BAB
II
PEMBAHASAN
A.
TOKOH
TASAWUF DI INDONESIA
Berikut
merupakan beberapa tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia:
1.
Hamzah
Fansuri
a.
Riwayat
Hidupnya
Hamzah fansuri di lahirkan di kota Barus, sebuah kota
yang oleh seorang Arab zaman dahulu dinamai “fasur” itulah sebab nya dibelakang
nama nya di sebut fansuri. Hamzah fansuri lahir di Sumatera Utara, Akhir Abad
XVI awal abad XVII[1].
Hamzah fansuri sebagai seorang ulama besar pernah
melakukan lawatan ketimur tengah mengunjungi beberapa pusat pengetahuan islam,
termasuk Mekkah, Madinah, Yerusallem, dan Baghdad, dimana di inisiasi kedalam
tarekat Qadariyah[2].
Hamzah fansuri adalah seorang ahli tasawuf asli Melayu
yang suka mengembara. Dalam pengembaraanya itulah ia mempelajari dan
mengajarkan paham-paham tasawuf. Dalam pengembaraanya ia telah menjelajahi
Timur Tengah,Siam,Malaya dan beberapa pulau Nusantara Indonesia. dengan lancar
ia menguasai beberapa bahasa. Karena tidak heran apabila karya-karya tulisnya
disebut dalam beberapa bahasa seperti dalam bahasa Arab,Persia,Melayu. Pandangan-pandangannya
adalah merupakan perpaduan antara tasawuf,filsafat dan ilmu kalam.
Hamzah fansuri
digambarkan ”sebagai seorang penulis aceh yang misticim religious dan mampu
menyesuaikan syair,figur dan pantun untuk ungkapan-ungkapan micism yang erotis
dari syair-syair persi.
b.
Ajaran-Ajarannya
Untuk memudahkan
pembahasaan mengenai ajaran Hamzah Fansuri
1. Wujud
Menurut Hamzah Fansuri yang disebut wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatan
banyak.Atau pun semua benda-benda yang ada ini,sebenarnya adalah merupakan
peryataan saja dari pada wujud yang haqiqi yang disebut “Al-haaq Ta’alaa”dan
itulah Allah
2. Allah
Menurut Hamzah Fansuri adalah dzat yang mutlak dan qadim,first causal (sebab
pertama). Dalam salah satu ungkapan dalam “Asror al-arifin”disebut kan”ketika
bumi dan lagit belum ada syurga, dan neraka belum adaalam sekalian belum ada
apa yang anda pertanyakan? yang pertama ialah dzat, pada dirinya sendiri tiada
sifat dan tiada nama itulah yang pertama
3. Penciptanya
sebenarnya hakikat dari zat Al-lah itulah adalah mutlak dan la Ta’ayyunaa (tak
dapat ditentukan/dilukiskan) Dzat yang mutlak itu menciptakan dengan cara
menyatakan dirinya dalam suatu proses penjelmaan yaitu pengaliran keluar dari
dirinya (Tanazul) dan pengaliran kembali kepada-Nya (Taraqqi)
4. Manusia
Hamzah Fansuri menggambarkan bahwa manusia ini ibarat sungai tempat
berkumpulnya segala air dan mengalirkannyake laut. Tapi manusia adalah tingkat
yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paliung penuh dan sempurna ia
adalah aliran/pancaran langsung dari zat yang mutlak.
5. Kelepasan
menurut Hamzah Fansuri manusia adalah tingkat penjelmaan yang paling penuh dan
sempurnah dari dzat yang mutlak.Pengenalan diri ini sangat penting dan Nabi
Muhammad adalah seseorang yang paling sempurna mengenal dirinya karena dirinya
pencipta allah.
2.
Abdur
Rauf Singkel.
a.
Riwayat
Hidupnya
Syekh Abdur Rauf bin Ali
al-Fansuri al jawi, adalah tokoh dari Aceh, lahir difansur pada tahun 1620M dan
meninggal dikuala tahun 1693 M.Beliau ini banyak belajar di negara-negara Arab
seperti di Mekkah, Medinah, Jeddah. Ia pernah belajar kepada Syekh Maulana
Ibrahim yang pada waktu itu berpusat di mekkh.Kemudian ia kembali ke daerah
aceh dan mulai menggajar pada tahun 1661M di singkel[3]. Ia adalah guru para sufi
Indonesia, Murid muridnya ialah, antara lain Syaikh Burhanuddin Ulakan, ulama
sufi minang kabau dan Syaikh Abdul Muhyi Pamjahan, ulama sufi di Jawa barat[4]
b.
Tulisan
dan Ajarannya
Abdul Rauf sebenarnya
boleh dikatakan tidak mempunyai paham atau ajaran yang tersendiri. Dalam
masalah keagamaan,beliau mengikuti paham Ahlul Sunnah wal jamaah dan khusu
dalam bidang Fiqih beliau adalah pengikut Syafi’iyah. sedangkan dalam tasawuf
mengikuti thariqat syattariyah dan paham-paham ini pula yang ia sebarkan di dalam
sebuah kegiatan dakwahnya, karena kitab kitab yang ditulisnya pun adalah sesuai
dengan paham paham tersebut tadi. Namun di antara paham Abdur Rauf yang tidak
kurang penting ditemukan disini, antara lain :
1.
Kejadian
Manusia
Abdul Rauf berpendapat bahwa sebelum mahluk ini diciptakan
semua nya berada dalam ilmu allah yang disebut a’yah tsabitah. Allah berfikir
dan memikirkan dirinya menurut ilmu nya yang tak dapat kita ketahui akibat
pemikiran nya itu keluar lah materi yang disebut Ayan Karijah. Ayan tsabitah
itu antara lain : Ruh yang akan di masukan ke ayan karijah sesuai dengan
kehendak dan kemauan tuhan pula, jadi manusia ini adalah perpaduan antara ayan
tsabitah dan ayan karijah menurut kehendak tuhan.
2.
Mengenai
hati
Abdur Rauf dalam membahas mengenai hati tolak sebuah
hadits dan menjelaskan,bahwa hati adalah unsur penting dalam manusia,bila hati
ini buruk maka buruklah dan jahat pulaklah manusianya. Didalam pembahasan nya, Ia
membagi hati itu kedalam tujuh golongan atau martabat, yaitu:
a) Hati
yang mati, ialah hati orang kafir, hatinya ini adalahseperti syaitan,manusia
lafdzi,syaitan maknawi.
b) Hati
yang munafiq, seperti hatinya hewan
c) Hati
yang fasiq, ialah hati yang tidak tertarik kepada kebenaran
d) Hati
yang salim, yang dapat menerima kebenaran
e) Hati
yang tawajjuh, hati yang selalu menghadap allah
f) Hati
yang mujjarad, ialah hati yang terbuka untuk bertemu allah
g) Hati
yang rabbani, yaitu hati yang pantas untuk bertemu dengan allah dan inilah yang
paling tinggi dan paling sempurna.
3.
Dzikir
Abdul Rauf mengartikan dzikir dengan mengingatkan
Allah seraya meyebut namanya ucapan (jahar) ataupun dengan hati (sirri). Dalam
ungkapan lainnya beliau menyebut,bahwa dzikir ialah membersihkan diri dari
golfat dan nisyan (lupa) dengan menghadirkan yang Hak di dalam hati secara
terus menerus, agar dengan demikian bisa memperoleh pengaruh/manfaat atau
dzikir yang paling populer dalam thariqat ialah ucapan/kalimat
“Laillahaillallah” dan kalimat ini di bagi abdur rauf sangat penting artinya
oleh karena merupakan: kalimat Tauhid, Kalimat Ikhlas, Kalimat Taqwa, Kalimat
Thoyyibah, Urwatul wutsqa dan tsamanul jannah.
Oleh karena itu pula
abdul rauf mengajarkan, bahwa setiap nafas yang keluar tanpa dzikirullah, maka
dianya adalah bangkai laksana hewan. Abdur rauf membuat tingkatan tingkatan
orang pengikut dzikir itu sebagai berikut :
a. Tingkatan
mubtadi: yaitu yang masih nyata sifat basyariatnya dan was was nya dalam waktu
dzikir, artinya belum dapat menghilangkan atau melupakannya, maka ia baca dalam
kalimat dzikir itu adalah : La ma”bud illallah”.
b. Tingkat
Muttawasit : yaitu yang telah bersih sifat basyariahnya dan was was padanya,
hanya ia mengarah kepada tuhan dengan dzauq dan kalimat dzikir yang di baca nya
ialah : “La mathlub illallah”
c. Tingkat
Muntahi : yaitu dimana segala kekhawatiran dan was was apa aja dalam hatinya
telah hapus dan lenyap sama sekali dalam dzikir, ingatan nya hanya Allah semata
mata, karena pada saat itu ia memandang dan merasakan bahwa adanya dia dengan
kalimat yang di ucapkannya ialah “La maujud illallah”.
Selain membagi bagi tingkatan orang yang melaksakan
dzikir itu, maka Abdur Rauf juga membuat tingkatan kualitas pelaksaan dzikir
itu sendiri sebagai berikut :
1. Dzikir
Hasannat : yaitu yang di laksanakan tanpa mengikuti aturan aturan khusus,
dimana dan kapan saja dapat di lakukan dengan pengertian bahwa seseorang tidak
boleh terlepas dari pelaksanaan dzikir.
2. Dzikir
Drajat : yaitu melakukan dzikir dengan berpedoman kepada aturan aturan
tersendiri, seperti mengikuti tertib aturan nya sejak dari permulaan.
3.
Syamsuddin
Pasai
a.
Riwayat
hidupnya
Belum dapat diketahui
secara jelas mengenai tanggal dan tahun lahirnya syamsudin. Namun, dalam
beberapa catatan para ahli sejarah menyebut bahwa ia hidup antara tahun 1575 –
1630 M. nama nya sering di sebut dengan syamsudin sumatrani karena ia adalah
orang sumatera selain itu juga disebut juga syamsudin pasai, hal ini tentu saja
di kaitkan dengan negeri nya pasai di sumatera utara, syamsudin pasai adalah
seorang diantara murid Hamzah fansuri yang mengajarkan paham Wujudiyyah. Ia
hidup pada masa kejayaan kesultanaan aceh dibawah kekuasaan sultan iskandar
muda atau yang di sebut juga dengan mahkota alam (1607- 1636)[5].
Syamsudin pasai mempunyai
perananyang cukup besar dalam sejarah kerajaan. Pada zaman kekuasaan sultan
iskandar muda ia di angkat sebagai penasehat kerajaan. Selain itu, ia adalah
seorang penulis atau pengarang yang cukup ternama di masa nya, hal ini terbukti
dalam buku yang ia tulis seperti :
1. Jauhar
al-Haqoiq
2. Risalah
Bayyin Mulahazat al-Muwahhidin ‘ala al-Mulhidi fi dzikrullah
3. Kitab
al halaqah dan Nurul Doqoiq
4. Mir’atul
iman
5. Dzikaaru
‘dairah Qausaini al-Adna
Namun ada sekian banyak
hasil karya tulis nya ini, tidak banyak dijumpain lagi akibat pemusnahan nya
pada zaman sultan iskandar tsani .
b.
Ajaran
nya
Melihat hasil hasil karya
nya berupa buku buku ilmu pengetahuan dan kesibukan nya dalam pemerintahan
sebagai penasehat kerajaan dan sekaligus pula sebagai seorang ulama, adalah
merupakan bukti nyata bahwa ia adalah seorang yang tersohor dan punya peran
penting yang kebesaran nya bukan hanya di akui oleh kawan tapi juga di akui
oleh orang orang yang tak sepaham dengan nya, dibawah ini akan kita tinjau beberapa
pokok paham dan ajaran nya.
1.
Tentang
Allah
Syamsudin pasai
mengajarkan bahwa allah itu Esa adanya Qidam dan Baqa’ . suatu zat yang tidak membutuhkan
ruang, waktu dan tempat dan mustahil dapat di bayangkan kemiripan nya dengan
suatu apapun juga, paham seperti ini nampak dengan jelas dalam tulisan nya
sebagai berikut “Hanya rukun yang pertama mengenai zat Allah Ta’ala. Adapun
akan yang pertama tahu akan keadaan Allah Ta’ala Qidam dan Baqa’, bukan ia
baharu dan bukan ia aradl dan bukan ia Jism, dan tiada ia dapat di tentukan
dengan suatu pihak dan tiada di katakan tetap pada suatu tempat, dan bahwa
tiada lagi yang di lihat dengan mata dan bahwa sesungguh nya ia Esa”.
Akan tetapi sangat di sesalkan paham syamsudin yang
begitu jelas tentang tuhan ini disalah tafsir kan oleh DR.CAA.van Nieuwanhuyze,
dengan menyebutkan bahwa paham syamsudin tentang allah ini adalah berpangkal
dari konsep yang berbeda dari Alqur’an dan lebih sesuai dengan falsafat tentang
zat yang esa secara mutlak dan karena nya mengamburkan pengertian tentang
Allah.
2.
Tentang
penciptaan
Syamsudin pasai menggambarkan tentang penciptaan dari
zat yang mutlak itu dengan melalui tahap tingkatan mulai dari Ahadiyah, Wahdah,
Wahidiyah, Alam arwah, alam mitsal, alam azsam, dan alam insan. Dapat kita
ketahui bahwa uraian tentang penciptaan melalui 7 tingakatan itu hanya lah
sekedar penggambaran dan suatu ibarat saja untuk lenih mudah dipahami dan bukan
keadaan yang sebenarnya seperti itu. Oleh karena itu, hakikat yang sebenarnya
dari semua yang di cipta ini tidak mungkin di sebut atau diberi nama. Hal ini
sesuai dengan paham Sofi pada umumnya, dimana mereka memandang bahwa hakikat
wujud yang sebenarnya adalah zat yang mutlak yaitu wujud tuhan, sedang wujud
alam semesta ini adalah sebenarnya adalah fana.
3.
Tentang
manusia
Terdalam uraian terdahulu
(mengenai Allah) telah dijelaskan bahwa syamsudin pasai menggambar kan tuhan
itu sebagai zat yang esa Qidam dan Baqa’ . akan tetapi, dalam uraian tentang
manusia seolah olah ia menggambarkan bahwa manusia ini semacam objek dimana tuhan
menzhahirkan sifatnya dalam salah satu tulisan nya. Manusia adalah mikrocosmos
yang menggambarkan makrocosmos orang yang mengenal dirinya akan Tuhan nya
sebagai pencipta. Hal ini berarti bahwa hakikat yang terdalam daripada semua
sifat itu (Qudrat, Iradat, Ilmu, Sami’, Bashor dan Qalam) hanya pada allah
semata.
4.
Nurrudin
Al-Raniri
a.
Riwayat
hidupnya
Nuruddin al-rainiri
dilahirkan di Ranir, nama lengkapnya adalah Nuruddin Muhammad bin Hasan jin al
hamid asy syafi’I ar-raniri tahun kelahiran nya tidak diketahui dengan pasti
tetapi kemungkinan besar menjelang abad XVI ibunya keturunan melayu sementara
ayahnya berasal dari keluarga imigran Had ramaud[6].
Daerah asal ar-raniri sebagaimana layaknya kota
pelabuhan yang lain sangat ramai di kunjungi para pendatang dari berbagai
penjuru dunia tujuan mereka untuk melakukan aktivitas bisnis dan mencari sumber
perekonomian yang baru. Dari ranir pula kemudian berlayar kembali menuju
pelabuhan pelabuhan lain di semenanjung melayu dan hindia untuk keperluan yang sama
jadilah orang Ranir dikenal sebagai masyarakat yang gemar merantau dari satu
tempat ke tempat yang lain.
Ar- Raniri memulai pendidikan nya dengan belajar ilmu
agama di tanah kelahiran nya sebelum berkelana ke tarim, Hadramaut ketika itu
menjadi pusat studi agama islam. Pada tahun 1621 M , ia mengunjungi mekkah dan
madinah untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu. Ar-Raniri mulai
merantau ke wilayah nusantara dengan memilih aceh sebagai tempat tinggal nya,
ia tinggal di aceh pada tahun 1637 M ia memilih
aceh karena wilayah itu berkembang menjadi pusat perdagangan, kebudayaan,
politik, dan agama islam di kawasan asia tenggara yang menggantikan posisi
malaka setelah di kuasai portugis.
b.
Ajaran
nya
Secara umum pemikiran Ar-Raniri dapat di klasifikasi
kan sebagai berikut:
Pertama, tentang tuhan,
pendirian ar raniri dalam masalah ketuhanan pada umum nya bersifat komprimis.
Ia berupaya menyatakan paham mutakalimin dengan paham para sufi yang di wakili
ibnu arib ia berpendapat bahwa ungkapan: wujud Allah dan Alam esa “berarti
bahwa alam ini merupakan isi lahiriah dari hakikat nya yang bathin yaitu Allah”
Kedua, tentang Alam ia
berpendapat bahwa alam ini di ciptakan allah melalui tazali. Ia juga menolak
teori al faidh atau emanasi al faribi karena itu dapat memunculkan pengakuan
bahwa alam ini Qidam sehingga menjerumuskan pada kemusrikan.
Ketiga, tentang manusia,
manusia merupakan mahluk allah yang sempurna karena merupakan khalifah Allah di
bumi ini yang dijadikan sesuai dengan citra nya selain itu manusia juga
merupakan Mazhar atau tempat kenyataan asma dan sifat allah paling lengkap dan
menyeluruh.
Keempat, tentang
Wujudiyyah, inti ajaran paham ini berpusat pada wahda al wujud yang di salah
artikan kaum wujudiyyah dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam . menurut
nya Hamzah Al-fansuri tentang wahdah al wujud dapat membawa kepada kekafiran .
ia berpandangan bahwa jika benar tuhan dan makhluk hakikat nya satu dapat
dikatakan bahwa manusia adalah tuhan dan tuhan adalah manusia dan jadilah
seluruh makhluk sebagai tuhan. Semua di lakukan manusia baik atau buruk allah
turut seta melakukan nya jika demikian hal nya maka manusia mempunyai sifat
sifat tuhan.
Kelima, hubungan syariat
dan hakikat, pemisah antara syariat dan hakikat adalah sesuatu yang tidak benar
kelihatan nya ar raniri sangat menekan syariat sebagai landasan esensi dalam
tasawuf atau hakikat untuk menguatkan argumentasi nya, ia mengajukan pendapat pemuka
sufi di antara nya adalah Syeikh Abdullah Al-aidrusi yang menyatakan bahwa
jalan menuju Allah hanya melalui syariat yang merupakan pokok islam.
5.
Syaikh
Abdush Shamad Al-Falimbani
a.
Riwayat
hidupnya
Abdush Shamad Al-falimbani berasal dari keturunan Arab
Yaman. Ayahnya, Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahab Al-Mahdani yang
hijrah kekota palembang pada penghujung abad XVII M, ia menjabat mufti di
wilayah Kedah pada tahun 1700. Setelah kembali ke palembang, ia menikah dan di
anugerahi seorang putra yang di beri nama Abdush Shamad. Pristiwa ini terjadi
antara tahun 1700-1704.
Al-falimbani menerima
pelajaran agama pertama kali di negeri kelahiran nya kemudian melanjutkan ke
Masjidil Haram, Mekah Al Mukkaramah. Karya ilmiah yang pertama berjudul Zuhrah
Al-Murid fi Bayan Kalimah at-Tauhid dan ditulis pada tahu 1764. Tulisan itu
adalah kumpulan yang telah diterima dari guru nya yang berkembangsaan mesir dan
merupakan ulama al-Azhar. Al-Falimbani dari kecil sudah menyukai Tasawuf. Hal
itu mungkin saja karena pengaruh lingkungan di tempat ia tinggal. Sering
terjadi perdebatan antara ulama setempat dan ulama pendatang, baik dari india
maupun dari Arab. Al-falimbani menghabiskan hampir seluruh umurnya di mekah dan
di madinah untut menuntut ilmu dan menulis.
Kendati demikian, tetap
tidak ada kejelasan mengenai corak pemikiran tasawufnya , apakah cenderung
falsafi atau sunni. Terlepas apakah ia pengikut tasawuf sunni Al-Ghazali atau
waddah al-wujud Ibnu Arabi, nyata nya kitab kitab yang pernah diterjemahkan nya
di gemari muslim dari Malaysia, Singapura dan Indonesia. Terlebih lagi , kitab
kitab tersebut sampai sekarang masih dijadikan pegangan dalam pengajaran ilmu
agama[7].
b.
Pemikiran
Tasawuf
Corak pemikiran tasawuf
Abdush Shamad Al-Falimbani tertuang dalam karya karya nya dalam bidang tasawuf
yang jumlah nya cukup banyak. Sebagian besar pemikiran nya banyak di pengaruhi
oleh karya karya Al-Ghazali.
Corak
tasawuf nya dapat dikatakan menggabungkan unsur unsur ajaran Al-Ghazali dan
ibnu Arabi, yang telah diolah dan di sajikan dalam suatu sistem ajaran tasawuf
sendiri. Ia menganut paham ibnu Arabi yang memandang manusia secara potensial
sebagai manifestasi Allah yang paling sempurna. Namun , di tafsirkan sedemikian
rupa agar tidak menimbulkan pengertian patensik yg menganggaop bahwa Allah itu
alam semesta secara keseluruhan dan alam semesta secara keseluruhan itu Allah
Swt.
Seperti banyak tokoh sufi
lain nya, Al-falimbani percaya bahwa tuhan hanya dapat di dekati melalui
keyakinan yang benar pada keesaan yang mutlak dan kepatuhan pada ajaran ajaran
syariat.
Al-falimbani disebut
sebagai orang pertama yang mengenalkan tarekan Sammaniyah di Indonesia dan
mengikuti Tarekat Khalwatiyyah melalui Syaikh Muhammad Abdul Karim Saman
Al-Madani.
Ia memiliki pengaruh penting
dalam penyebaran islam dan pendekatan tasawuf. Ia juga memiliki banyak murid
terbesar diseluruh penjuru negeri. Pendekatan tasawuf yang ia kembangkan lebih
spesifik pada pengalaman Ratib Shamand di masyarakat. Ratib nya ini mengandung
pendekatan ritual-vertikal kepada tuhan dan pendekatan horizontal dalam rangka
memerangi kekufuran dan ketidakadilan yang dilakukan oleh kolonial ketika itu.
6.
Syaikh
Burhanuddin (1646 – 1693)
a.
Riwayat
hidupnya
Belum banyak ditemukan
mengenai gambaran yang panjang lebar tentang riwayat pribadi syeikh burhanuddin,
ia adalah orang minang kabau asli, nama kecil Pono anak pampak dan suku nya
Guci, lahir pada tahun 1056 H / 1693 M syeikh burhanuddin mula mula bernama
Pono dari Pariaman, meninggalkan agama Budha dan masuk Islam atas usaha seorang
saudagar Gujarat, terkenal dengan nama Illapai, Illapai datang berdagang ke
pekan batang bengkawas disebut sekarang pekan tuo dimana ia berkenalan dan
selanjutnya berhubungan dengan Pono, akhirnya mengislam kan Pono dengan orang
tua nya. Karena suku dan orang sekampung nya menentang pertukaran agama
tersebut, maka Pono dan orangtua nya pindah ke Sintuk (Pariaman) tahun 1979
H/1969M dan mencari belahan suku di situ. Dari sintuk Pono pergi ke Ulakan
melanjutkan pelajaran agama nya pada Engku Madina yang berasal dari Aceh. Pono
meneruskan pelajaran nya pada Syeikh
Abdur Rauf di aceh tahun 1661M setelah ia lulus dengan sangat baik nama nya di
tukar oleh Abdur Rauf dengan Syeikh Burhanuddin .
Menurut cerita nya,
Syeikh Burhanuddin belajar amat rajin ia punya otak yang cukup cerdas dan
pendirian yang teguh dan termasuk salah satu seorang murid yang di percaya oleh
gurunya dan karena nya guru nya Abdur Rauf sangat sayang pada nya ia seorang
yang alim, pengetahuan tentang agama cukup banyak mengerti pula bahasa arab dan
pandai dalah ilmu Hisab.
b.
Paham
keagamaan nya
Seperti telah di ketahui dari
gambaran riwayat hidup nya Syeikh Burhanuddin banyak belajar kepada Syeikh
Abdur Rauf di Aceh tentu saja ia banyak mengikuti paham paham gurunya ini dan
didalam sejarah telah di ketahui bahwa guru nya Abdur Rauf mengikuti paham
Syafi’iyah dan tarekat Syatariyah. Dan karena nya paham paham yang spesipik
dari Syeikh Burhnuddin boleh di katakan tidak ada di temukan ia ahanya
mengikuti paham gurunya.
Dalam ilmu Fiqih Burhanuddin telah
menerima paham Syafi’I dari gurunya Abdur Rauf demikian juga paham tarekat
Syatariyah dalam ilmu tasawuf. Setelah selesai belajar dari gurunya di aceh
Burhanuddin kembali ke Ulakan (Minang Kabau) dengan membawa paham tersebut
tadi.
Ia juga mulai mengajarkan
dan mendirikan Madrasah. Di antara murid yang pernah belajar pada nya seperti
Tuanku Mansiangan Nantuo di kota Lawas selain itu banyak tokoh tokoh yang
mengikuti paham yang di bawa oleh Syeikh Burhanudin ini, misalnya Tuanku Nan
Receh, Tuan ku Imam Bonjol, Tuanku Lubu Alur, Tuanku Padaluar, Tuanku Pasaman,
Tuanku Lintau, Tuanku alam, Dll. Mereka ini belajar dari murid-murid Syeikh
Burhanuddin.
7.
Syeikh
Yusuf Al Makasari
a.Riwayat
Hidupnya
Syeikh Yusuf Al makasari adalah seorang ulama, Mukhti,
Pendiri Tarekat, Pejuang, Dan penulis yang berasal dari Makasar, ia lahir di
Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tahun 1626 M 21 tahun sebelum Islam di
terima sebagai Agama resmi di Gowa, Nama asli nya Muhammad Yusuf. Ia terkenal
dengan gelar Asy Syeikh Al Hajj Yusuf Abu Mahasin Hadiyatullah Tajj Al Khalwati
Al Makasari Al Bantani. Syeikh yusuf dibesarkan di Istana karena ia di angakat
oleh raja sebagai anak angkat nya. Al makasari di berbagai tempat seperti
banten, Aceh, Yaman, Arab Saudi di samping itu ia juga berjasa dalam menyebar
luaskan Islam di banten, Sri Lanka dan Afrikaa Selatan[8].
Al-Makasari adalah pejuang yang gigih sewaktu di makasar
ia bersama Sultan Hassanudin ikut berperang melawan Belanda. Setelah di tangkap
oleh Belanda ia di asing kan ke banten. Pada tahun 1683 Al makasari dan tentara
nya di kejar oleh pasukan Belanda mereka melarikan diri ke daerah Karang dan di
tampung oleh Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan. Akhirya karen atipu daya Belanda
Syeikh Yusuf di tangkap dan bersama pada Istrinya di bawa ke Batavia lalu di
buang oleh belanda ke Sri lanka disana ia menjalani hidup baru dengan menekuni
hidup Tasawuf dan berdakwah, pada bulan juli 1693 Al makasari dan 49
pengikutnya di buang ke Tanjung harapan dengan kapal The Voetboog mereka di
tempatkan di daerah Zandvlier dekat pantai di Afrika selatan ketika itu usia
nya 67 tahun dan ia tidak dapat bertemu lagi dengan jamaah haji dari Nusantara
karena jarak nya yang sangat jauh, selama 6 tahun Al makasari berada disana dan
ia tetap mendakwah kan islam kepada penduduk setempat merupakan pendatang dari
India, Melayui dan Persia pada tanggal 23 mei 1699 Al makasari wafat dalam 73
tahun.
a.
Pemikiran
tasawufnya
Al makasari mengungkapkan paradigma
sufistiknya bertolak dari asumsi dasar bahwa ajaran islam meliputi dua aspek
yaitu aspek lahir atau syariat dan aspek batin atau hakikat, syariat dan
hakikat harus di amalkan sebagai suatu kesatuan. Meskipun berpegang teguh pada transendensi tuhan ia meyakini bahwa
tuhan melingkupi sebagai sesuatu dan selalu dekat dengan sesuatu itu. Al
makasari mengembangkan istilah Ali Hatha atau peliputan dan Al Ma’iyah atau
Kesertaan kedua istilah itu menjelaskan bahwa tuhan itu turun atau Tanazul
sedangkan manusia naik atau tariki. Suatu proses Spritual yang membawa kedua nya emakin
dekat Al makasari menggaris bawahi bahwa proses ini tidak akan mengambil bentuk
kesatuan wujud antara manusia dan tuhan sebab Ali Hatha dan Al Ma’iyyah tuhan
terhadap hamba nya adalah secara Ilmu. Menurutnya, Fana ialah keadaan bahwa keadaan
dimana hamba tidak memiliki kesadaran tentang dirinya dan merasa tidak ada,
tetapi menyadari sebagai yang mewujudkan, yang di wujudkan, dan di perwujudan.
Pandangan nya tentang tuhan secara umum mirip dengan Wahda Al Wujud ibnu Arabi.
Berkenaan dengan cara
cara menuju tuhan ia membagikan dalam tiga tingkatan yang pertama, Tingkatan
Ahyar (Tingkatan orang terbaik) memperbanyak Shalat, Puasa, Membaca Al quran,
naik haji dan berJihad dijalan Allah Swt. Yang kedua, tingkatan mujahaddah
Asisiwa (orang orang berjuang melawan kesulitan) yaitu berlatih keras untuk
melepas kan prilaku buruk dan menyucikan pikiran dengan memperbanyak amalan
lahir dan batin. Yang ketiga, tingkatan Ahl Adzkir (ahli dzikir) yaitu
mencintai tuhan baik lahir maupun batin tingkatan yang ketiga ini merupakan
jalan bagi orang yang telah Kasi’af untuk berhubungan dengan tuhan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada banyak tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia yaitu Hamzah
Fansuri adalah seorang pujangga islam yang sangat populer di zamannya, sehingga
kini namnya menghiasi lembarran-lembaran sejarah kesusasteraan Melayu dan
Indonesia, Abdur Rauf Singkel berasal dari aceh nama beliau diabadikan sebagai
nama perguruan tinggi di Aceh, yaitu Universitas Syiah Kuala, Syamsuddin Pasai
adalah seorang diantara murid Hamzah fansuri yang mengajarkan paham Wujudiyyah.
Ia hidup pada masa kejayaan kesultanaan aceh dibawah kekuasaan sultan iskandar
muda atau yang di sebut juga dengan mahkota alam, Nurrudin Al-Raniri nama
lengkapnya adalah Nuruddin Muhammad bin Hasan jin al hamid asy syafi’I
ar-raniri tahun kelahiran nya tidak diketahui dengan pasti tetapi kemungkinan besar
menjelang abad XVI ibunya keturunan melayu sementara ayahnya berasal dari
keluarga imigran Had ramaud, Syaikh Abdush Shamad Al-Falimbani berasal dari
keturunan Arab Yaman. Ayahnya, Syaikh Abdul Jalil bin Syaikh Abdul Wahab
Al-Mahdani yang hijrah kekota palembang, Syaikh Burhanuddin ia adalah orang
minang kabau asli, nama kecil Pono anak pampak dan suku nya Guci, lahir pada
tahun 1056 H, dan Syeikh Yusuf Al Makasari adalah seorang tokoh sufi yang agung
tiada taranya berasal dari sulawesi, dan banyak lagi lainnya.
B.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, ada banyak
tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia penulis menyarankan agar kita mengetahui
bagaimana riwayat hidup tokoh-tokoh tasawuf serta bagaimana pemikiran tasawuf
nya agar kita tahu bagaimana serta siapa saja tokoh-tokoh yang mengembangkan
tasawuf di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Munir, Samsul. 2015. Ilmu tasawuf. Jakarta: imprint Bumi
Aksara.
Sholihin. 2005. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Said, Usman. 1981/1982. Pengantar ilmu tasawuf. institut agama
islam sumatera utara.
[1] Usman
said, Pengantar ilmu tasawuf,(institut
agama islam sumatera utara, 1981/1982), hlm. 186
[2]M.Sholihin,
Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada, 2005)hlm. 31
[3] Usman
said,Pengantar ilmu tasawuf, (institut
agama islam sumatera utara, 1981/1982), hlm. 209
[4]
Samsul Munir Amin, ilmu tasawuf, (imprint
Bumi Aksara,2015), hlm. 343
[5]
Ibid.hlm 209
[6]
Ibid.hlm 218
[7] Ibid,
hlm. 347
[8]
Ibid,hlm.352