto (1991) yang mengidentifikasikan bahwa Pemicu stress (stressor) di dunia perpustakaan antara lain adalah renumerasi yang rendah, beban kerja yang berat, lemahnya manajemen dan sistem pengawasan, rendahnya apresiasi masyarakat pengguna terhadap profesi pustakawan, serta kurang jelasnya jenjang karir pustakawan.

Karena Stres sedemikian meluas dan sangat berpotensi mengganggu dalam organisasi harus memperhatikan cara mengelolanya secara lebih efektif. Dan memang demikian. Banyak strategi telah dikembangkan untuk membantu dalam mengelola Stres di tempat kerja. Beberapa untuk individual dan yang lainnya diperuntukkan bagi organisasi Strategi untuk mengatasi secara individu, Berolahraga, Relaksasi.

 

  1. Saran

Dengan membacanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui apa itu stress kerja dan penanggulangannya, serta dapat mengaplikasikannya sesuai kebutuhan pembaca.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Anzizhan dan Syafaruddin.2017 “Psikologi Organisasi dan Management”. Depok:Prenamadia group.

Soekarman. 2009. “Daftar  Tajuk  Subyek  Untuk  Perpustakaan”. Jakarta : Gunung Mulia.

       Haryanto. 2000. “Inovasi Perpustakaan Sebuah Tantangan Kualitas Layanan Publik”. Malang: Wineka Media.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Wibowo, Manajemen Perubahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 52.  

[2] John M. Ivancevich dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Erlangga, Jakarta, 2006, hlm. 295.


TOKOH TASAWUF DI INDONESIA

BAB II PEMBAHASAN A.     TOKOH TASAWUF DI INDONESIA Berikut merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia: 1.       Hamzah Fan...